Sejarah panjang perjuangan
Mahatma Gandhi dalam rangka untuk membebaskan India dari bentuk kolonialisme
dan imperialisme negara Inggris. Dalam upaya
Gandhi melakukan gerakan pantang kekerasan di India tentunya menyita waktu,
tenaga dan pikiran yang lama. Selain menyita waktu, pikiran dan kesehatan
Gandhi dalam menuangkan ide dan gagasan, serta bereksperimen pada gerakan sosial
pantang kekerasan tersebut, yang pada akhirnya membawa India menuju
kemerdekaan. Salah satu gerakan yang begitu fenomenal adalah Gerakan Sarvodaya,
di dalamnya terdapat Ahimsa, Satyagraha dan Swadesi.
Pemikiran Gandhi
tersebut dapat dijadikan suatu bahan pelajaran untuk melihat lebih jauh lagi
apa sebenarnya hak manusia dan mengapa manusia memiliki hak yang sama dalam
kehidupan. Di satu sisi, ajaran-ajaran Gandhi merupakan ajaran yang praktis,
sedangkan di sisi lain filosofis. Sebab, ajaran-ajarannya menyangkut kepada
hal-hal dasar yang terdapat dalam diri manusia. Gandhi mempercayai bahwa Tuhan
ada di dalam kebenaran, maka Gandhi mengharapkan bahwa setiap manusia dapat
mencapai pemahaman akan kekuatan kebenaran yang sejati dan kebaikan-kebaikan
yang melingkupi ajaran agama dan nilai kemanusiaan.
Dengan demikian dalam
menganalisis pemikiran Gandhi ini, penulis membagi dalam dua sub bab. Yakni;
pemikiran Gandhi mengenai Pantang Kekerasan di India, serta gerakan pantang
kekerasan Mahatma Gandhi dan pengaruhnya di India.
A.
Ahimsa
sebagai Nilai Etis Gerakan Sosial Pantang Kekerasan
1.
Non Violence of
the Strong,
Non Violence of the Strong, yang dilakukan dengan keyakinan akan kekuatan diri.
Di mana, dapat dipahami bahwa gerakan sosial tidak semata-mata mengarahkan
massa ataupun melakukan aksi protes terhadap sesuatu yang diyakini menyimpang.
Tetapi dalam kaitannya, perlu di pahami bahwa gerakan pantang kekerasan adalah
sebuah metoda pasif untuk merespon penyimpangan, yang jauh lebih baik dari
sikap menolak untuk bertindak dalam menghadapi kericuhan-kericuhan atau
keadaan-keadaan yang sangat sulit melalui cara berdamai.
Ahimsa atau
Pantang kekerasan, sebagai sebuah strategi untuk melakukan perubahan sosial
sudah berkali-kali terbukti efektif dan dianggap berbahaya oleh lawan. Gerakan
ini bukan menjadi metode yang terlalu idealistis, tidak berbahaya, atau tidak
bermanfaat sama sekali. Pantang kekerasan mendatangkan dampak yang kurang
menyenagkan terhadap kekuatan-kekuatan yang bersifat menindas (opresif) dan golongan vested-interest yang tampaknya tidak
menyadari bahwa mereka berpijak diatas struktur yang tidak adil dan tidak
merata.
Ajaran Gandhi ini didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan
hanya dapat dimulai dari kemandirian individu dan kedewasaan berpikir serta
bersikap. Maka masing-masing individu-individu harus mampu menyalurkan hasrat
negatifnya pada tindakan-tindakan positif. Kedua,
Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui
usaha perlawanan (konsesi-konsesi) dan
reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui perjuangan yang dilakukan
oleh rakyat sendiri secara bersama atau kolektifitas. Untuk dapat membangkitkan
kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk mengalami
penderitaan bersama massa rakyat.
Mahatma Gandhi yang semasa hidupnya
telah menjembatani dua abad dan tiga benua diakui secara luas sebagai salah
seorang penentu sejarah abad dua puluh dan sebuah contoh perlawanan yang sangat
diperlukan terhadap kekacauan dan kekisruhan di Negara-nagara tersebut. Gandhi
lahir sebagai pelopor dalam memimpin perlawanan di tingkat lokal maupun nasionaluntuk membebaskan, bukan semata-mata untuk
orang India dari cengkraman kaum penindas Inggris yang rakus dan tamak. Tetapi
menyangkut semua kekuatan material paling kuat aktif pada zaman tersebut.
Gandhi mengembangkan filosofi, sistem
tindakan dan kampanye aktualnya sebagai tanggapan terhadap ketidak adilan
kolonialisme dan imperialisme Inggris tersebut, Melalui perlawanannya terhadap
posisi kaum aparteit di Afrika Selatan, dalam dua dekade awal tahun 1900, dan
kepemimpinannya dalam perjuangan untuk membebaskan India dari penjajahan
Inggris. Gandhi mendemonstrasikan serta mengembangkan pendekatan kuat yang
koheren untuk menanggapi kekerasan dan ketidakadilan, dan untuk membangun apa
yang dipandangnya sebagai pola keseluruhan gaya hidup dan hubungan secara
damai.
Yang mana segala sesuatu bisa
terselasikan dengan loby atau berdiplomasi. Gandhi menuliskan, Aku yakin; aku
adalah seorang yang idealis sekaligus seorang yang praktis. Idealisme Gandhi
didasarkan pada sepasang konsep kembar dari Satyagraha atau kekuatan kebenaran dan Ahimsa atau pantang kekerasan.
Pendekatannya berakar pada tradisi Hindu
India dan mencakup seluruh aspek kehidupan sosial dan personal. Dimana,Gandhi
berkata; saya sering menggunakan istilah pantang kekerasan untuk mencerminkan
kombinasi dari anti melukai dengan energi positif dan tindakan komperhensif .
Dan ungkapan Gandhi tersebut dibuktikan dalam perjuangan, tingkah laku serta kehidupan
keluarganya hingga kematiannya.
Keyakinan yang di pakai Gandhi untuk
mencoba menghapuskan praktek –praktek kekerasan di muka bumi, ini dinamakannya
Ahimsa. Ahimsa secara sederhana dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,
Ahimsa atau pantang kekerasan adalah tindakan yang berasal dari pemikiran bahwa
manusia dapat menyelesaikan suatu persoalan pantang kekerasan sebagai jalan
baik dari pada melalui jalan kekerasan.
Hal ini sebagaimana sering dilihat
dengan adanya musyawarah, diplomasi, diskusi, dan semacamnya untuk memperoleh
apa yang dinamakan titik temu yang mana diharapkan untuk tidak merugikan
ataupun menindas salah satu pihak. Ahimsa menghendaki penderitaan diri secara
sadar sebagai suatu cara yang lebih tinggi dari pada cara yang hendak membalas
kekerasan dengan kekerasan.
Gandhi menolak aturan
diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam
sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan
sebagainya. Bagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan
cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan penyerangan.
Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang
selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah Gandhi bertekad menjalani prinsip menahan
hawa nafsu atau disebut bramkhacharya.
Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran
Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat
diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan,
sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui
kebenaran dan hanya kebenaran.
Swadeshi (cinta Tanah Air) dapat diartikan dalam beberapa arti
yang bermacam-macam oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan
sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagai
suatu taktik pejuangan menyerang kekuatan massif kaum imperialisme Inggris.
Makna
sebenarnya dari pantang kekerasan mencakup banyak makna diantaranya dapat
diturunkan seperti; bahwa seseorang tidak boleh menyerang orang lain dan tidak
boleh mempunyai pemikiran yang jahat atau tidak mengenal belas kasihan terhadap
musuh. Menurutn Gandhi, hal ini bukanlah “seseorang yang engkau anggap sebagai
musuh,” melainkan “seseorang yang barangkali menganggap dirinya adalah musuhmu”.
Pantang
kekerasan juga berarti sebagai tindakan yang berangkat dari pemikiran bahwa
suatu persoalan dapat diselesaikan dengan jalan yang lebih baik dibandingkan
dengan kekerasan. Dengan jalan pantang kekerasan bukan berarti orang bersikap
pasif yang dapat “di injak-injak” oleh orang lain. Dalam hal ini orang harus
bersikap aktif dengan cara, misalnya, melakukan demonstrasi, melakukan
penolakan terhadap perbuatan yang mengarah kepada kejahatan, berpuasa, dan
sebagainya. Tentunya dengan aturan main pantang kekerasan. Menurut teori pantang
kekerasan Johan Galtung yang mana menampilkan secara nyata bahwa bentuk kekerasan budaya akan
terlihat jelas baik itu, kekerasan langsung maupun kekerasan struktural. Sebab di mana, potensi terjadinya kekerasan
mengarah pada pembiasaan atau budaya dapat terjadi disemua lingkungan sosial
masyarakat. Maka, jika kita diperlakukan tidak layak, dan kita menerimanya,
bukan berarti kita setuju dengan perbuatan tersebut.
Dengan
demikian konsep kekerasan dalam perspektif Non violence of the Strong dapat
penulis asumsikan bahwa cara untuk mencapai perjuangan gerakan sosial pantang
kekerasannya Gandhi. Dapat dilakukan atau dipraktekan melalui penyaluran energi
positif kepada musuh dengan cara membalas kekerasan dengan aksi diam diri tanpa
perlawanan serta dengan melakukan diplomasi atau lobby dengan tujuan
tercapainya tujuan atau perjungan yang dicita-citakan bersama.
Contoh
nyata dari konsep Gandhi tersebut di atas, dapat di lihat di mana dalam Sidang
Kongres di Calcuta pada Desember 1928 menghasilkan sebuah usulan kepada
Pemerintah Inggris, yang oleh Jawaharlal Nehru dikatakan sebagai sebuah tawaran
untuk menciptakan masa tenggang selama satu tahun dan sebuah ultimatum sopan
untuk memberikan status dominion kepada India pada tahun 1929. Sebuah ultimatum
yang mengabaikan Inggris.
Mahatma
Gandhi memperhatiakn situasi ini dengan seksama. Pada bulan Desember 1929,
semua sudah jelas bahwa harus ada perjuangan. Pada 31 Desember 1929, bertepatan
dengan tahun baru. Kongres Nasional India mengibarkan bendera Kemerdekaan di
Lahore di tepi sungai Ravi. Dan pada tanggal 26 Januari 1930, sumpah untuk Purna Swaraj diambil. Sekali lagi semua
mata rakyat India terarah ke Sabarmati, ingin tahu apa yang dilakukan Gandhi
berikutnya.
2.
Non Violence of the
Weak
Non Violence of the Weak, yang dilakukan karena tidak ada senjata dan sumber
lain yang diperlukan untuk melakukan gerakan sosial. Maka untuk melakukan
gerakan sosial pantang sebagaimana yang telah dicita-citaknnya dapat terlaksana
dengan baik, Gandhi melakukan eksperimen-eksperimen unik dalam seluruh
kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, tidak hanya dengan
mencapai kemerdekaan bangsanya di bidang politik dan ekonomi tetapi juga dengan
memperoleh kemerdekaan sosial-budaya, hukum serta pembebasan spiritual
rakyatnya.
Secara harfiah, Ahimsa memiliki makna
tidak menyerang atau tidak membunuh. Ahimsa merupakan ajaran klasik agama Hindu
dan merupakan prinsip etis yang umurnya sudah sangat tua. Tidak menyerang,
tidak melukai atau tidak membunuh. Hal ini tidak terbantahkan bahwa hal
tersebut memang merupakan bagian dari praktik etis dari Ahimsa, yang kemudian
populer dikenal dengan makna pantang kekerasan. Ahimsa bukan sesuatu yang
bersifat mentah dan kasat mata. Sepatutnya tidak perlu diragukan bahwa tidak melukai mahluk
hidup adalah bagian dari ajaran Ahimsa.
Ahimsa lebih menekankan pada makna penolakan atau penghindaran secara total
terhadap semua keinginan, kehendak atau tindakan yang mengarah pada bentuk
penyerangan atau melukai.
Dalam bentuk positif nya, Ahimsa adalah
cinta, karena hanya ada satu cinta yang muncul secara spontan dan memukinkan
sesorang bertindak selaras dengan pikiran dan hatinya. Gandhi menambahkan,
pantang kekerasan adalah cinta. Pantang kekerasan itu betindak menyatu dalam
diam, nyaris terselubung dalam kerahasiaan sebagaimana yang dilakukan cinta.
Dalam bentuk positifnya pula, Ahimsa
bermakna sebagai cinta yang tertinggi atau Dharma yang paling agung. Lebih dari
itu pantang kekerasan adalah kualitas pikiran. Menjadikan seorang penganut
pantang kekerasan dalam tindakannya, mereka mampu memberikan cinta bahkan
kepada musuhnya sekalipun. Penganut pantang kekerasan harus mampu membalas
tindak kejahatan dengan tindakan kebaikan. Yaitu dengan melalui berpuasa atau mogok
makan. Hal ini dilakukan sebagai suatu pola yang bertujuan untuk meneror mental
musuh. Semua itu bukanlah suatu hal yang aneh, tetapi itu merupakan kewajiban
yang melekat pada diri seseorang secara alamiah. Inti dari pantang kekerasan adalah
kekuatan diri untuk untuk beramal dan melakukan pelayanan secara tulus, tanpa
mengorbankan orang lain, walaupun itu seorang musuh.
Prinsip dasar dari gagasan Ahimsa adalah
penghormatan tertinggi terhadap setiap manusia tanpa memandang apa yang telah
dia dilakukan. Gandhi berkata;
Manusia
dan perbuatannya adalah hal yang berbeda. Suatu perbuatan baik akan menimbulkan
kebaikan, dan perbuatan jahat akan menimbulkan keburukan. Tetapi sang pelaku
perbuatan tersebut, apakah perbuatan baik ataupun jahat, senantiasa berhak
untuk mendapatkan pernghormatan sebagimana pantas dia menerimannya.
Perlawanan
terhadap sistem tindak kejahatan atau tatanan sistem yang bersifat menindas harus
dipandang secara jelas dan jernih. Dan para pelaku (actor) gerakan sosial harus benar-benar mampu memisahkan antara
pelaku dari perbuatan tertentu atau benar-benar mampu memisahkan antara pelaku
atau sang kreator dari sebuah sistem.
Gandhi
menjelsakan dan menekankan hal tersebut secara khusus dan berulang-ulang,
utamanya dikaitakan dengan konteks perjuangan meraih kemerdekaan di mana
pantang kekerasan benar-benar harus diuji dalam skala yang luas dan dilakukan
secara terus-menerus. Sehingga prinsip pantang kekerasan tidak berkutak pada
membalas kekerasan dengan kekerasan semata, di mana ada nilai yang lebih etis
bagi Gandhi yang bisa di pakai sebagai suatu peneguhan diri dengan berpuasa dan
bahmacarya.
Sejak tahun 1920, Gandhi kemudian
menjadi figur atau tokoh utama dalam kancah perpolitikan India, ketika Gandhi
menjadi pemimpin Partai Konggres Nasional India. Gandhi mengubah karakter
partai tersebut dari partai elit menjadi partai massa. Dengan kepemimpinannya
pula Partai Konggres memiliki akar di desa-desa dan kota-kota seluruh India.
Dalam kepemimpinannya tersebut Gandhi mengeluarkan pernyataan yang menggetarkan
dan menjadi awal dari perlawanan pantang kekerasanya. Pesan Gandhi kepada
rakyat India adalah bukanlah kekuatan senjata bangsa Inggris tapi ketundukan
tanpa syarat rakyat Indialah yang menyebabkan tanah air India diperbudak oleh
bangsa asing.
Dengan
demikian, Gandhi menekankan pentingnya sebuah pemahaman yang utuh tentang
penghapusan kekerasan dengan segala bentuknya. Baik kekerasan yang ada dalam
pikiran, kata ataupun perbuatan, kekerasan tersembunyi maupun secara terang-terangan.
Kekerasan apapun bentuknya, merupakan ancaman dan serangan terhadap
kemanusiaan. Hal ini terkait dengan para pelaku kekerasan itu sendiri maupun
dengan korban dari kekerasan. Bagi Gandhi, upaya pensucian diri (self purification) dari segala bentuk
kekerasan adalah langkah pertama dan utama bagi setiap orang yang mentasbihkan
diri sebagai penganut paham kekerasan. Praktek dari paham kekerasan tersebut
dapat dilakukan dengan melalui jalan berpuasa dan penyucian diri sesuai dengan
nilai agama yang di yakini masing-masing orang atau umat. Sebab kebenaran
hanyalah milik Tuhan kata Gandhi.
Dalam
ajaran Gandhi, nilai-nilai Ahimsa menjadi basis dan karakter utama seluruh
pencariannya atas kebenaran. Ajaran ini tercermin dalam sikap bahwa amal
perbuatan harus didasarkan dan diilhami oleh semangat pantang kekerasan, yakni
cinta untuk mencapai konsep ini. Di mana, seseorang harus melebur dalam proses
pencarian secara total dan terus menerus atau bersifat tanpa henti atau transformatif.
Proses ini bukan sesuatu hal yang dilakukan secara main-main, tetapi merupakan
proses yang melibatkan keseluruhan dan keutuhan segenap aktivitas manusia.
Sementara
itu, Ahimsa adalah kategori sebuah amal perbuatan. Pada saat yang sama, amal
perbuatan itu senantiasa bersifat aktif dan harus selalu bersandingkan dengan
prinsip kebenaran. Karena kebenaran dan Ahimsa adalah dua sisi mata uang yang
sama. Dalam kesatuan tersebut yang tidak dapat terpisahkan antara kebenaran dan
Ahimsa, antara tujuan dan cara, memberikan petunujk dan isyarat yang jelas
antara teori menurut Gandhi.
Gandhi
menolak dengan tegas tuduhan-tuduhan bahwa pantang kekerasan adalah prinsip
untuk orang yang lemah secara fisik dan psikis. Gandhi menjelaskan dan
menunjukkan bahwa pantang kekerasan hanya dapat diterapkan oleh manusia yang
berjiwa besar dan kuat. Pantang kekerasan dari sesorang yang penakut bukanlah
pantang kekerasan yang sesungguhnya. Seseorang yang benar-benar bisa disebut
sebagai penganut pantang kekerasan adalah mereka yang memadukan antara kekuatan
dan energi dalam praktek perjuangan dan kehidupan sehari-hari .
Pantang
kekerasan adalah perwujudan kesempurnaan dari jalan kemanusiaan. Oleh karena
itu adalah sesuatu yang mustahil apabila sesorang bisa menerapkan gerakan
pantang kekerasan tanpa memiliki keberanian dan telah terbebas dari ketakutan.
Tindakan kepengecutan adalah sebuah kejahatan. Karena itu Ganhdi mengatakan
bahwa ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara kepengecutan dan
kekerasan, dengan sangat terpaksa saya akan menyarankan untuk memilih
kekerasan. Bagi Gandhi, keberanian bersikap ini adalah paling utama dan
terbebasnya seseorang dari rasa takut. Lebih jauh lagi, keberanian juga berarti
kesiapan dan kesediaan seseorang untuk berkorban dalam perjuangan meraih
kebenaran dengan meniti jalan pantang kekerasan dalam setiap gerakan sosial
yang dilakukan.
Demikian
juga penganut asas atau paham pantang kekerasan perlu membina kesanggupan untuk
rela berkorban agar mereka akan bebas dari rasa takut, mereka tidak akan takut
kehilangan akan tanah, harta, ataupun nyawa. Oleh karena itu, lanjut Gandhi
seseorang yang belum mampu menanggulangi seluruh rasa takut itu, tidak akan
mampu menerapkan Ahimsa secara sempurna. Dengan begitu setiap penganut paham
Ahimsa hanya kenal satu ketakutan kepada kebenaran dari Tuhan.
Dalam
konteks Non violence of the weak dapat penulis asumsikan sebagai suatu pola
gerakan pantang kekerasan Gandhi dengan melakukan peneguhan diri dan pengendalian
diri secara sadar melalui puasa atau mogok makan. Selain itu dibutuhkan
keberanian untuk mengatasi rasa takut terhadap musuh, serta membalas kekerasan
dengan cinta kasih agar dapat memaafkan para pelaku yang melakukan tindakan kekerasan.
Contoh
kongkrit dari konsep tersebut, di mana Gandhi berupaya untuk menggugah hati
nurani rakyatnya dengan berpuasa dari tanggal 13 sampai tanggal 18 Januari
1948, demi pensucian diri, pada tanggal 18 Januari Gandhi menghentikan puasanya
dengan menerima segelas orange jus dari Maulan Kalam Azad. Puasa yang terakhir
kali ini juga di maksudkan untuk menyadarkan rakyatnya yang sudah tidak
sadarkan lagi dengan apa yang mereka lakukan karena kebencian dan keinginan
membalas dendam. Aksi berpuasa Gandhi ini membuat segolongan orang semakin
marah kepadanya. Karena menurut anggapan mereka Bapak Bangsa ini telah
mempertaruhkan nyawanya untuk menciptakan kehidupan komunal yang searsi.
Dua
hari kemudian tepanya pada tanggal 20 Januari 1948, ketika Gandhi sedang khusu
berdoa ada yang mencoba membunuhnya, tepai gagal. Tetapi kehadiran Bapak Bangsa
ini dianggap suci. Keadan Delhi dapat di kendalikan. Pelan-pelan tetapi pasti
keadaan ibu kota tersebut dapat pulih kembali.
3. Non
Violence of the Cowards
Non
Violoence Of the Cowards, Pantang kekerasan tidak
dapat dipahami hanya sebagai serangkaian alat atau taktik; bahkan juga bukan
bidang tersendiri dalam perjuangan kemanusiaan. Dalam tindakan dan prakteknya,
pantang kekerasan adalah sebuah cara atau pandangan hidup di mana sang individu
harus mampu melakukan tindakan pantang kekerasan dalam situasi tertentu, untuk
mencapai cita-cita yang telah di perjuangkan.
Tujuan dan metode yang dipilih menurut
nilai-nilai yang kuat dan jelas. Kendati Gandhi percaya bahwa kebenaran sejati
hanya dimiliki oleh Tuhan, kejujuran dan integritas bersifat vital dalam pemahamannya
terhadap pantang kekerasan. Pencarian dari realitas diri, yang merupakan
pencarian akan sebuah kebenaran. Karena semua mahluk hidup adalah satu,
kekerasan dalam segala bentuk kehidupan bertentangan dengan realitas diri, dan
kebaikan abadi tidak akan pernah menjadi buah dari ketidak jujuran dan
kekerasan.
Fase
dramatis dalam perjuangan politik Gandhi dan masyarakat India ini diawali
dengan peluncuran gerakan Satyagraha
(kekuatan kebenaran) melalui ajakan Gandhi kepada warga India agar mereka
mengolah garam sendiri dari air laut dan memboikot pajak garam yang diterapkan
kepada warga India. Perjuangan ini diawali pada tanggal 12 Maret 1930, ketika
Gandhi berangkat dari Sabarmati India bersama 78 sukarelawan menuju Dandi untuk
memulai Satyagraha. Gandhi bertekad tidak akan kembali ke Ashram-nya di
Sabarmati sampai kemerdekaan India terwujud. Gerakan kali ini lebih di kenal
dengan Gerakan Swadeshi atau semangat
Cinta Tanah Air. Di mana rakyat India
diminta untuk memakai produk sendiri dan memperkuat basis ekonomi rakyat tanpa
bergantung pada orang lain. Gerakan tersebut kemudian diikuti oleh seluruh
warga India dan menyulut gerakan perlawanan anti kekerasan kepada pemerintah
kolonial Inggris. Pemerintah Inggris kembali merespon gerakan tersebut dengan
penangkapan-penangkapan terhadap para aktivis dan seluruh pemimpin Partai
Konggres India, termasuk Gandhi .
Kaitan dengan penerapan gerakan pantang
kekerasan tersebut, perlu diakui bahwa dalam pelaksanaannya, pantang kekerasan
tidak mudah dilakukan. Sebab, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
bentrokan kepentingan politik, berbedanya prinsip-prinsip atau pandangan yang
dianut setiap pihak, masyarakat dan lingkungan. Pada prakteknya, Gandhi sendiri
mengalami apa yang dia sebut sebagai Pengorbanan. Di sini dapat di lihat pengorbanan melalui Program Konstruktif
dalam waktu, tenaga, pikiran dan bahkan jiwa yang diserahkan oleh para
sukarelawan demi kemajuan rakyat pedesaan maupun kaum Harijan. Di mana, rakyat
harus siap dalam menghadapi tekanan baik secara psikologis maupun secara
agresif dari penjajah Inggris
Gerakan sosial pantang kekerasan Gandhi,
yang dicanangkan dengan serius dan sungguh-sungguh saat agenda kongres di
Nagpur pada 1920, memperoleh momentum dengan sangat cepat. Para pengacara India
menghentikan praktek-praktek mereka di pengadilan Inggris, para pelajar meninggalkan
sekolah-sekolah dan Universitas-universitas yang dikelola Inggris, Orang-orang
India terkemuka mengembalikan medali-medali dan gelar-gelar kehormatan mereka
yang di berikan oleh Inggris. Bahkan penduduk desa pun menolak membayar pajak.
Gerakan sosial pantang kekerasan ini
menyebar keseluruh negeri seperti api membakar padang rumput pada musim kering.
Pada Januari 1922, 30 ribu rakyat India di masukkan ke penjara. Bahkan orang-orang
India konservatif pun mulai merenungkan bahwa Gandhi selama ini benar, sikap
pantang kekerasan dapat memberi mereka kemerdekaan penuh bagi India, di mana
Gandhi menyeruka bahwa untuk mencapai kemerdekaan, rakyat perlu menetang hukum
Inggris serta membangun ekonominya sendiri.
Namun tidak semua orang India melakukan
sikap pantang kekerasan. Di beberapa kota, kabel-kabel telegram dipotong,
bangunan-bangunan Inggris di bakar, para pejabat diserang. Pada 5 Februari 1922,
sekelompok orang India lepas kendali di desa kecil Chauri Chaura dan menewaskan
puluhan polisi. Maka Gandhi menghentikan gerakan pantang kekerasan tersebut.
Gandhi berpuasa dan memerintahkan semua gerakan pantang kekerasan dihentikan.
Rakyat India terkejut, mereka sudah begitu dekat, tampaknya kemenangan sudah di
depan mata. Namun Gandhi bergeming. Gandhi tidak menginginkan kemenangan
dicapai melalui kekerasan. Tulis Gandhi;
“Lebih
baik dituduh lemah dan pengecut, dari pada bersalah karena melanggar sumpah
kita dan dosa kepada Tuhan. Tidak jujur pada dunia itu sejuta kali lebih baik
dibanding tidak jujur pada diri kita sendiri”.
Sejak
dibebaskan pada bulan Mei 1924, Gandhi pada prakteknya telah meninggalkan dunia
politik dan memusatkan perjuangannya pada program-program konstruktif, yang
disebutnya sebagai juga penting untuk membangun bangsa dari bawah sampai atas (bottom up). Dalam masa ini Gandhi
banyak berkunjung ke desa-desa di seluruh India. Demikian pula pada periode
yang sama Gandhi dalam setiap pidato-pidato dan tulisan-tulisannya, Gandhi berulang
kali menyebutkan lima tema penting, yaitu; alat pemintal, untocabillity, pendidikan dasar, peningkatan derajat wanita untuk
menopang masyarakat yang sehat dan kuat.
Gandhi
berkeinginan membebaskan rakyat India dari ketidak berdayaan, takhayul dan
ketakutan yang berlangsung sudah berabad-abad. Lebih dari sekedar itu, Gandhi
sering mengingatkan mereka karena menghamburkan uang untuk membeli bunga yang
dikalungkan ke lehernya. Senada dengan hal itu Rabindranath Tagore berkata;
Mahatma
Gandhi datang dan berdiri didepan pintu jutaan rakyat India yang miskin dan
tertindas, berpakaian seperti mereka, berbicara kepada mereka dengan bahasa
mereka sendiri. Siapa lagi yang mau menerima tanpa tedeng aling-aling massa
rakyat India yang begitu besar seperti darah dagingnya sendiri, kebenaran
membangunkan kebenaran.
Sementara
sidang Kongres di Calcuta pada Desember 1928, menghasilkan sebuah usulan kepada
pemerintah Inggris. Menurut Jawaharlal Nehru, menciptakan masa tenggang selama
setahun dan sebuah ultimatum sopan untuk memberinkan status dominan bagi India.
Gandhi dipaksa untuk memikirkan cara terbaik untuk melakukan protes berdasarkan
pengalamannya melakukan aksi protes. Maka pada 26 Februari 1930 berlangsunglah
aksi protes Garam. Hal ini langsung di sambut secara spontan oleh rakyat
diseluruh pelosok, mereka berani melanggar Undang-undang Garam (Salt Law) dan
menentang Emperium Inggris dengan memproduksi garam sendiri.
Disamping
itu, gerakan pantang kekerasan Gandhi yang melawan Inggris tidak semata-mata
bersifat politik, melainkan juga berhaluan ekonomi. Gandhi menyerukan kepada
rakyat India, supaya mereka tidak lagi mengunakan pakaian Eropah, melainkan
memakai pakaian dan kain buatan sendiri. Rakyat India harus membuat kerjinan
sendiri, belajar kembali menggunakan Sjarka
“perkakas pemintal benang” dan membuat Khaddar
“ kain yang dilakukan dengan memintal sendiri” disini Gandhi menyerukan,
kenapakah hendak membeli kain dari Eropah untuk membuat baju, sedangkan mereka
sanggup membuatnya rakyat India pernah turun temurun dari nenek moyang sampai
anak cucunya membuat kain sendiri, tidak benar kalau mereka menghilangkan
kerajinan nasional sendiri dan memajukan Industri Inggris. Kapas yang dijadikan
benang, dikirim ke Inggris, setelah itu di bawah dan dijual kembali ke anak
cucu India. Oleh karena itu Gandhi memobilisasi rakyat untuk memproduksi kain
sendiri dengan memintal setiap hari di segenap penjuru India.
Konsep
dan teknik-teknik yang dikembangkan serta dimatangkan Gandhi dengan
bereksperimen selama bertahun-tahun berakar dalam jiwa dan pikiran massa
rakyat, mereka tahu apa yang diinginkan Gandhi untuk mereka lakukan. Gandhi
percaya bahwa para pemimpin dapat melalui suatu pergerakan, jika pemimpin
tersebut menginterpretasiakan dengan tepat keinginan rakyat. Gandhi sendiri
mengatakan bawah, dia tidak pernah menciptakan sebuah situasi. Gandhi hanya
merasakan secara instintif apa yang sedang berkecamuk di hati massa rakyat dan
baru kemudian Gandhi merumuskan sebuh program dan memberikan bentuk kepada apa
yang sudah ada.
Sebuah
studi tentang Ahimsa dan Satyagraha jelas memperlihatkan bahwa gerakan yang
dilakukan Gandhi itu sesuai dengan azas-azasnya. Ahimsa dan Satyagraha
merupakan puncak dari perjuangan Gandhi. Dimana azas dan teknik organisasi untuk
memobilisasi massa rakyat terbukti kebenarannya dengan jelas. Ahimsa dan
Satyagraha mengkombinasikan tujuan jangka pendek dengan perspektif jangka
panjang, yang lebih penting lagi Satyagraha membuktikan kebenaran metodanya
untuk mempersatukan teori dengan cara-cara pergerakan sosial pantang kekerasan.
Satyagraha membuktikan kekuatan metode Gandhi untuk melakukan penetrasi kepada
rakyat walaupun di daerah-daerah agraris yang terkebelakang secara sosial dan
politik, dan metodenya untuk melakukan pendekatan kolektif dan pendidikan
gerakan sosial pantang kekerasan.
Dalam
pelaksanaan gerakan sosial pantang kekerasannya, Gandhi selalu menekankan
kepada para pengikutnya bahwa, kolektifitas menjadi sesuatu yang penting. Maka,
Gandhi menghimbau gerakan pantang kekerasan harus selalu hidup dalam sanubari
setiap rakyat, baik itu, anak-anak, lak-laki dewasa maupun perempuan. Oleh
karena itu, gerakan Gandhi tidak semata-mata direspon oleh kalangan terpelajar
semata, tetapi menjadi kekuatan bagi seluruh rakyat India dalam upaya untuk
membebaskan bangsanya dari penjajahan Inggris.
Dalam
demikian, gerakan Non violence of the Cowards tersebut, dapat diasumsikan
bahwa, Gandhi dalam pelaksanaan proyek gerakan pantang kekerasannya tidak
bersifat terbatas pada satu golongan semata. Dimana, membutuhkan sikap
kolektif, melakukan pendidikan politik, pelatihan serta memperdalam nilai
gerakan secara konstruktif terkait dengan gerakannya mulai dari desa. Dan merangkul
kaum perempaun dalam melakukan gerakan pantang kekerasan.
Berangkat
dari konsep Gandhi tersebut, contoh yang kongkrit dapat di lihat melalui
tilisan-tulisannya. Di mana, Gandhi menemui dirinya sendiri. Perjuangan yang
paling hakiki adalah perjuangan moral, spiritual, sosial dan individual.
Partisipasi aktifnya dalampolitik merupakan sebuah perpanjangan kegiatan sosial
dan komitmen individualnya;
saya
tidak bisa menjalankan kehidupan yang agamais jika saya tidak dapat
mengidentifikasi diri saya dengan semua manusia, dan hal ini tidak dapat saya
lakukan jika saya tidak ambil bagian dalam politik. Seluruh kegiatan umat
manusia sekarang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipecah-pecahkan,politik
memang sangat personal.
Gandhi
praktis menyampaikan setiappemikirandan aksinya kepada rakyat.
Tulisan-tulisannya terkumpul dalam seratus jilid buku. Gandhi sering terlihat
tidak konsisten karena Gandhi terus mengembangkan doktrin-doktrinnya.
Kegagalan-kegagalan heroic, perjuangan-perjuangan dan kemenangan-kemenangannya
adalah pribadi. Ini juga merupakan ajaran Gandhi yang mendorong untuk berpikir
dan bertindak. Tidak ada yang tersembunyi. Setiap tindakan, baik atau buruk
adalah sebuah eksperimen dalam mencari kebenaran.
B.
GERAKAN
PANTANG KEKERASAN MAHATMA GANDHI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INDIA
Gerakan
pantang kekerasan Mahatma Gandhi berawal pada tahun 1915, setelah Gandhi
kembali dari Afrika Selatan ke Negara kelahirannya India. Gandhi berbicara pada
konvensi dari Kongres Nasional
India,
tapi terutama diperkenalkan masalah India, politik dan rakyat India dengan Gopal Krishna
Gokhale, seorang pemimpin dihormati dari
Partai Kongres pada saat itu.
Pada awalnya Gandhi tidak banyak
berkecimpung dalam aktivitas politik tetapi mengadakan perjalanan keliling
India untuk mencari fakta-fakta tentang kondisi sosial, ekonomi dan agama
rakyat India. Menyikapi buruknya kondisi rakyat India pada saat itu, Pada tahun
1916 Gandhi memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan dimulai dengan
berpidato didepan mahasiswa Universitas Hindu di Benares. Di sini Gandhi
mengemukakan pentingnya kebanggaan terhadap produk lokal India dan juga
menyesalkan sistim Kasta yang telah menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi dan
agama secara meluas.
Untuk pertama kalinya Gandhi memutuskan
untuk menentang Pemerintahan Inggris di India. Gandhi memutuskan melawan dengan
hartal, semacam pemogokan umum. Pada
1917 Gandhi menyelenggarakan kampanye pantang kekerasan di Bihar (India utara)
untuk membela kaum petani yang diperlakukan tidak adil dalam sistim perkebunan
Indigo. Selanjutnya pada 1918 Gandhi dan pengikutnya melakukan mogok umum tanpa
kekerasan di Ahmedabad untuk menuntut upah pekerja tekstil secara adil. Hal ini
merupakan permulaan dari perjuangan rakyat India selama 28 tahun melawan
hegemoni kerajaan Inggris.
Gandhi mendapat dukungan yang luas dari
gerakan pantang kekerasannya untuk menentang hukum ketidak adilan. Malangnya,
gerakan itu berbalik menjadi kerusuhan di Delhi, Ahmedabad, Lahore, dan Amritsar.
Gandhi mencela para pelaku pantang kekerasan dan menunda seluruh kampanye
gerakan sosialnya. Disini Gandhi melihat bahwa rakyat terlebih dahulu harus
dlatih kedisplinan sebelum gerakan pantang kekerasan itu dilakukan. Dengan
adanya tindakan kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah tersebut, Gandhi
memutuskan untuk berpuasa selama 72 jam dan Gandhi pun menyerukan pada orang
lain untuk melakukan puasa selama 24 jam.
Kaitan dengan aksi kekerasan yang
terjadi di beberapa wilayah tersebut. Gandhi menegaskan bahwa, gerakan pantang
kekerasan merupakan bentuk penghormatan kepada semua kehidupan. Ini merupakan
sebuah pandangan atau ajaran agama yang memiliki sejarah panjang dan bisa
diartikan bahwa setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, harus
menghindari kejahatan dengan menarik diri dari kehidupan dunia dan mereka harus
berjuang memerangi kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di
dunia. Bagi Gandhi, pantang kekerasan bukan hanya sekedar tingkatan tidak
melakukan penyerangan secara negative, tetapi tingkatan cinta yang positif.
Berbuat baik sekalipun kepada pelaku kekerasan. Gandhi meyakini bahwa hanya
pantang kekerasan yang akan dapat menaklukan kejahatan dimanapun dia berada
dalam dirin orang atau tatanan hukum, dalam masyarakat, ataupun pemerintahan.
Dalam
pelaksanaan gerakan pantang kekerasan tersebut, Gandhi selalu melakukan
eksperimen-eksperimen untuk mencapai kebenran yang mutlak, baik melalui pikiran
dan tindakannya, meliputi sisi baik dan buruknya. Hal ini bertujuan untuk
meperlihatkan kepada masyarakat bahwa rekonsiliasi dapat terjadi di masyarakat
dimanapun, yang terpenting masyarakat siap menerima kebenaran atau hidup dengan
kebenaran.
Pada 13 April 1919 merupakan hari yang
tersuram di India. Rapat umum yang dilarang di kota suci kaum Sikh, Amritsar.
Rapat itu ditengah ruang terbuka yang dikelilingi dinding tinggi bersisi tiga,
yang dikenal sebagai Jallianwala Bagh. Dalam pertemuan tersebut
telah terjadi pembantaian warga sipil oleh pasukan Inggris (juga dikenal sebagai Pembantaian Amritsar) menyebabkan trauma yang mendalam
untuk bangsa, menyebabkan kemarahan publik meningkat dan tindak kekerasan.
Gandhi mengecam tindakan tentara Inggris dan kekerasan balas dendam orang
India. Gandhi mengutuk penmbakan itu dan kerusuhan tersebut. Kasus penembakan
ini menyisahkan penghinaan yang tidak terlupakan. Kembali
Gandhi menganjurkan bahwa pada prinsipnya semua kekerasan adalah jahat dan
tidak bisa dibenarkan.
Ketika
tindakan kekerasan sebagai akibat dari Undang-undang Rowlatt dan tindakan
kepolisian istimewa, Gandhi meneguhkan keyakinan bahwa perlawanan terhadap
pemerintahan Inggris tidak dapat di hindarkan. Sebaliknya Gandhi prihatin
terhadap rasa dendam yang telah bergelora dalam jiwa rakyat akibat tindakan
represif tentara Inggris tersebut. Oleh karena itu perjuangan
pantang kekerasannya dimulai dengan berpuasa seharian dan sembahyang serta
menghentikan segala pekerjaan.
Dalam
menjalankan gerakan pantang kekerasan yang dicita-citakannya dibutuhkan
disiplin yang kuat. Namun, dalam praktenya Gandhi memahami bahwa terlebih
dahulu rakyat dilatih dan berkewajiban mendidik penganutnya menjadi guru untuk
mengajarkan filsfata pantang kekerasannyake seluruh negeri. Oleh karena itu
Gandhi membutuhkan penyatuan semua golongon antara Hindu, Muslim dan Kristen.
Penyatuan itu bertujuan untuk menghindari suatu pertikaian yang akan menjadi
penghalang dalam perjuangan kemerdekaan. Maka pada kongres nasional nasional
tahun 1920 di Alahabat dan September di Calcutta, di proklamirkan kerjasama
antara Hindu, Muslim dan Kristen, dengan tujuan menolak perintah-perintah Negara
dan perlwanan pasif selanjutnya disahkan sebagai cara perjuangan. Selanjutnya
diumumkan pemboikotan segala bentuk produk –produk luar negeri.
Pada
perkembangan penerapan pantang kekerasan tersebut, setipa saat selalu terlintas
dipikiran Gandhi. Apakah rakyat dapat memahami arti sikap pantang kekerasan
tersebut. Gandhi berkata pada rakyatnya;
“Ketika kalian dihadapkan dengan
lawan yang bersenjata lengkap, relative mudah untuk mempertahankan anti
kekerasan yang pasif. Kalian tidak punya pilihan, kalian hanya bertahan. Itu
adalah sikap pantang kekerasan yang dilakukan orang yang lemah”
Gandhi
menambahkan Maksud dari perkatannya adalah, kalian akan merasa lebih kuat,
bukannya lebih lemah karena telah meninggalkan pisau dan senapanmu. Jika mereka
merasa lebih kuat
Pada
bulan Desember 1921, Gandhi diinvestasikan dengan kewenangan eksekutif atas
nama Kongres Nasional
India
. Di bawah kepemimpinannya, Kongres direorganisasi dengan konstitusi baru,
dengan tujuan Swaraj. Keanggotaan dalam partai dibuka bagi siapa saja
siap untuk membayar biaya token. Sebuah hirarki komite didirikan untuk
meningkatkan disiplin, mengubah partai dari sebuah organisasi elit ke salah
satu daya tarik massa nasional. Gandhi memperluas platform non-kekerasan untuk
mencakup kebijakan swadeshi - boikot terhadap barang-barang
buatan luar negeri, terutama barang-barang Inggris. Terkait dengan advokasi ini
adalah bahwa khadi (kain tenunan sendiri) dikenakan
oleh semua orang India bukan buatan tekstil Inggris. Gandhi mendesak India dan
laki-laki perempuan, kaya atau miskin, untuk menghabiskan waktu setiap hari khadi
berputar dalam mendukung gerakan kemerdekaan.
Ini adalah strategi untuk menanamkan disiplin dan dedikasi untuk menyaring
keluar mau dan ambisius, dan keterlibatan perempuan dalam pergerakan pada saat
banyak yang berpikir bahwa kegiatan tersebut tidak kegiatan terhormat bagi
perempuan. Selain memboikot produk-produk Inggris, Gandhi mendesak orang-orang
memboikot pendidikan dan orang yang bekerja di pengadilan hukum Inggris, untuk
mengundurkan diri dari pekerjaan pemerintahnya. Hal ini yang dikenal dengan
tiga pesan politiknya untuk rakyat India.
Pantang
kekerasan menghasilakan dampak berbanding luas dengan keberhasilan,
meningkatkan semangat dan partisipasi dari semua strata masyarakat India.
Namun, seperti gerakan ini mencapai puncaknya, itu berakhir tiba-tiba sebagai
akibat bentrokan kekerasan di kota Chauri Chaura , Uttar Pradesh , pada bulan Februari 1922.
Khawatir bahwa gerakan itu akan mengambil giliran terhadap kekerasan, dan yakin
bahwa ini akan menjadi kehancuran dari semua karyanya, Gandhi membatalkan
kampanye pembangkangan sipil yang di canangkannya. Akhirnya, Gandhi ditangkap
pada tanggal 10 Maret 1922, mencoba untuk hasutan , dan dijatuhi hukuman enam
tahun penjara. Gandhi mulai hukuman pada tanggal 18 Maret 1922. Namun kemudian
Gandhi dibebaskan pada Februari 1924 karena mengindap sakit usus buntu,
walau Gandhi
menjalani masa hukuman selama 2 tahun. Dengan kejadian tersebut Gandhi
menyatakan bahwa; “Lebih baik dituduh pengecut dan lemah daripada disalahkan
mengingkari sumpah kita dan berdosa di hadpan Tuhan. Jutaan kali lebih baik
dampak tidak benar di hadapan dunia daripada di hadapan sendiri”
.
Tanpa
menyatukan kepribadian Gandhi, Kongres Nasional India mulai sempalan selama
tahun-tahun di penjara, membelah diri menjadi dua faksi, satu dipimpin oleh Chitta Ranjan Das dan Motilal Nehru mendukung partisipasi partai di
legislatif, dan yang lainnya di pimpin oleh Chakravarti
Rajagopalachari dan Sardar Vallabhbhai
Patel,
menentang langkah ini. Selain itu, kerjasama antara Hindu dan Muslim, yang
telah kuat pada puncak kampanye pantang kekerasan. Gandhi mencoba untuk menjembatani
perbedaan ini melalui banyak cara, termasuk berpuasa tiga minggu pada musim
gugur tahun 1924, dengan tujuan untuk mengajak kedua kelompok uuntk hidup
bersama secara damai deni cita-cita besar, yaitu kemerdekaan secara total.
Gandhi
kemudian meluncurkan gerakan Satyagraha
baru terhadap pajak atas garam pada Maret 1930. Hal ini disorot oleh Garam
Maret terkenal untuk Dandi dari 12 Maret - 6 April, di mana ia berjalan 388
kilometer (241 mil) dari Ahmedabad ke Dandi, Gujarat untuk membuat garam sendiri.
Ribuan Indian bergabung dengannya pada berbaris ke laut. Kampanye ini adalah
salah satu yang paling sukses di Inggris terus mengganggu di India; Inggris
menanggapi dengan memenjarakan lebih dari 60.000 orang. Namun penjara
tidak mampu melunturkan semangat
perjuangan pantang kekerasannya.
Menurut
Gandhi, kekerasan adalah identik dengan eksploitasi, Gandhi merepresentasikan
penolakan terhadap integritas individual. Secara moralitas, setiap manusia
mempunyai hak untuk dihargai integritasnya oleh yang lain, selain itu Gandhi
juga memiliki tanggung jawab untuk menghargai kebebasan dan integritas yang
lain. Manusia sudah semestinya diperlakukan sebagai tujuan dalam dirinya
sendiri. Sehingga tidak dibenarkan apabila manusia diperlakukan sebagai alat
untuk mencapai tujuan selain untuk tujuan kemanusiaan itu sendiri.
Kekerasan tidak semata-mata menghancurkan dan
mendegradasikan kemanusiaan dari sang korban. Namun lebih dari itu kekerasan
juga menghilangkan sisi kemanusiaan dari sang pelaku. Demikianlah kekerasan
menurut Gandhi, menghancurkan kedua belah pihak baik pelaku kekerasan maupun
korban dari kekerasan tersebut. Oleh karena itu menurut Gandhi, prinsip pantang kekerasan adalah merupakan prinsip
penting yang berlaku secara universal dan disegala kondisi kehidupan. Hanya
dengan menegakkan pantang kekerasan
sebagai prinsip utama dan bukan semata-mata sebagai instrument sementara.
Dengan secara sadar tatanan kehidupan yang manusiawi dapat dibangun dan dirawat
selamanya.
Untuk
dapat keluar dari lingkaran kekerasan yang mendegradasi nilai-nilai kemanusiaan,
bagi Gandhi. Maka setiap manusia harus menjalankan prinsip pantang kekerasan
yang didasari oleh cinta. Cinta yang dapat secara spontan dan memungkinkan
manusia selaras dengan fikiran dan manusia untuk menjalankan jalan hidup pantang
kekerasan. Selanjutnya berhubungan dan pandangannya tentang kebenaran, Gandhi
memahami bahwa kebenaran merupakan prinsip tertinggi yang didalamnya tercakup
prinsip-prinsip lainnya. Kebenaran itu melekat dalam pemikiran, perkataan dan
perbuatan. Menurut Gandhi prinsip Kebenaran Absolut adalah Tuhan. Inilah yang dikenal dalam pernyataan Gandhi bahwa
Tuhan adalah kebenaran. Namun demikian Gandhi berpijak pada relativitas dan
kelemahan manusia, Gandhi menegaskan bahwa setiap manusia tidaklah dapat
memahami kebenaran yang bersifat absolute, untuk itulah maka kita tidak dapat
memaksakan persepsi kebenaran kita kepada yang lain.
Pandangan
Gandhi tentang kebenaran absolut adalah Tuhan dan relativitas pengetahuan
manusia ini memberi pengaruh terhadap kesadaran termasuk dalam pemikiran
filosofis Gandhi. Gandhi meyakini bahwa kebenaran absolut hanyalah Tuhan,
sementara manusia hanya memahami kebenaran secara relatif sehingga setiap
manusia harus terbuka terhadap perspektif yang lain dan menerima koreksi dari
yang lain secara terus menerus untuk memperbaiki pandangannya.
Untuk itu, penegasan Gandhi merujuk pada prinsip-prinsip kebenaran dan pantang kekerasan.
Hal ini membawanya pada sikap pengutamaan harkat hidup kemanusiaan dalam setiap
refleksi praksis jalan perjuangan yang dirinya lampaui. Pemahaman akan hal ini
ikut mempengaruhi gagasan-gagasan politik yang diyakini
oleh Gandhi hingga
akhir hayatnya .
Gandhi
berusaha untuk keluar dari dua titik ekstrim antara ketundukan dan konfrontasi
dengan kekuasaan atau perlawanan dengan kekerasan terhadap kekuasaan yang
tiran. Menurut, Gandhi kedua hal tersebut dapat mengarah pada dehumanisasi atau
menghilangkan sisi kemanusiaan seseorang. Oleh karena itu, ketundukan dan
konfrontasi terhadap kekuasaan yang tiran akan membelenggu potensi kreatif dan
fitrah manusia untuk merdeka. Sementara sisi ekstrim lainnya yaitu perlawanan
dengan kekerasan terhadap kekuasaan akan menimbulkan kerugian yang mengerikan
terhadap semua fihak dan memunculkan balas dendam dan kebencian yang tidak
berkesudahan. Untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut. Maka Gandhi
membangun alternatif perjuangan pantang kekerasan untuk melawan kekuasaan tiran
kolonialisme.
Pada
konteksnya, dalam gerakan pantang kekerasan Gandhi, akan terjadi dialog di awal
dan di akhir gerakannya. Pandangan yang ideal dari Gandhi adalah untuk
meyakinkan pihak lawan akan kebenaran akan tujuan yang mereka perjuangkan dan
adanya kepentingan esensial bersama dalam sebuah kerjasama. Metode seperti,
mogok makan, puasa, hanya dapat dilakukan setelah pemenuhan tahap-tahap lainnya,
seperti pengumpulan informasi yang aktual, klarifikasi kepentingan bersama
kedua belah pihak, dan bila perlu. Di ikuti dengan penelitian yang lebih jauh untuk
mencapai persetujuan melalui kompromi terhadap hal-hal yang sifatnya tidak
penting. Bagi Gandhi, proses dialog ini dimaksudkan untuk bersifat saling
menghormati
dan saling percaya, dan kejujuran
partisipasinya akan sangat dihargai.
Para
pelaku gerakan sosial pantang kekerasan harus mampu mengetahui kemungkinan
mereka keliru dalam pergerakannya. Sebaiknya mereka juga harus bersikap terbuka
dari alasan-alasan dari tindakannya, dan besedia untuk mengikuti dialog.
Penting bagi mereka untuk memahami dan bersikap empati terhadap pihak lawan.
Pengertian semacam ini membawa para pejuang gerakan sosial pantang kekerasan
untuk menciptakan suatu kelonggaran terhadap hal-hal yang sifatnya tidak
penting, misalnya menggunakan kekerasan.untuk membuktikan kemurnian dari
gerakannya, demi menghilangkan kecurigaan pihak lain.
Menurut
Gandhi, tujuan utama dari gerakan tersebut adalah untuk membangun otonomi dan
kesadaran bagi mereka yang tertindas dan melampaui relasi ketegangan yang
berlangsung antara penindas dan yang tertindas. Sehingga tidak menimbulkan
kemandegkan atau stagnan dalam penerapan gerakan sosial pantang kekerasan.
Gandhi menjelaskan bahwa, pihak-pihak yang bertikai perlu untuk tetap
dilibatkan dalam pencarian kebaikan abadi, karena tujuan gerakan pantang
kekerasan adalah aktualisasi diri dan untuk mengatasi perbedan sosial. Disamping
itu pemikiran Gandhi itu pula tercermin dalam pemikiran Paulo Freire, berarti
ini adalah tugas kemanusiaan dan tugas sejarah yang besar bagi kaum yang
tertindas; untuk membebaskan diri mereka sendiri sekaligus para penindasanya.