Laman

Selasa, 29 Oktober 2013

DI KALA MANUSIA MEMANGSA



DI KALA MANUSIA MEMANGSA

Dunia modern itu baik katanya!
Semua bebas berekspresi tanpa titik dan koma
Suara lantang memaki, menghujat hal biasa
Inilah era liberalisasi yang diagungkan manusia sejagad raya
Politik bibir ranum, lidah katak dan bermuka badak jadi idola
Dalam waktu yang berjalan siang malam, kita disuguhi aneka sajian yang fantastis
Politisi saling Sandra demi citra partai dan kuasa di parlemen dan ruang birokrasi Istana
Polisi di buru, pendekar hantu malam tanpa bayangan, lalu mati di jalan raya
Mencekam, sembari meninggalkan tanda Tanya bagi keluarga dan publik
Siapa sesungguhnya manusia pemangsa itu?
Lalu kita kembali merenungi, para siswa ibu ibu kota beradu kekuatan di halaman sekolah menuju jalan raya sambil melukai satu sama lain
Jalanan menjadi arena tinju para petarung
Kaum terpelajar seakan kehilangan mata batin dan akal sehat
Setumpuk undang-undang prosuksi Departemen Pendidikan, demi mencerdaskan kehidupan anak bangsa
Kini, lapuk di gudang sekolah yang hanya dibaca rayap dan kecoak
Orang tua tampil sebagai sapi perah anak kandung sendiri demi harga diri yang terstruktur
Lalu bangga kami adalah anak bangsa yang pandai
Inilah dunia bebas merdeka yang dikehendaki kaum reformis
Mengucilkan Orde Baru dari catatan resmi negara kemudian menggayang Soeharto
Kaum akademisi kini berpesta, kita bebas menulis, mengkritis bahkan menghujat sesuka hati
Tembok Pembatas pencerahan telah ambruk bersama politik Dinasti dan Etnisitas
Namun, semua berbeda dalam kisah dan fakta
Kaum Pemburu kekuasaan kian menggeliat dan binal dibalik soko guru yang mereka punya
Para pendekar kini bermunculan dari segala medan laga dan perguruan silat lidah
Kemudian menggandeng jemari lentik kaum bunda putri demi satu kehormatan dan wibawa
Cita-cita emansipasi terwujud pula seirama habis gelap terbitlah terang
Oh, ternyata liberalisme itu seksi dan menantang
Dunia politik ramai dari kampanye pencitraan diri dan iklan kemajuan palsu
Membedah teori hutan rimba, gunung emas dan batas wilayah dalam rung seminar yang mulai rapai para kapitalis baru
Mengkapling lahan gapan, membunuh kaum latah atas nama pembangunan
Sungguh, praktik barbarisme menjamur sudah
Mereka semua kaum pemikir ulung yang diproduksi ibu kandung
Namun, kawan. Kata dari generasi yang menanti kemurkaan alam yang selalu datang
Antara tsunami, air bah dan gempa bumi berulang-ulang meradang
Dan kita, dianjurkan istigosah lalu memaafkan. Itulah budaya Indonesia
Kawan, aku hanya menulis apa yang ada hari ini
Tentu, esok hari. Para pemburu akan kembali meneror dalam beragam gaya dan sikapnya
Untuk kita dan generasi mendatang

Kamaruddin Salim

Pejaten- Pasar Minggu, 29 Oktober 2013
Pukul, 19.00. Wib

Kamis, 24 Oktober 2013

HARI PAHLAWAN, Ritualitas Tanpa Koma




HARI PAHLAWAN, Ritualitas Tanpa Koma
Kamaruddin Salim [1][1]
 Keberadaan bangsa yang merdeka, dari satu masa dan generasi. Sudah barang tentu bertolak dari peran orang-orang yang berjuang di masa lalu. Dengan cita-cita perubahan, nyawa dan materi,dan semua untuk kebebasan dan kedamaian tanah air yang mereka punya. Epos

10 November 1945 itulah catatan sejarah yang abadi dalam kitab sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Satu ritus sejarah perjuangan yang lahir dari semangat nasionalisme kebangsan yang bertujuan demi mewujudkan kemerdekaan dari belenggu kolonialisme dan imperialisme bangsa asing. Walaupun apa yang terjadi di Surabaya awal mula pergolakan nasional dan melegitimasi satu proses perjuangan yang panjang sejak bangsa asing menginjakkan kaki di Ibu Pertiwi, yang sebelum terbentuknya NKRI, akan tetapi, 10 Novermber telah menjadi satu titik klimaks dari perjuangan kaum pribumi di Jawa Timur dan berhasil mengusir tentara Sekutu bersama sukarelawan Gurka danri India.
Kemerdekaan Indonesia yang kini berusia 68 tahun, tentunya merupakan cita-cita luhur para pahlawan yang dengan berani memperjuang apa yang mereka miliki demi terwujudnya kemerdeaan bangsanya. Tentunya, apa yang diabdikan tersebut menjadi hal yang memberatkan oleh para pejuang kemerdekaan. Logikanya dalam suatu situasi yang yang serba sulit dan bergolak kala itu, persatuan dan semangat kolektif tetap menjadi utama, tanpa mengedepankan ego individualisme pribadi maupun kelompok. Fakta empiris membuktikan bahwa dengan semangat kolektifitas dari rakyat Indonesia dapat meraih kemerdekaan. Di mana, penantian selama beberapa abad di kala Nusantara ini dijajah oleh bangsa asing seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Jepang dan Inggris.
Ritualitas hari pahlawan diperingati sebagai suatu bentuk penghargaan atas jasa para pejuang telah gugur di medan pertempuran maupun di usia senja setelah kemerdekaan. Ritualitas yang dilakukan dengan berbagai cara dan tema tak ubahnya sebuah serimonial tahunan. Kesan apresiasi sarat makna dan nilai heroik,  pada hakikatnya untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa buah dari perubahan dan kemerdekaan hari ini adalah transaksi yang tragis dan kegigihan generasi terdahulu tanpa nilai tukar apapun berlabu dalam pikiran mereka. Merekalah adalah insan patriotik yang dikenali oleh seluruh anak bangsa dengan sebutan “Pahlawan”.
Pahlawan, kata ini tentunya akrab ditelinga semua orang, dan menyisyaratkan suatu daya tarik tersendiri. Terminologi pahlawan dalam realitas selalu dikaitkan dengan satu daya juang, pengorbanan seseorang dalam hidupnya dan itu dinilai berguna bagi orang lain. Hal ini, tentu tidak mengaburkan pengertian pahlawan sesungguhnya. Akan tetapi pahlawan dalam arti yang sempit kadang dijumpai dalam tutur kata, baik lisan ataupun tulisan. Dan semua seakan terfokus pada seseorang yang berlatar dengan pendekatan lebel atau simbol yang dilegalkan negara atau pemerintah, seperti Tentara ataupun kaum birokrasi. Disamping itu, di Indonesia terdapat beberapa kategori pahlawan bangsa, antara lain pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan nasional, pahlawan proklamator, dan pahlawan revolusi. Namun dengan runtuhnya hegemoni kuasa rezim Orde Baru, bermunculan orang yang dikategorikan sebagai pahlawan, diantaranya Pahlawan Reformasi dan Pahlawan Devias (TKI)
 Terlepas dari perdebatan gelar kepahlawanan, yang sepatutnya di soroti serius adalah, prosesi serimonial memperingati hari pahlawan itu sendiri dan bagaimana implementasi pokok dari hasil perjuangan para pahlawan di masa kini?. Di mana, ragam argumentasi terkait dengan dinamika berbangsa dan negara yang belum merdeka dari penjajahan asing dan dijajah bangsa sendiri. Wacananya kritis semacam ini, tentunya mengingatkan kepada pengambil kebijakan bahwa perjuangan belum berakhir.  Karena, kemerdekaan yang dinikmati saat ini sepatutnya dipertahankan dengan baik. Sehingga penjajahan gaya baru tidak lagi tampil sebagai bentuk algojo baru di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang merdeka.disamping itu ada pula bentuk penghargaan lain yang diapresiasikan kepada jasa-jasa para pahlawan dengan menulis biografi para pahlawan.
Buah pemikiran, perjuangan dan jasa-jasa para pahlawan adalah warisan abadi bagi generasi penerus bangsa untuk dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Begitu pula sejarah para pahlawan akan selalu terkenang tak lapuk termakan zaman. Dengan melalui karya inilah tentunya menjadi jembatan antara peristiwa yang masalalu dan masyarakat dapat dibangun sebagai salah satu bentuk rekam jejak yang hidup dan menginspirasi dari masa kemasa. Dari apresiasi yang baik, tentunya mengingatkan kita pada ungkapan Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno, Jangan Sekali-kali Lupoakan Sejarah (JASMERAH). Bila bangsa Indonesia melupakan sejarahnya, maka dampak yang terjadi tentunya lebih masif penjajahan gaya baru yang akan melanda bangsa  dan negara ini. Di mana, era globaliasi dan moderniasi yang menandakan kemajuan tekhnologi yang menggila saat ini, akan dengan mudah memecah belah Indonesia dengan sekejab mata!!!!





[1][1] Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta

Rabu, 23 Oktober 2013

KESETIAAN DAN PENGORBANAN, Belajar dari karya Rabindranath Tagore

                                                       KESETIAAN DAN PENGORBANAN

MEMAHAMI KARYA TAGORE

Kamaruddin Salim

            Kecemburuannya menggerogoti hatinya bagai sebuah penyakit kanker yang     tersembunyi.........suatu persoalan sepele membuat racun itu membeludak. Pares menuduh Paramanada, seorang munafik di depan istrinya dan berkata ' sanggupkah kau bersumpah bahwa kau tak jatuh cinta kepada burung bangau yang berpura-pura menjadi pertapa ini?"

Kecemburuan bagai penyakit kanker yang tersembunyi, uraian kata yang sarat makna dari Tagore, tentunya maknanya dapat ditafsirkan oleh kita dengan berbagai terminologi bahasa, sungguh Seorang Tagore mengungkapkan sesuatu hal tidak serumit untuk dibaca dan dipahami oleh anak sekolah dasar sekalipun.Kita tentu dibuat kagum pada alur yang menarik walau cerita yang ditulis hanya beberapa lembar halaman saja. Tagore tentu membawa kita pada satu realitas sesungguhnya. bahwa, kecemburuan itu serupa penyakit yang mematikan "kanker".

Rasa Cemburu yang tersembunyi lalu akhirnya meledak keluar dari dasar hati yang tersembunyi, membawa Pares menuju ajalnya. dan kemudian memaksa Gouri meminum racun untuk membuktikan bahwa gejolak rumah tangga yang berdasar pada rasa cemburu Pares itu tidaklah benar, dan Gouri membuktikan hal itu secara serius dan akhirnya dia pun terlentang disamping jasad sang Suami tercinta dengan perasaan cinta dan kesetiaan.

kisah cinta yang di tulis Tagore dalam cerpen ini, yang hanya mengisahkan tiga orang aktor penting di dalamnya, namun bila kita hayati secara serius, tentunya melibatkan semua manusia yang mempunyai hasrat cinta kasih kepada sesamanya. dan penyakit (kanker) cemburu itu tentu mengindap semua manusia di muka bumi ini. dan saya pun mengalami hal yang sama. Tagore sebagai serang Filsuf dan Sastrawan kawakan, tidak terlalau bermain dalam imajinasi kata-kata yang rumit, tatapi dia mampu mengahdirkan sesuatu yang sederhana dan mudah dicerna oleh pambacanya.

kisah kesetiaan ini, merupakan satu cerita fiksi dan realis, dalam pandangan sayang. sangat menarik untuk dibaca dan jadikan referensi penyadaran kepada kita semua bahwa, segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit cemburu, sepatutnya dibicarakans ecara baik ataupun dirawat secara baik sehingga tidak berujung kepada aksi bunuh diri sebagaiman yang dilakukan oleh Gouri. dan bila kita  bandingan dengan kisah Qais dan Lailai dalam cerita Laila Majnun, sesungguhnya memiliki kemiripan. dan akhir kisah percintaanpun sama. wlaupun seting ataupun latar ceritanya berangkat dari dua benua yang wilayah yang berbeda, satu di Persia dan di India.



Dalam cerita kesetiaan yang di tulis oelh Tagore, yang membuktikan kesetiaan kepada pasangannya adalah sang Istri. namun dalam kisah Laila Majdnun adalah Qais kekasih gelapnya. bila kita baca secara baik, tergambarkan bahwa. hasrat cinta yang memuncaknya rasa cembu membuat Sejak itu Qais tidak mau berbicara kepada orang lain, ia sibuk dengan dirinya sendiri dan sering kali terlihat berbicara sendiri. Karena perilaku aneh inilah orang sekampungnya memanggil Qais dengan Majnun, yang berarti kurang sempurna pikirannya. Akan halnya Laila, meskipun kini telah menjadi istri Sad bin Munif, ia tetap mencintai Qais. Menurut Laila, secara fisik ia boleh menjadi istri Sad bin Munif, tetapi jiwanya tetap untuk Qais. 

Dalam ungkapannya, di dunia Qais dan Laila bukanlah pasangan suami istri, tetapi di akhirat mereka menjadi pasangan abadi. Karena tak kuat menanggung penderitaan cinta ini, Laila sakit dan selalu memanggil nama Qais. Akhirnya Qais pun dipanggil untuk menemui Laila. Ketika mereka bertemu, Laila memberi pesan terakhir bahwa mereka akan bertemu nanti di akhirat sebagai sepasang kekasih. Demi melihat kekasihnya meninggal, putus asalah Qais. Tak ada lagi keinginannya untuk hidup. Sehari- hari kerjanya hanya duduk di pusara Laila hingga akhirnya Qais meninggal. Maka, jasad Qais pun dibaringkan di samping pusara Laila. Kira-kira 10 tahun kemudian, beberapa musafir menziarahi kubur mereka berdua. Di atas kedua pusara itu telah tumbuh dua rumpun bambu yang pucuknya saling berpelukan. Maka, masyhurlah kisah ini sebagai kisah Laila-Majnun.semoga kita dapat mendapat pelajaran yang positif dari kedua kisah yang ditulis oleh para FIlsuf dan sastrawan terkemuka dunia ini,amin
Kamaruddin Salim
Universitas Nasional, 23 Oktober 2013

Referensi Bacaan Cinta Tak pernah mati. Kumpulan Karya para sartawan dunia. Penyunting: Anton Kurnia. Penerbit Serambi. 1 Juni 2011. Hlm. 200
Laila Majnun



Selasa, 22 Oktober 2013

CINTA MU, MENCIPTA KEHIDUPANKU

                                              CINTA MU, MENCIPTA KEHIDUPANKU


cintamu mengalir dalam alam sadarku
lalu jiwaku menjamu hangatnya sikapmu yang lembut
bersama tutur kata yang santun tanpa beban
lama menempel di pikiranku tak menghilang
sungguh semua terjadi begitu capat bagiku
hingga aku tak punya waktu menerka
semua terjadi begitu cepat dan singkat
aku akan melamarmu sendiri sayang.....

kisah cinta setiap manusia tentu beragam dan penuh kerinduan. dalam beberapa risalah yang di tulis oleh para sastrawan terkemuka dunia mengabdikan hidupnya dengan menuliskan kisah mereka dengan sadar dan jujur. semua itu untuk mengabdikan kenangan generasi setelah mereka. dan aku salah satu orang yang gemar membaca kisah mereka. kita tantu nya menjadi manusia yang meniru lalu menggelola hidup kita serupa atau bahkan berbeda dengan mereka agar menemukan satu kehidupan dalam ksaih sayang yang lebih baik dan harmonis.

aku, ingin menulis perasaan riangku dikala keinginan baikku terkabulkan oleh Yang Maha Kuasa, di mana, doa yang dipanjatkan tatkala bermunajad kepadanya berbuah baik. semua tentu merupakan suatu anugerah tak terkira. bahwa jodoh memang berada di tangan tuhan. kegembiraan saat ini belum lah sempurna dari sebuah proses kehidupan, sebab semua tetap berjalan tanpa akhir. kisah ini baru dimulai. awal episode yang menantang dan cukup meneror kesadaran. semua menjadi satu cerita baru dalam proses menuju anak tangga berkeluarga. satu ritualitas spiritual yang tergerak dengan rasa hati yang sulit dijelaskan melalui teori ilmu pasti. dari cerita orang yang lebih dahulu menempuh proses kehidupan rumah tangga dengan ragam kerumitan dan ketenangan yang ada, kini aku merasakannya. belajar dari pengalaman yang ada, dengan sadar ingin aku menerka-nerka kala kita merasakan satu kebahagiaan disaat kita mencintai seseorang lalu kemudian melamar dia, apa yang sepatutnya dilakukan. ya, kini aku mengelaborasi semua yang terbaca dan didengarkan itu dalam kisah sendiri dengan berbagai pendekatan perasaan dan kedaran demi mewujudkan kehidupan rumah tangga yang lebih baik.

cinta memang satu gejolak jiwa yang rumit di gambarkan dengan kata-kata, pepatah ini memang menarik untuk direnungi. memang dalam beberapa hal, semua orang tentunya memilih mengimplementasi perasaan dan pengalaman mereka dengan berbagai simbol-simbol berupa benda yang bertujuan untuk menunjukkan kasih sayang dan kesetiaan mereka kepada pasangannya. semua yang mereka lakukan tentu tidak salah dan dapat dibenarkan. ada pula yang mengekspresikan dengan pendekatan yang lebih fulgar dan menantang, misalnya memonopoli hasrat dari simbol seksualitas demi diapresiasi pasangannya sebagai tanda cinta dan sayang.

simbol mawar misalnya, mendunia dan melekat erat dengan ekspresi cinta pada pasangan, ada pula, memoles diri agar terlihat lebih cantik, ganteng dan lain-lain dengan alasan menjaga harmoni dalam hubungan. aku tentunya mengajak pikiran sadarku, agar bagaimana menunjukkan perasaan kasih sayang kepada pasanganku dengan bentuk yang berbeda pula. alasan semua ini tentunya merupakan ciri khas dari setiap orang yang menunjukan kasih sayangnya kepada sang kekasih. ada pula, yang memilih ungkapan perasaan dengan memuja sang kekasih dalam kesantunan sikap bersajak dan pujian tertulis kepada kekasihnya. semua tentunya dapat dibenarkan.

cinta berawal dari mata, pandangan pertama dan cinta lokasi dan apapun ruang dan lokasinya, semuanya tentu merupakan satu gejolak perasaan dan hasrat manusiawi yang pada hakekatnya dialami oleh semua orang. kita tentu seruapa dengan ungkapan di atas. cinta pun dapat menciptakan sejarah dunia menjadi lebih gemilang atau bahkan dapat terkenal setelah kisah itu bermula. kita tentunya ingat dengan ribuan kisah kaum terhdahulu yang mengorbankan diri, harta benda dan bahkan apapun yang dia punya demi untuk mendapatkan cintanya. kisah Sah Jahan, membangun Taj Mahal demi mengekspresikan bukti kecintaannya terhadap Istri tercintanya. kisah Laila Majnun yang melegenda di Tanah Arab, uraian kisah Remeo dan Julie oleh Shakespeare. yang lebih merngharukan adalah kisah Dewi Shinta dan Rama dalam cerita Ramayana. dan sederet kisah percintaan dari ranah Minang, Sengsara Membawa Nikmat atau Di bawah Lindungan Kab'ah oleh Buya Hamka. semua kisah ini memang menaruh banyak perhatian para penggiat sastra atau bahkan bagi jutaan umat manusia yang ingin menemukan satu nilai lebih untuk memulai kehidupan yang sadar dengan cinta kasih yang bermakna dan dalam kesederhanaan. dan hal inilah yang mendorong Leo Tolstoy mengekspresikan kecintaannya kepada Sang Istri dengan menulis satu kjisah yang monumental dalam kitab Anna Karenina yang kemudian menjadi sumbangsih berharga bagi dunia sastra dan Rusia hingga kini.

berbeda dengan ragam cerita dan kisah yang lebih dahulu ada, aku hanya ingin menulis satu uangkapan perasaan yang melekat dalam jiwaku, bahwa cinta sesungguhnya satu gejolak jiwa yang tentunya lumrah dialami dan dimiliki oleh semua umat manusia. bila berbeda dalam wujud nyatanya, tentulah semua itu buah dari perasaan yang diekspresikan oleh manusia itu sendiri. dan aku sendiri merasa perlu untuk tetap berekperimen dalam hidup ini, bahwa cinta itu sifat kebaikan dari Tuhan yang diberikan berikan langsung kepada jiwa setiap makhluk ciptaannya secara jelas dan nyata dengan tujuan agar manusia untuk saling mencintai satu sama lain hingga ajal menjemput mereka.

bila cinta telah datang padamu, maka bersyukurlah dan terima lah dengan riang gembira. semua itu adalah aneugerah yang tak terbatas dan mulia dari Tuhan-mu. dia maha tahu dari dirimu sendiri. rawatlah cintamu dengan baik dan berilah cinta yang tulus kepada kekasihmu. semua yang engkau beri dengan tulus, tentu akan berbuah manis. belajarlah kepada kedua orang tua kita yang dengan ikhlas membangun harmoni rumah tangga sehingga detik ini kita berkumpul dan tumbuh bersama mereka, berbahagialah bagi yang masih bersama kedua orang tuanya. Tuhan selalu mencintai Umatnya yang bersyukur atas rahmat dan karunia-Nya dengar sadar dan ikhlas.

Senin, 21 Oktober 2013

MAHATMA GANDHI SANG INSPIRASI


Setiap orang yang telah mempelajari ataupun mengetahui Sosok Mahatma Gandhi. pasti terisnpirasi untuk mewujudkan kehidupan di alam ini dengan gerkan kata dan tindakan yang penuh arti dan damai dalam cinta kasih. lelaki yang semasa hidupnya hanya menggunakan bulatan kain tanpa sentuhan modernime mode serta kaki yg beralakan sandal yang di jahit sendiri apabila rusak. dan anti terhadap kekerasan dalam bentuk apapun. pemimpin kharismatik yang menginspirasikan sekian banyak tokoh dunia, seperti Nelson Mandela, Dalai Lama, martin Luther King, Bunda Theresa, Bung Karno, bung Hatta, Sjahrir, Mira Bhen, Badhas Khan dan Nehru. sang Jiwa Agung yang memilih tinggal di tengah-tengah masyarakat miskin. Gandi pernah berkata” Membantu orang miskin itu mudah, tetapi untuk hidup seperti orang miskin itu yang sulit bagi setiap orang” Gandhi sendiri mampu mendorong rakyat India untuk bangkit dari tidur panjangnya dan keluar dari kebodohan untk melawan kolnialisme serta imperialisme Inggris di negaranya. dan beliau mampu mewujudkan gerakan ketidak patuhan terhadap hukum Inggris sehingga di penjara selama separuh dari masa hidupnya. namun akhirnya rakyat india dapat menikmati kemerdekaannya. namun Gandhi lebih memilih hidup di tengah perkampungan Rakyat miskin India. pemimpin sekaligus filsuf yabg jujur menulis dalam biografinya secara jujur dan tidak takuk di hujat oleh pembacanya. sebab menurut Gandhi. berkata jujurlah, sekalipun itu penuh dengan konsekuansi buruk bagimu” dan setahu saya belum ada Tokoh Kharismatik yang menulis tentang keburukannya sendiri dalam sejarah hidup pribadinya. pantas kalau dia di sebut sebagai Mahatma (SANG JIWA AGUNG) oleh masyarakat india. ini gelar yang serupa dengan Nabi Muhammad SAW (AL AMIN) semoga amal dan perjuangan nya di terima oleh Tuhan Yang Maha Esa.




Transformasi Gerakan Sosial di Afrika Selatan
Pada musim panas, tepatnya Juli 1891,di usia yang ke dua puluh satu tahun Gandhi berhasil menyelesaikan pendidikan hukum dan lulus dari ujian pengacaranya di London-Inggris. Kemudian Gandhi memutuskan untuk kembali ke India. Kakaknya Laksmidas menyambutnya di pelabuhan Bombay. Di sinilah Gandhi di beritahu bahwa ibunya telah meninggal dunia dua minggu sebelum kedatangannya ke India. Laksmidas tetap merahasiakan berita kematian ibunya hingga kepulangan Gandhi, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu studinya di Inggris. Dengan tenang Gandhi menerima berita buruk tersebut, tanpa meneteskan air mata. Walaupun demikian Gandhi sangat mencintai ibunya, karena sang ibulah yang meninggalkan nilai-nilai spiritual bagi dirinya yang dipengaruhi oleh keyakinan dan agamanya. Pengaruh nilai-nilai spritual dari sang ibu tersebut, Gandhi mengembangkan penghormatan untuk segala bentuk kehidupan dan ajaran-ajarannya tentang kedamaian serta tanpa kekerasan[2]. Laksmidas mengatakan bahwa hingga saat akhir kematiannya, ibu masih terus berharap agar Gandhi diterima kembali di kastanya dan Gandhi harus menghapus noda karena telah menyebrangi air hitam.[3] 
Gandhi beserta keluarganya tinggal bersama Laksmidas dan Karandas di rumah keluarga di Rajkot selama satu tahun. Selama masa itu, setiap orang selalu menghormati Gandhi sebagai seorang pengacara  yang baru datang dari Inggris. Tetapi selama itu pula, Gandhi tidak bisa mendapatkan pekerjaan.[4] Gandhi menyadari bahwa ternyata tidak mudah menjalankan pekerjaan pengacara. Ditambah lagi Gandhi tidak menguasai hukum India, Hindu dan Islam. Perjalanannya sebagai pengacara di kota ini justru hancur, karena Rajkot penuh dengan permainan politik dan ketidakadilan terhadap suku minoritas yang merupakan klien Gandhi. Gandhi bahkan pernah di usir diusir oleh seorang sahib (pejabat), Mr. Charles Ollivant dari kantornya, karena Gandhi membela kakaknya Laksmidas.[5]
Untuk mendapatkan perkara Gandhi harus pindah ke Bombay. Di kota inilah Gandhi memulai karir profesionalnya sebagai pengacara di kantor pengadilan Bombay. Selama hampir dua tahun Gandhi berusaha mapan sebagai seorang pengacara. Usaha Gandhi untuk berkarir sebagai pengacara dan mempraktekkan ilmu hukum di pengadilan Bombay mengalami kegagalan, maka akhirnya, Gandhi lebih memilih untuk sementara waktu meninggalkan profesinya sebagai pengacara di pengadilan Bombay. Setelah itu, Gandhi bekerja sebagai guru paruh waktu di Bombay High School, di tempat ini Gandhi tidak mendapatkan gaji yang sesuai dengan kualifikasi professional yang dimilikinya. Kemudian Gandhi memutuskan untuk kembali ke Rajkot dan menempuh hidup sederhana dengan bekerja sebagai konsultan hukum, yaitu sebagai orang yang menyusun konsep permohonan penyelesaian persengketaan untuk diajukan ke dalam persidangan. Namun demikian, Gandhi akhirnya meninggalkan pekerjaan tersebut karena selalu mendapatkan perlakuan yang buruk oleh pihak petugas berkebangsaan Inggris di wilayah setempat.[6]
Pertengahan Maret 1893, Gandhi dan keluarganya menghadapi dilema. Kehidupan seluruh anggota keluarganya sedang di ujung tanduk. Krisis ekonomi melanda, dalam cekikan ketidakpastian, datang sebuah surat penawaran pekerjaan kepada Gandhi untuk menjadi pengacara dalam kasus gugatan sipil di Afrika Selatan. Penawaran itu datang dari kenalan lama keluarga Gandhi di Porbandar. Seorang pedagang Muslim bernama Dada Abdullah.[7]
Dada Abdullah[8] mengundang Gandhi untuk membantu perusahannya mengenai permasalahan hukum, dengan masa kontrak selama satu tahun. Gandhi menerima penawaran tersebut dan segera berangkat menuju Afrika Selatan pada April 1893. Untuk sementara Gandhi meninggalkan Istri dan anak-anaknya tetap di India. Pada Mei 1893, Gandhi tiba di demaga Durban. Gandhi dijembut sendiri oleh Dada Abdullah. Sesampainya di Natal, Gandhi dihadapkan pada tantangan maupun kesempatan yang sebelumnya tidak pernah dia bayangkan.
Ketika Gandhi berangkat ke Afrika Selatan, tujuan yang terlintas dalam pikirannya sangat sederhana. Gandhi hanya berkeinginan untuk memenangkan perkara-perkara hukum Dada Abdullah dan mendapatkan uang sebagai mata pencahariannya. Oleh karena itu, beberapa hari setelah sampai di Natal, Gandhi pergi ke Pengadilan Durban untuk menjalankan misinya. Tetapi disana Gandhi tidak bisa diterima oleh hakim pengadilan karena Gandhi tidak melepaskan turban (tutup kepala khas India) ketika masuk ruang pengadilan. Namun Gandhi membantah dengan berkata, ”sebagaimana tanda penghormatan di kalangan orang Eropa dengan mengangkat topi mereka, kebiasaan memberikan penghormatan di kalangan orang India adalah dengan memakai penutup kepala”. Namun, hakim tetap tidak menyetujui argumen itu dan Gandhi memilih untuk meninggalkan ruang pengadilan.
Pada suatu saat, pengadilan menghendaki kehadiran Gandhi di Pretoria, sebuah kota di Provinsi Transfal, Afrika Selatan. Tiket kelas satu di persiapkan untuk Gandhi. Ketika perjalanan baru sampai di Pietermaritzbug, Gandhi dipaksa keluar dari gerbong kela satu karena Gandhi menolak memberikan jatah kursinya kepada penumpang berkebangsaan Eropa, padahal di kereta itu dibuat peraturan bahwa tiket kelas satu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Eropa. Sebagaimana diketahui, praktek diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan warna kulit memang sangat mengakar di Wilayah ini.
Akibat dari pengusiran tersebut, sepanjang malam dalam perjalanannya Gandhi mengalami demam yang disebabkan oleh hawa dingin yang menggigit tulang serta perasaan gundah atas pengalaman pahit menimpanya. Malam pedih itu memiliki pengaruh sangat penting terhadap perubahan pola pikir dan sikap Gandhi. Dikemudian hari, Gandhi selalu mengatakan bahwa misi politiknya bermula dari kejadian malam itu, ketika dia menggigil kedinginan di ruang tunggu, di Pietermaritzbug.
Dalam perjalanan selanjutnya menuju Pretoria, Gandhi di pukuli dan ditolak masuk hotel yang telah diberi tanda khusus hanya untuk orang-orang Eropa.
”Oh Tuhan yang berkuasa atas seluruh makhluk,” tulis Gandhi kemudian, kuatkanlah tekadku untuk menghadapi ujian berat ini. Aku merelakan diriku  untuk terus di cerca hinaan dan menerima pukulan lebih banyak sepanjang perjalananku menuju Pretoria. Tetapi aku bertekad semua yang menimpa diriku ini hanya kan semakin menguatkan keteguhan hatiku”[9]
Berbagai penghinaan yang dialami Gandhi memang menjadi realitas sehari-hari bagi para buruh dan pedagang berkebangsaan India yang menetap di Afrika Selatan. Dari pengalaman kekerasan yang dialami tersebut, membulatkan tekad Gandhi untuk melawan segala bentuk ketidakadilan dan membela martabanya sebagai manusia.[10] Afrika Selatan menjadi bumi pembuktian, landasan bagi kemunculan Gandhi sebagai pemimpin utama komunitas India imigran selama dua dekade berikutnya. Hingga tiba waktunya Gandhi kembali ke India. Gandhi telah berubah total. Dalam berpakaian dan tatakrama sehari-hari serta dalam berpikir, berbicara dan dalam hal utamanya.[11]    
            Gandhi memutuskan untuk menyelesaikan pertikaian hukum yang membawanya ke Afrika Selatan. Pikiran Gandhi tidak terpengaruhi oleh debat hukum yang sengit dan berlarut-larut. Gandhi lebih menyukai penyelesaian konflik dengan jalan perundingan daripada dengan tuntutan ke pengadilan. Kecenderungan Hindu tradisional untuk menemukan konsensus, dalam masalah-masalah sosial, politik, dan perdebatan filosofis keagamaan, merupakan matriks pendekatan Gandhi terhadap masalah-masalah hukum. Gugatan Dada Abdullah adalah untuk uang sebesar empat puluh ribu pounsterling, yang dia klaim sebagai miliknya atas dasar surat kesanggupan dan kegagalan kinerja tertentu oleh sepupunya yang juga pedagang, yang sama-sama yakin tidak merasa bersalah.
Presepsi Gandhi mengenai pelaksanaan hukum juga mengalami perubahan dari pendekatan yang dilandasi permusuhan ke pendekatan yang mengutamakan konsiliasi. Gandhi berhasil menyelesaikan kasus Dada Abdullah dan keluarganya, melalui arbitrasi dan buka melalui litigasi. Dan akhirnya Gandhi samapi pada kesimpulan;
Tugas seorang pengacara bukanlah untuk memanfaatkan peluang-peluang dan keuntungan-keuntungan yang dijamin oleh hukum melainkan untuk mencari kompromi dan rekonsiliasi

            Inilah yang dalam kehidupannya kemudian menjadi caranya dalam menangani kasus-kasus. Prinsip untuk membuat orang lain tidak menderita merupakan ciri khas non kekerasan Gandhi. Untuk dapat mempraktekkan prinsip ini seseorang harus belajar untuk tidak membenci tetapi untuk mencintai lawan secara sportif. Dengan cara ini manusia dapat menghapus semua kemungkinan untuk menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun, dalam kata-kata, perbuatan atau pikiran. Dengan demikian kita akan dapat merebut hati pihak lawan sehingga mereka dapat melihat akibat dari perbuatannya dan untuk melakukan pembaruan[12].
Afrika selatan bagi Gandhi merupakan suatu sekolah untuk kedudukannya kelak dalam perjuangan kemerdekaan India. Mula-mula Gandhi hanya mempertahankan golongan Hindu kelas atas, yang tidak lagi terpaksa bekerja di perusahan-perusahan perkebunan dan tambang-tambang, jadi mereka yang telah berada dan tidak lagi menjadi kuli-kuli kontrak, dan oleh pemerintah sedang berusaha mengusir mereka dengan jalan mengadakan pajakyang tinggi-tinggi. Akan tetapi pembacaan Tolstoy dan Ruskin mengarahkan Gandhi ke arah golongan-golongan Hindu miskin[13].
Tahun 1906 dapat dikatakan sebagai sebuah titik balik dalam kehidupan Gandhi. Pada tahun itulah Gandhi mengalami suatu kebangkitan spiritual yang mendalam dan mengabdikan dirinya demi kepentingan umat manusia. Gandhi bersumpah untuk hidup diluar lingkungan kehidupan suami-isteri secara biologis dan hidup sesuai prinsip kemanusiaan menurut gayanya sendiri. Pada tahun 1906 itu juga, tepatnya pada tanggal 11 September, Gandhi memulai gerakan untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan dengan berpijak pada azas kebenaran dan pantang kekerasan.
Pertemuan tanggal 11 September 1906 itu disenggelarakan untuk membicarakan dan memperdebatkan bentuk-bentuk protes yang akan dilancarkan masyarakat India. Yang jelas aksi protes tersebut harus dilancarkan dengan tekad ’lakukan sesuatu atau mati’, satu hal yang harus dipastikan adalah Undang-undang  Registrasi Penduduk Asia tersebut harus di tentang. Rancangan Undang-undang ini dimaksudkan untuk mencegah orang-orang india yang telah meninggalkan Transvaal selama perang Broer agar mereka tidak kembali ke Transvaal, agar mencegah imingrasi orang-orang India berikutnya. Dan semua orang India yang ada di Transvaal diambil sidik jarinya dan dapat sertifikasi dari pemerintah. Oleh karena itu hampir tiga ribu orang memenuhi Empire Theatre di Johannesburg. Tugas berikutnya bagi Gandhi mencari nama gerakan protes yang digagasnya, nama Passive Resistance (perlawanan pasif).
Pada bulan Agustus 1907, perasaan ketidak adilan dikalangan komunitas India mencapai puncanya. Black Act (Undang-undang Kulit Hitam) memerintahkan kepada semua orang India baik laki-laki maupun perempuan mendaftarkan diri dengan sidik jari mereka dan seorang India yang tidak memeiliki surat keterangan dapat dipenjara, di hukum atau di deportasi. Orang India menyebutnya ”Hukum Kulit Hitam,” karena hukum-hukum itu tidak adil dan hanya di tujukan pada orang-orang kulit hitam, coklat, dan kuning dari Asia. Gandhi sendiri kulit coklat agak terang,namun sering menyebut dirinya sebagai kulit hitam.
Saat Gandhi melempar gagasan pertamanya, yaitu Satyagraha, yang berarti kekuatan kebenaran atau kekuatan kasih sayang. Satyagraha merupakan usaha mempertahankan kebenaran bukan dengan hukuman yang menderitakan lawan. Namun hukuman terhadap diri sendiri. Pada bulan  Januari 1908, karena telah dengan sengaja menolak mendaftar di bawah undang-undang baru dan mengajaka ribuan orang lain menentang pendaftaran, Gandhi dipenjara selama dua bulan, namun Gandhi tidak mengeluh, bahkan berterima kasih karena telah diberi waktu untuk membaca, namun Gandhi hanya menjalani sebulan dari masa hukuman[14].
Gandhi menghentikan kampanye satyagrahanya, Gandhi dikenal dan di hormati di seluruh Afrika Selatan dan India, pengacara yang pernah berbicara gugup di depan pengadilan, kini merupakan seorang negarawan terkenal berkat kejujuran, keterampilan dan keberaniannya. Pada bulan Juni 1914, Gandhi dan Jenderal Smuts, pemimpin kulit putih dan negarawan Afrika Selatan terbesar, mengadakan pertemuan dan merencanakan suatu kesepakatan yang saling menguntungkan dan menjadikan komunitas dari India lebih bermartabat dan terhormat. Kampanye pembangkangan sipil Gandhi telah berhasil, merupakan awal kampanye yang akan selamanya berhasil.
Jenderal Smuts mengesahkan Indian Relief Act (Undang-undang Perbaikan bagi orang India). Akhirnya selama dua puluh tahun, Gandhi merasa bebas untuk kembali pulang ke tanah kelahirnnya, India. Pada saat perpisahan, Gandhi mengirim Jenderal Smuts sepasang sandal yang Gandhi buat sendiri di penjara. Smuts kemudian berkata; saat itu,aku sering menggunakan sandal ini dalam musim panas, meski aku merasa tidak layak menggunakan sepatu orang yang begitu agung.”[15] 


[1] Stanley Wolpert, Op.Cit. hlm. 37.
[2] Francis Alappatt, Op.Cit, hlm. 6.
[3] Ved Metha,Op,Cit, hlm. 195.
[4] Ibid, hlm. 196.
[5] Agnes Sri Poerbasari,  Op.Cit.. hlm. 175.
[6] Francis Alappatt, Op.Cit. hlm. 4-6
[7] Wied Prana, Op.Cit, hlm. 33
[8] Seorang pemilik kapal dan pedagang besar dari natal, Afrika Selatan. Perusahan dada Abdullah & Company mengembangkan sayap ke Afrika Selatan seiring dengan perkembangan populasi masyarakat India di Afrika Selatan. Mereka membutuhkan pengacara muda India yang dapat membantu pengacara meeka di sana untuk menangani kasus besar yang melibatkan klaim sebesar 40 ribu pounsterling melawan pedagang India lain di Afrika Selatan. Lihat: Ibid, hlm. 34      
[9] Loc. cit., hlm. 7-8.
[10] Ibid
[11] Stanley Wolpert, Op,Cit, hlm. 51.
[12] Ela Gandhi, Pengalaman Mahatma Gandhi di Afrika Selatan Contoh Pembaharuan Yang Unik. ;dalam India Perspectives .(New Delhi , India Perspectives, Januari 2008). hlm. 50-51
[13] A.Pleysier.  Gandhi Pelopor Kemerdekaan India. (Jakarta, PENERBIT DJAMBATAN, 1952).hlm. 12-13
[14] Michael Nicholson, Op.Cit. 25-26
[15] Ibid, 29-30