Laman

Kamis, 28 November 2013

Deliar Noer: PENGANTAR KE PEMIKIRAN POLITIK EDISI BARU



CRITIKAL REVIEW  I
Buku                           : PENGANTAR KE PEMIKIRAN POLITIK EDISI BARU
Review                        : BAB I APAKAH POLITIK DAN ILMU   PENGETAHUAN POLITIK
Penulis                         : Deliar Noer
Penerbit                       : PT. Rajawali, Jakarta. 1983
Ditulis oleh                  : Kamaruddin Salim
NPM                           : 13011865016

Pemikiran Deliar Noer, tentang Politik Indonesia mengalami pasang naik dan pasang surut dalam kehidupan bernegara di tanah air, bahkan sebelum Indonesia berbentuk negara di abad ke-20 yaitu ketika Belanda masih menjajah Indonesia. Di masa penjajahan, telah disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia, jadi melepaskan diri dari ikatan Belanda dan merupakan tujuan utama. Dalam perjalanan pergerakan untuk menjadi sebuah bangsa yang berdaulat Deliar Noer membagi kedalam tiga kelompok  yakni; pertama, Ahli atau peserta pergerakan terlibat langsung dalam berpolitik, karena begitu hebatnya mereka menggerakan rakyat untuk tidak buta politik, tidak takut politik dan tidak berdiam diri dengan keadaan politik yang dihadapi. kedua, orang yang memang tidak ingin atau enggan untuk turut serta dalam perjuangan kemerdekaan itu, menurutnya pihak ini adalah mereka yang takut akan politik, disadari atau tidak, telah serta juga dalam kehidupan politik. Karena mereka telah memilih suatu alternative dalam kehidupan berpolitik walaupun secar pasif. Ketiga, kelompok yang anti terhadap kemerdekaan yakni orang-orang yang aktif menentang usaha pergerakan dan membantu usaha-usaha hindia belanda untuk mematikan dan, sekurang-kurangnya, menghambat jalan pergerakan tersebut, menurutnya mereka telah dipandang sebagai orang-orang yang berpolitik walaupun dalam perjuangan kemerdekaan dipandang merugikan pergerakan kemerdekaan.
Deliar Noer menyebutkan bahwa politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat. Walaupun demikian, Deliar Noer mengemukakan bahwa gejala seperti ini, baik di Eropa Barat dan di Amerika Utara persoalan perebutan kekuasaan ini mudah terlihat, karena mempergunakan sistim pemilihan umum secara berkala yang disertai dengan pers yang banyak sedikitnya bebas sehingga perebutan itu diungkapkan secara terus menerus. Namun agak kurang jelas kelihatan di negeri-negeri komunis  seperti Rusia dan Cina walaupun ada pemilihan secara berkala karena tidak ada calon lawan sehingga yang dipilih terbatas pada calon atau daftar calon yang boleh dikatakan sudah ditentukan. Beliau juga menyebutkan bahwa Rusia dan Cina dalam tingkat permulaan mereka hendak dan sudah berkuasa, adalah merebut dan mempertahankan terus-menerus kekuasaan itu. Jadi menurutnya bahwa kekuasaan yang direbut dikedua negara ditujukan kepada perombakan susunan masyarakat lama.
Dengan demikian, Deliar Noer menjelaskan bahwa perebutan kekuasaan dikedua negara ini disertai dengan kekerasan, dengan senjata. Beliau menyatakan bahwa perebutan kekuasaan yang bersifat demikian juga pernah dialami oleh Indonesia. Sebagaimana beliau mengutip pandangan Clausewitz yang menyatakan bahwa perang adalah perpanjangan dari politik, namun perang itu lain dari politik. Oleh karena itu, Deliar Noer mencontohkan kisah-kisah pahlawan penguasa sebagai kekuasaan yang sering tidak terpisahkan dari kekerasan. Bahwkan Iskandar Agung dan Napoleon serta pahlawan-pahlawan atau raja-raja kita dahulu erat dengan, bahkan mempergunakan kekerasan. Akan tetapi beliau mengingatkan bahwa kekuasaan sebenarnya tidak perlu terjadi kekerasan, walaupun pada akhirnya kekerasan ini mungkin tidak dapat dihindari dan terpaksa dipergunakan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Mohandas Karamchand Gandhi atau lebih dikenal Mahatma Gandhi, yaitu untuk menghindari kekerasan dalam perjuangan politik, baik politik dalam maupun luar negeri dengan aksi-aksi tanpa kekerasan (ahimsa). Dan menginspirasi para tokoh dunia yang lainnya, seperti, Martin Luther Jr, dari Amerika Serikat, Dalai Lama dari Tibet, Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Dengan demikian, maka kekuasaan sepatutnya dijauhkan daripraktik kekerasan dalam praktik berpolitik.
Menurut Deliar Noer bahwa kekuasaan seperti ini yang kemudian disebut dengan kekuasaan yang mempunyai sifat wibawa.  Wibawa menimbulkan pada orang yang dihadapi rasa segan, bukan rasa takut, rasa hormat, bukan kecut. Dengan begitu tidak perlu lagi ada perang ataupun kekerasan untuk menjaga ketertiban. Orang yang berwibawa tidak menggunakan kekerasan untk mencapai maksud tertentu, namun mereka memiliki kekuasaan yang besar sehingga melahirkan pengaruh sekurang-kurangnya atas pengikutnya. Menurutnya dalam bidang politik soal pengaruh ini dangat penting, karena pengaruh dapat menggerakkan massa untuk menentang lawan, dan sebaliknya menggerakan massa untuk menyokong kawan. Pengaruh dapat juga menggagalkan langkah-langkah pemerintah, dan sebaliknya dapat pula melancarkan usaha-usaha pemerintah. Dalam konteks pengaruh ini, Deliar Noer mengutip pendapat seorang ilmuwan politik Amerika yang menyatakan bahwa studi politik atau ilmu pengetahuan politik adalah “ studi mengenai soal pengaruh dan yang berpengaruh”.
Uraian mengenai kekuasaan, kekerasan, wibawa dan pengaruh seperti yang dipaparkan di atas, menurut Deliar Noer, mengandung makna bahwa ada dua pihak yang dimaksudkan, sekurang-kurangnya ada dua orang (untuk mengabaikan soal benda) yang saling berhubungan dan berkepentingan. Menuruntya bahwa kekuasaan terikat pada sifat hubungan antara dua pihak. Sehingga tidak dapat diterima sekurang-kurangnya sulit sekali diterima bahwa kekuasaan itu bersifat multak dan bulat. Hal ini terkait dengan sifat manusia; bahwa manusia itu berakal, berperasaan, berkeinginan, dan sebagai kelanjutannya, berkepentingan terhadap sesuatu. Dan oleh karena manusia berperasaan dan berkeinginan, maka sangat berpengaruh pula dalam sikap politiknya. Oleh karena itu, perasaan tidak dapat dikesampingkan dalam membicarakan masalah kekuasaan, begitu juga tidak ada yang tetap keinginan manusia. Hal ini menjelaskan bahwa kekuasaan itu tidak dapat bersifat mutlak dan bulat berada ditangan orang atau satu pihak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Deliar Noer bahwa keinginan itu bisa pula terwujud dalam bentuk yang lebih keras, yaitu kepentingan. Berkepentingan menurut Deliar Noer, mempunyai pengertian yang lebih tegas, dan sudah dekat pada pengertian hak, sungguh pun ia dapat pula terlepas dari soal hak.
Deliar Noer menguraikan bahwa keinginan dan kepentingan, erat hubungannya dengan nilai dan dengan tujuan dari seseorang, dari segolongan atau dari manusia umumnya.Menurutnya dalam jaman penjajahn Belanda pemimpin-pemimpin kita mengajak segenap bangsa kita mencintai kemerdekaan. Dalam jaman revolusi bersenjata dahulu nilai kemerdekaan ini boleh dikatakan telah merata di seluruh persada tanah air, sehingga seakan tidak ada lagi nilai lain yang lebih dijunjung. Nilai merupakan suatu sifat atau tujuan dari kehidupan seseorang atau golongan sedemikian rupa sehingga orang bersangkutan mempunyai hasrat agar sifat atau tujuan ini harus atau seharusnya berlaku. Nilai mempunyai dua sifat yakni berubah dan ia tetap. Berubah karena orang meninggalkannya, dan karena orang ingin menegakkan yang baru dianggap lebih bernilai. Ia tetap bila ia dijadikan terus sebagai pegangan. Nilai yang tetap itu berarti bersifat langgeng, diakui tanpa batas waktu dan ruang.  Menurutnya nilai-nilai agama, yang lebih erat hubungannya dengan keyakinan, bahkan agama itu sendiri, jadi keyakinan dapat memberi pengaruh besar dalam mengambil sikap. Nilai sebagai milik yang banyak mempengaruhi pada sikap manusia seperti harta benda. Dengan milik menunjukkan status dan kelas seseorang dimana menurut Noer, dengan mengambil milik sebagai criteria atau pedoman, kedudukan seseorang atau golongan terhadap yang lain dapat diperbandingkan sehingga dapat disusun suatu hierarki antara orang-orang atau golongan bersangkutan.
Antara nilai dan tujuan dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, tujuan merupakan satu diantara sekian banyak nilai, sebaliknya nilaipun dapat merupakan tujuan, tujuan singkat atau dekat dan tujuan akhir. Dari tujuan inilah lahir sebuah cita-cita tentang kehidupan masyarakat sering disebut ideologi, terutama kalau tujuan dan cita-cita itu merupakan milik suatu kelompok masyarakat.  Ilmu pengetahuan politik atau disebut ilmu politik menurut Mohammad Hatta bahwa ilmu adalah pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan. Ilmu menjelaskan sesuatu gejala yang ada, memberikan kejelasan tentang sebab-akibat dari sesuatu fakta yang dijadikan pusat perhatian. Ilmu politik mempelajari mengenai kejadian, gejala, fakta yang berhubungan dengan kekuasaan, dimana seseorang itu mudah dan segera memberikan penilaiannya dengan ukuran-ukuran atau nilai lainnya. Kita mengenal bahwa politik itu pada umumnya berkenaan dengan dua hal, yaitu kekuasaan dan susunan masyarakat.
Prof. Mohammad Yamin mendefenisikan ilmu politik bahwa ilmu itu, memusatkan tinjauannya kepada masalah kekuasaan dan bagaimana jalannya tenaga kekuasaan dalam masyarakat dan susunan negara. Sementara negara menurut Deliar Noer adalah semacam bentuk ikatan antar manusia, semacam bentuk kumpulan yang pada akhirnya dapat mempergunakan paksaan terhadap anggota-anggotanya. Bentuk ikatan ini terdiri dari dua yakni Pertama, yang meliputi keseluruhan segi hidup manusia. Kedua, yang meliputi hanya sebagian dari segi-segi hidup manusia itu. Secara sepintas lalu negara, pemerintah dan penguasa itu dapat disamakan, namun dalam kehidupan nyata pemerintahlah yang mewakili negara. Walaupun demikian, pemerintah bukan milik negara. Yang memiliki negara adalah rakyat. Pemerintahpun sebenarnya kepuunyaan rakyat, karena pemerintah dibentuk oleh dan dari rakyat. Hal ini menyampaikan bahwa negara mempunyai kedaulatan walaupun kedaulatannya bersifat relative. Dengan demikian, hubungan seseorang dengan negaranya dapat berupa kewajiban-kewajiban tertentu. Artinya adanya hukum menunjukkan adanya susunan masyarakat yang teratur. Seperti halnya pidato Presiden Soekarno ketika itu seakan sudah menjadi sumber hukum.Dalam pidato yang diucapkan dalam rangka 17 Agustus Presiden mungkin menyinggung falsafah atau teori bernegara, umumnya teori atau falsafah politik. Kita telah mengenal manipol, resopim dan lain-lain. Teori politik menguraikan kenyataan yang ada, bukan apa yang seharusnya; dengan kata lain, Das Sein, bukan Das Sollen. Akan tetapi semua hal yang telah disebut diatas terkait dengan lembaga-lembaga politik. Lembaga politik yang melahirkan hukum yang mengatur baik hubungan luar negeri begitu juga mengatur tentang perluasan perhatian dan perbedaan pendekatan politik.
Ilmuwan politik mendasarkan pada dua pendekatan yakni pertama yang cenderung pada nilai, yang kedua yang cenderung pada perilaku (behavior). Sementara ditinjau dari sudut pandang ilmu pengetahuan memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain sepertia, Filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan yang juga membantu ilmuwan politik dalam menganalisa perkembangan masyarakat, sejarah merupakan yang terdekat dengan ilmu politik, sehingga orang mudah mengatakan bahwa kita, memberi pelajaran, atau kita belajar dari sejarah. Hukum, ilmu hukum yang erat kaitannya dengan politik adalah hukum konstitusi baik tertulis maupun tidak tertulis. Begitu juga sosiologi maupun antropologi yang menyangkut hubungan kelompok dalam masyarakat, yang membahas tentang masalah pendekatan, dan dalam hal ini berlaku tentang tak ada kemutlakan dalam sifat ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan politik dapat disimpulkan Pertama, bahwa ilmu pengetahuan politik melingkupi persoalan yang lebih luas lagi daripada bila penumpuan perhatian itu ditujukan kepada negara. Ilmu politik menyoroti tentang kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat. Oleh karena itu, maka tidaklah sama dengan pengertian ilmu politik menurut R Kranenburg, meniliti berdirinya, hakekat, bentuk negara. Kedua, bahwa hidup bernegara sebenarnya mengatakan tantangan kepada kita; menantang kita, apakah segala sesuatunya dalam negara dibiarkan berjalan sekehendaknya dan ini berarti berjalan dengan dikemudikan orang lain dengan kita sebagai penonton, ataukah akan berjalan dengan penyertaan dari pihak kita sendiri di tengah-tengah partisipasi.

Senin, 25 November 2013

Budaya Membaca Membangun Peradaban Dunia

                                                          

Budaya Membaca Membangun Peradaban Dunia


Membaca adalah salah satu penanda terciptanya suatu peradaban. Hal ini didasari atas kesepakatan bahwa berakhirnya zaman pra-sejarah ditandai dengan munculnya bukti tertulis pada peradaban tersebut. Beberapa peradaban lebih dulu maju dan berkembang dibanding peradaban lainnya. Misalnya peradaban India, yang dikenal juga dengan peradaban lembah sungai indus, telah berlangsung sejak tahun 2800 sebelum masehi sementara peradaban pertama yang dikenal di Indonesia adalah peradaban yang berasal dari kerajaan kutai yang diketahui melalui yupa atau prasasti dalam upacara pengorbanan kerajaan kutai. Jadi selama rentang waktu lebih dari 3000 tahun, masyarakat Indonesia telah tertinggal membaca dibandingkan masyarakat India.
Selain India terdapat peradaban kuno yang telah menorehkan bukti sejarah seperti peradaban mesir, peradaban romawi, peradaban babylonia, peradaban cina, dll. Sistem yang ditetapkan pada peradaban tersebut kini telah punah seiring dengan perkembangan jaman dan pertukaran budaya antar masing-masing negara. Munculnya paham kolonialisme membuat banyak negara dengan peradaban yang lebih maju melakukan invasi dengan tujuan 3G (Gold, Glory, dan Gospel) yang cukup berperan dalam kepunahan peradaban tersebut.
Berdasarkan peninggalan sejarah pula, terdapat kesamaan pola dari penyebab kemajuan dan kehancuran peradaban-peradaban tersebut. Peradaban maju ataupun hancur dikarenakan 2 hal yaitu:
  1. Keadilan pemimpin.
  2. Kemauan masyarakat untuk belajar.
Di Indonesia, masa keemasan peradaban kuno terjadi pada jaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Masa keemasan kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke 8 dan 9 masehi. Pada era tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadikan dirinya sebagai kerajaan yang menjadi pusat pendidikan agama budha terbesar yang diperkuat dengan bukti sejarah I Tsing. Pada era tersebut terdapat pula banyak prasasti dan candi. Kerajaan berhasil mengembangkan daerah kekuasaan hingga menjangkau daerah Thailand, Kamboja, dan sekitarnya. Kerajaan pun dipimpin oleh pemimpin yang bijak dan adil sehingga dapat mensejahterakan dan mencerdaskan rakyatnya.
Jika kita menelusuri kehidupan yang terjadi pada masa masing-masing peradaban, kesamaan pola mengenai pemimpin yang adil dan rakyat yang mau belajar pasti akan selalu ditemui sebagai pemicu majunya suatu peradaban. Setelah perang dunia ke II, Jepang berhasil bangkit menjadi negara yang nyaris bangkrut menjadi negara dengan PDB terbesar pertama di dunia pada awal tahun 90-an. Hal tersebut ditandai dengan program pemerintah Jepang untuk melakukan restrukturisasi. Menariknya, restrukturisasi tidak dimulai dari infrastruktur melainkan dari mental masyarakat Jepang untuk berdisiplin, maju, dan suka membaca. Bahkan pada periode keemasannya, hampir seluruh penduduk Jepang selalu membaca buku selama waktu senggangnya di kereta, atau di dalam media transportasi lainnya.
Peradaban negara Indonesia masih sangat muda. Peradaban negara Indonesia secara legal baru terbentuk ketika tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda yang menjadi cikal bakal terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia mengikrarkan diri untuk bersatu dalam satu bangsa, bangsa Indonesia. Peradaban ini baru berusia 82 tahun. Berbeda dengan peradaban Jepang yang telah berusia lebih dari 400 tahun apalagi China yang telah berusia lebih dari 3000 tahun. Sulit bagi negara ini untuk membentuk budaya positif seperti membaca sebagai karakter penduduk Indonesia. Dibutuhkan waktu dan proses yang cukup lama untuk mewujudkan itu. Sementara itu, budaya positif tersebut sangat dibutuhkan agar kita dapat lebih di depan negara-negara lain sementara kita telah sangat lama dan sangat jauh tertinggal.
Perwujudan budaya unggul tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri. Mulailah membaca. Membaca adalah akar dari segala peradaban dunia. Harus kita akui bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia masih sangat lemah. Sulit bagi kita untuk melakukan pengukuran ataupun pengujian terhadap seberapa banyak buku yang dibaca masyarakat Indonesia per bulannya, tetapi kita dapat mengetahui lemahnya budaya membaca masyarakat Indonesia dari rendahnya produktivitas karya tulis yang dihasilkan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, penerbit di Indonesia memproduksi 1500-2000 judul buku per bulannya. Angka ini sangat jauh lebih rendah dibanding Jepang yang memproduksi lebih 60.000 judul buku setiap bulannya, apalagi Inggris yang memproduksi lebih dari 100.000 judul buku per bulan.
Rendahnya angka produksi jumlah buku ini dapat menggambarkan betapa sedikitnya jenis buku yang beredar di Indonesia setiap bulannya. Angka itu juga menunjukkan bahwa pasar membaca di Indonesia masih sangat rendah sehingga produsen harus selektif untuk menerbitkan buku yang dapat disukai oleh masyarakat Indonesia agar buku terbitannya setidaknya tidak rugi. Angka ini tentu sangatlah memprihatinkan. Keberadaan ebook yang banyak disebarkan dalam versi gratis (meskipun beberapa tidak legal) juga tak banyak membantu. Lebih dari 60% aktivitas masyarakat Indonesia di dunia digital adalah mengakses situs jejaring sosial atau sejenisnya. Tentu hal ini sangat disayangkan mengingat banyak sekali situs-situs yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan dengan membaca.
Blog seharusnya dapat menjadi pemicu peningkatan budaya baca masyarakat Indonesia. Sifat blog yang lebih ringan dan dapat dikustomisasi oleh pengguna menjadikan blog nyaman untuk dibaca. Informasi yang dimuatpun beragam. Dari hal-hal yang sederhana, penting, rumit, dan tidak penting. Dari blog pun masyarakat dapat memulai budaya menulis yang juga merupakan budaya yang masih lemah dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.
Sayangnya, hingga kini budaya menulis ataupun membaca di blog masih sekedar budaya bagi komunitas tertentu. Informasi yang beredar blog berbahasa Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan blog yang berbahasa Inggris atau berbahasa asing lainnya seperti Prancis, dan Cina. Padahal jika melihat statistik di facebook, bahasa Indonesia merupakan salah satu dari 5 bahasa yang paling sering digunakan. Artinya, orang Indonesia merupakan orang yang gemar menulis (setidaknya untuk status facebook, hehehe..). Jika kebiasaan itu dialihkan untuk menulis sesuatu yang lebih produktif dan bisa dibaca oleh banyak orang tentu itu akan lebih baik lagi. Apa hubungannya antara menulis dan membaca? Tingginya produktivitas menulis berarti menandakan tingginya produktivitas membaca. Setidaknya tulisan anda akan dibaca oleh diri anda sendiri bukan?
Mungkin membaca memang merupakan hal yang sulit, tetapi bukan mustahil untuk dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Saya bukanlah seorang ahli yang berkecimpung di dunia baca, atau orang yang punya kepentingan dalam baca. Oleh karena itu, saya juga belum mengetahui metode-metode yang tepat untuk dapat meningkatkan minat baca. Namun ada beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menikmati bacaan.
  1. Sumber informasi cara-cara membaca.
Anda dapat mengakses blog Buku Ubah Dunia, disana terdapat banyak referensi yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan budaya baca yang produktif yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Anda juga dapat mengakses pagefacebook buku ubah dunia. Ada banyak event-event serta informasi menarik seputar dunia buku yang mungkin saja bermanfaat.
  1. Sumber membaca buku.
Anda dapat mengakses wetick.com untuk dapat membaca buku dengan harga terjangkau serta tanpa batasan frekuensi peminjaman. Sistem yang diterapkan pun cukup mudah dan anda dapat meminjam buku terbaru tanpa harus beranjak dari komputer anda. Selain itu, terdapat banyak ebook gratis yang tersebar di jagad maya. Anda cukup memanfaatkan situs google dan melakukan pencarian untuk kata kunci yang sesuai dengan informasi bacaan yang ingin anda cari. Jika ingin mendapatkan buku terbaru, anda dapat menuju toko buku terdekat dan melakukan pembelian disana. Jika anda males, anda dapat melakukan pembelian di toko buku online yang banyak terdapat di dunia internet.

Kamis, 14 November 2013

10 DZULKHIJAH

10 DZULKHIJAH

Ini kisah mengharukan dari ayah dan sang anak
proses mimpi dan perintah Tuhan yang dipenuhi
dalam terminologi agama, tentu menjadi sikap ketaatan pada Sang Pencipta
dalam wacana sosial ini sikap yang sarat prinsip mengabdi
dalam gejolak kasih sayang yang mendominasi logika kebersamaan
Sosok Ibrahim As yang menjadi sosok dari semua aliran kepercaan samawi
Yahudi, Nasrani dan Islam
tatkala pesan mimpi yang berupa perintah Tuhan
mengorbankan anak kandung sebagai bukti kefitrahan
lalu amanat di tuniakan, Tuhan pun terharu dibalik zat-Nya yang tersembunyi
kemudian se-ekor domba digantikan sekejab
sumpah setia Ismail dihargai penuh haru, dan penyelamatan umat manusia diukir sudah
satu kisah yang sulit dibayangkan dari akal ilmiah apapun
melalui kisah ini, lantas kita mengerti arti suatu perngorbanan suci 
dalam sejarah umat manusia

kamaruddin Salim
Ketapang, 10 Zulkhijah 1435 H
                 15 Oktober 2013
Photo Pribadi: 10 Zulkhijah 1435 H
Pukul: 00.05 WIB

LANGIT JAKARTA

Langit Jakarta

Mengintip Matahari kala Senja

Mengintip Matahari kala Senja

Menyingsing

Rabu, 13 November 2013

ANAK-ANAK ZAMAN

Photo Pribadi: Kolam alam, Tempat Pemandian masyarakat Leles. Garut-Jabar. 27/10/2013
Photo Pribadi: Kolam alam, Tempat Pemandian masyarakat Leles. Garut-Jabar. 27/10/2013



Photo Pribadi: Kolam alam, Tempat Pemandian masyarakat Leles. Garut-Jabar. 27/10/2013
Photo Pribadi: Kolam alam, Tempat Pemandian masyarakat Leles. Garut-Jabar. 27/10/2013

Empang Dekat Pemukinam Warga Leles

Empang Dekat Pemukinam Warga Leles

Rumah Asli Masyarakat Garut-Jawa barat