ISTRIKU, INILAH ARTI PERJUANGAN KITA
Istriku, sejak detik ini. ku menyapa engkau Istri tercinta
Wajahmu haru dihiasi ragam pewarna kulit, aku tahu engkau bahagia hari ini
Gaun Kebaya nilai tradisi ibu pertiwi mulai engkau pakai dengan rapih
aku takjub akan keagunganmu hari ini sayangku
Istriku yang cantik
kini kita resmi menjadi pengantin baru
baru dalam sejarah kemandirian hidup kita
dan kita disuguhi sederet ucapan selamat dan doa dari sanak saudara serta kerabat
tentu ini prosesi suci sejak zaman para nabi kita sayangku
istriku yang baik
inilah arti perjuangan kita
perjuangan menapaki prinsip hidup dalam kesederhanaan
prinsip hidup yang patut dipilih, tentu suasana paceklik yang mewabah di seluruh negeri kita
sayangku, penikahan kita buah kerinduan kemanusiaan yang kita punyai
istriku yang anggun
pernikahan kita berlngsung di bawah sumpah hakim yang ditugasi negara
bait-perbait, kalimat demi kalimat keramat telah usai ku lafazkan dengan berani
seperangkat alat shalat dan Kitab Suci ku persembahkan padamu
itulah kewajiban insani ku tunaikan padamu
istriku, segenap jiwa dan pikiranku seutuhnya ku hibahkan untukmu sayang
marilah sayang, kemarilah. duduk disampingku
dengarlah gerak laju jantungku sayang
niatku menikahimu tak semata nafsu syahwat yang merasuki jiwaku
pernikahanku untuk kehidupan kita secara total
istriku
inilah niatku yang belum sempurna engkau mengerti
jiwaku yang dihuni sederet rasa gelih akan kehidupan tak henti-hentinya
istriku, egkaulah ruh perjuangan ku yang sempurna
marilah sayang, marilah mendekat
hidup kita masih baru dimulai dan panjang
lihatlah di sekitar kita, lihatlah. puluhan anak muda kita gelisah soal nasibnya
niat menikah, terkandas soal biaya dan merosotnya biaya hidup
istriku, aku bangga padamu. menikahlah dengan sederhan.
hidup tak semata hari ini, melangkahlah kedepan
semua untuk generasi yang lahir dari darah daging sendiri
istriku sayang
kini saatnya kita bersumpah atas nama kemerdekaan jiwa
bersatu dalam kemandirian diri dan kesadaran
semoga Allah menyertai kita selamanya,amin
Kamaruddin Salim
Tanjung Barat, Kamis. 1 Mei 2014
Pukul: 14.00. WIB
Rabu, 30 April 2014
PRAMOEDYA ANANTA TOER
PRAMOEDYA ANANTA TOER
Wahai huruf,
Bertahun kupelajari kau,
Kucari faedah dan artimu,
Kudekati kau saban hari,
Saban aku jaga,
Kutatap dikau dengan pengharapan,
Pengharapan yang tidak jauh
Dari hendak ingin dapat dan tahu.
Tetapi; kecewa hatiku.
Kupergunakan kamu
Menjadi senjata di alam kanan,
Agaknya belum juga berfaedah
Seperti yang kuhendakkan.
Selalu dikau kususun rapi
Di atas kertas pengharapan yang maha tinggi,
Tetapi....
Bilalah aku diliputi asap kemenyan sari,
Tak kuasa aku menyusun kamu
Hingga susunan itu dapat dirasakan pula
Oleh segenap dunia
Sebagai yang kurasa pada waktu itu.
Alangkah akan tinggi ucapan
Terimakasihku, bilalah kamu
Menjadi buku terbuka bagi manusia yang membacanya.
Kalaulah aku direndam lautan api,
Hendaklah kamu meredam pembacamu,
Bilalah aku disedu pilu,
Hendaklah kamu merana dalam hatinya.
Huruf, huruf....
Apalah nian sebab maka kamu
Belum tahu akan maksudku?
Sadar No.5 Tb. II 10 Januari 1947
Senin, 28 April 2014
DUKA DIANTARA CERITAMU
DUKA DIANTARA CERITAMU
lembanyung senja beri tanda duka
pertanda hukum kepastian yang bergerak melaju
aroma menyengat meneror rongga hidungku
hidup hari ini jadi milik Tuhan Yang Agung
lalu jurus mengira-ngira kejadian melampaui akal sehat
inilah ciri kekuasaan alam gaib menguasai alam raya ibu pertiwi
bukankah semua manusia itu sama di mata Sang Kuasa
aku hendak menyoal cerita diantara dukamu hari ini kawan
gerombolan gagak bernyanyi dalam kegelapan
engkau membisikan kata nestapa, kematian itu menyeramkan
aku takjub pada kecerdasanmu yang mulai memudar kawan
akal jeniusmu berlari bersama cerita hantu yang mewabah di layar lebar
negeri ini tentu diperkaya cerita mistisme alam gaib
kuntilanak, gondoruwo bukanlah hikayat rekaan manusia normal
ya, aku tak mengerti kawan, setidaknya mereka mulai di kapitalisasi ketenarannya
alam kegelapan di sulap menyertai lolongan anjing gila di pemakaman
semilir angin yang mengupas bulu kuduk. merinding tertahan
lantas, mengapa. kuasa negara dan agama seakan membisu
mungkinkah kegelapan itu menyeramkan selamanya?
Kamaruddin Salim
Penvile, 28 April 2014
Pukul: 20.20 WIB
Rabu, 23 April 2014
BERILAH SENYUM MU
BERILAH SENYUM MU
Samar-samar
alunan musik itu terasa asyiknya
Klasik
namun menyejukan jiwa jelang malam
Hayal
perlahan menyatu dalam simponi yang menyapa hati
Diriku
di seret ke dalam kenangan lama dan berarti
Tidak
untuk beberapa saat, lama jua terasa
Ku
ingat senyum damaimu menyatu dalam sikap yang bersahaja
Ruang
sempit tak selamanya penghalang
Ini
menjadi amanat yang menghidupkan
Berilah
senyum mu, tak sebatas untuk ku
Dan
musik klasik itupun tak berhenti
Tak
aka sebait nada penyejukan, seindah senyum mu
Kamaruddin Salim
Pejaten, 12 Oktober 2012
Kamis, 10 April 2014
BANGSA KITA
BANGSA
KITA
Distorsi
kata hak dan kewajiban, jaraknya sangat jauh
Terkadang,
kata hak didahulukan dari kata kewajiban
Ini
sikap tak terpuji mewabah dari pusat sampai daerah
Rilnya,
marak praktek KKN, premanisme, dan hedonism
Dan keikhlasan untuk mengabdi demi bangsa dan
Negara berakhir di rongga mulut
Jalan
bersama lain tujun, inilah persoalan
kebangsaan yang kita hadapi
Politik
bertahta dalam jiwa penguasa yang gemar obral janji
Meneror
musuh bagai api neraka jahanam
Elit
partai hadir dan pergi dalam setiap pesta demokrasi yang mereka punya
Semua
menjadi kisah lama yang terus di vermak dalam jurus baru
Demi
rakyat, demi kesejahteraan, demi bangsa dan demi Tuhan
Inilah
bangsa kita, rakyat disogok diterima, di bodohi diterima pula
Lantas,
kenapa kita tetap memilih tanpa mengerti?
Kamaruddin
Salim
Tanjung
Barat, 6 April 2014
Pukul:
12.23 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)