TEORI SOSIAL KARL MARX
KAMARUDDIN SALIM
A.
BEKERJA
MERUPAKAN SIFAT DASAR MANUSIA
Pekerjaan,
kegiatan khas manusia, kita tentu bertanya, kenapa manusia harus bekerja,
sedangkan binatang tidak?tentu, binatang langung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
dari alam sedangkan manusia tidak. Alam sendiri belum sesuai dengan kebutuhan
manusia, baik alam objektif maupun alam subjektif (kemampuan-kemampuan alami
manusia), secara langsung tidak sesuai dengan hakekat manusia. Maka manusia
harus mengubah alam, ia harus mengerjakannya. Makanan, pakaian dan tempat
tinggal tidak begitu saja bisa ditemukan di alam.
Marx menunjuk
pada perbedaan antara biantang dan manusia. Binatang langsung menyatu dengan
kegiatan hidupnya. Manusia membuat kegiatan hidupnya menjadi objek kehendak dan
kesadarannya. Memang, binatang juga memproduksi. Ia membangun sarang, tempat
tinggal, seperti laba-laba, beang-berang, semut dst. Tetapi binatag hanya
memproduksi apa yang dibutuhkannya secara langusng bagi dirinya atau
keurunannya, sedangkan manusia secara universal, bebas dari kebutuhan fisik. Ia
baru berproduksi yang sesungguhnya dalam kebebasan dari kebutuhan-kebutuhannya.
Manusia berhadapan bebas dengan kebutuhannya. Binatang berproduksi hanya
menurut ukuran setiap jenis dan di mana-mana memakai ukuran objek yang inheren;
oleh karena itu manusia berproduksi menurut hukum keindahan. Menurut Marx,hanya
manusia yang terbuka pada nilai-nilai estetik. Dengan demikian pekerjaan memang
membedakan manusia dari biantang dan menunjukkan hakikatnya yang bebas
universal.[1]
1.
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan pekerjaan dan apa makna kerja bagi manusia dan
kemasyarakatan?
a.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah tindakan manusia yang paling dasar;
dalam pekerjaan, manusia membuat dirinya menjadi nyata. Kerja ialah mengubah
suatu obyek alam atau sosial, menjadi yang lain dan berguna bagi kehidupan
sosial. Manusia dalam bekerja adalah dengan secara bebas dan universal. Hal ini
berbeda dengan binatang karena binatang bekerja sesuai dengan kebutuhannya,
sedangkan manusia bebas bekerja secara bebas adalah ciri manusia. Manusia
bekerja secara terbuka pada nilai-ekstetik. Dengan demikian pekerjaan
membedakan manusia dengan binatang dan menunjukkan hakikatnya yang bebas dan
universal. Bekerja berarti manusia mengambil bentuk alam dari objek alami dan
memberikan bentuknya sendiri. Manusia mengobjektivasikan dirinya ke dalam alam
melalui pekerjaan dan manusia dalpat melihat dirinya dalam hasil kerjanya,
mendapat kepastian tentang bakat dan kemampuannya[2].
b.
Makna
dan Kemasyarakatan.
Makna pekerjaan bagi manusia tercermin dalam dalam
perasaan bangga. Melalui pekerjaan, manusia membuktikan diri sebagai makhluk
sosial. Keringat yang tercurah tidak
berarti apa pun ketika dihadapkan dengan kebanggan melihat hasil pekerjaan
kita. Kita betul-betul membenarkan diri di dalamnya. Pekerjaan membuktikan
kepada kita bahwa kita tidak berkhayal, melainkan nyata.[3]
2.
Mengapa
dalam sistem kapitalisme, pekerjaan justru mengasingkan manusia dari sifat
dasarnya?
Dalam
sistem kapitalisme, orang tidak bekerja secaa bebas dan universal, melainkan
semata-mata terpaksa, sebagai syarat untuk bisa hidup. Jadi pekerjaan tidak
mengembangkan melainkan mengasingkan manusia, baik dari dirinya sendiri, mupun
dari orang lain. Dan pekerjaan akan membuat manusia terasing, seperti:
1.1.Terasing
dari dirinya sendiri
a. Pertama:
si pekerja merasa terasing dari produknya. Hasil pekerjaan seharusnya menjadi sumber
perasaan bangga, seharusnya mencerminkan kecakapan pekerja, karena produk
pekerjaan adalah objektivasi pekerjaan. Pekerjaan meletakkan hidupnya ke dalam
objeknya. Tl pekerjaannya. Produknya hanya milik pabrik. Yang dikerjakannya tak
ada arti baginya. Menurut Marx: semakin si pekerja menghasilkan pekerjaan,
semakin ia dunia batinnya, menjadi miskin.
b. Kedua,
bukan menjadi paksan hakikatnya yang bebas dan universal, pekerjaan malah
menjadi pekerjaan paksa. Karena tidak dapat bekerja sesuai dengan hasrat dan
dorongan batin, melainkan harus menerima pekerjaan apa saja yang ditawarkan
oleh pemilik pabrik. Jadi bukan bekerja untuk memenuhi kebutuhan si pekerja,
melainkan ia bekerja ia bekerja untuk memenuhi kegiatan hidup di luar
pekerjaan. Ia harus menjadikan kegiatan pekerjaan sebagai sarana untuk
mempertahankan kehidupan fisik. Ia bekerja untuk tidak kelaparan.
c. Ketiga,
dalam pekerjaan, manusia tidak mengembangkan diri, melainkan memiskinkan diri.
Seluruh perhatian terpusat pada saru-satunya saat di mana ia masih dapat
menjadi dirinya sendiri. Pada waktu pekerjaan selesai dan ia dapat pulang dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya. Padahal pemenuhan kebutuhan fisik
sebenarnya adalah sarana untuk mengembangkan diri dalam pekerjaan dan kegiatan
bermakna. Dengan demikian ia menyangkal dirinya sebagai makhluk yang bebas
kardan universal. Ia tidak lagi bebas dan universal/ ia tidak lagi bebas karena
bekerja di bawah perintah orang lain, dan pekerjaannya tidak lagi universal
karena, sama dengan binatang, semata-mata terarah pada pemnuhan fisik di luar
pekerjaan. Ia hanya bekerja untuk dapat hidup.
1.2. Terasing dari orang lain.
Bila
manusia terasing dari hakekatya, ia sekaligus terasing dari sesamanya.
Keterasingan dari hakekatnya berarti manusia terasing dari sesamanya karena
sifatnya yang sosial terasing juga daripadanya. Secara empiris, keterasingan
dari sesama.Pertama, dalam sistem hak milik pribadi di mana mereka yang bekerja
berada di bawah kekuasaan para pemilik yang tidak bekerja, masyarakat terpecah
ke dalam kelas-kelas para pekerja dan kelas-kelas para pemilik. Dua macam keasl
itu saling berlawanan, bukan karena kepentingan mereka secara objektif saling
berrtentangan. si pemilik mau tak mau harus mengusahakan untung
setinggi-tingginya. Untuk itu ia harus mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk
upah dan fasilitas pekerja lain. Keterasingan juga merusak hubungan di dalam
masing-masing kelas. Tanda keterasingan itu adalah kekuasaan uang. Manusia
tidak lagi bertindak demi sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri atau demi
kebutuhan sesama, melainkan hanya sejauh tindakannya menghasilkan uang. Semua
dilihat dari segi harganya. Maka uang menandakan keterasingan manusia dari
alam dan dari sesama manusia. Hubungan
antarmanusia yang tida terasing menurut Marx: dengan indah pada hubungan cinta
antara laki-laki dan perempuan. Marx menambahkan, dalam cinta, laki-laki dan
perempuan saling menjadi kebutuhan secara alami dan spontan manusia yang satu
terdorong dan gembira untuk memenuhi kebutuhan manusia yang lain, tanpa melirik
pada keuntungan egoisnya sendiri. Apabila dua orang saling mencnutai, mereka
ingin saling membahagiakan.[4]
2.
Jelaskan
beberapa proposisi/konsep dasar yang menunjukkan determinisme dari sifat
dasarnya?
Marx
mempelajari ilmu ekonomi tetap dengan tujuan mencari syarat-syarat pembebasan
manusia dari penghisapan dan keterasingannya, agar emansipasi emansipasi
manusia dapat diusahakan secara realistic. Dan Marx mempelajari hukum-hukum
yang menentukan perkembangan perekonomian kapitalis. Menurut Marx, perkembangan
masyarakat ditentukan oleh dinamika bidang ekonomi (pandangan sejarah
materialis), Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah ilmiah jadi bahwa
kehancuncuran kapitalisme dan terwujudnya sosialisme bukan sekedar tujuan
moral-politik para penentang kapitalisme, melainkan merupakan hukum sejarah
harus dibuktikan dengan memperlihatkan bahwa kapitalisme berdasarkan dinamika
ekonominya sendiri, menuju kehancuran.
Hal
lainnya yang mendasari pemikiran determinasi ekonominya adalah pendapatnya
mengenai keterasingan. Manusia selalu hidup dalam keterasingan dan terasing
dari hidupnya sendiri. Entah apa maksudnya, tapi keterasingan tersebut muncul
karena faktor kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi yang nantinya akan
menimbulkan konflik dari diri sendiri untuk melindungi usahanya dan bersaing
dalam industrialisasi. Hak milik tersebut juga membuat para golongan pemilik
alat tersebut untuk hidup dari “penghisapan” para golongan pekerja yang mana
struktur ekonomi itu dicerminkan didalam struktur kekuasaan dibidang sosial dan
ideologi.
Konsep
determinasi ekonominya sudah dapat menggambarkan sosialismenya yang ilmiah
arena berdasarkan pengetahuan dan hukum-hukum objektif. Diluar konsep revolusi
kaum pekerja yang akan menciptakan masyarakat tanpa kelas yang dinilai utopis,
tidak logis dan memang tidak terbukti kebenarannya di masa kontemporer. Konsep
determinisme ekonomi dari Marx adalah salah satu kelemahan lain di
pemikirannya. Pemikiran determisime ekonomi Marx adalah sebuah pemikiran Marx
yang memandang secara utuh, bahwa faktor utama dari terjadinya sejarah adalah
hal ekonomi. Ia melihat unsur-usnru besar (bangunan atas) seperti politik,
agama, pendidikan, dan lain sebagainya di[engaruhi oleh motif ekonomi dalam
menjalankan kehidupan bernegara. Marx membagi dua faktor yang mempengaruhi
terjadinya sejarah yaitu basis dan bangunan atas atau yang lebih populer
disebut infrastruktur dan suprastruktur. Dan suprastruktur ini adalah penentu
sejarah dimana suprastruktur dipengaruhi oleh infrastruktur yaitu ekonomi yang
berupa kekuatan modal dan bentuk-bentuk alat produksi.
Pertanyaan
Marx terpenting kemana arah perkembangan perekonomian kapitalis. Pertanyaan ini
dijawab melalui teori-teori yang diuraikan dalam teori nilai lebih. Teori ini
memperlihatkan bahwa seluruh keuntungan yang dicapai oleh kapitalis tidak lebih
dari hasil kerja buruh yang tidak dibayarkan kepadanya. Menurut Marx, seluruh
modal yang terkumpul dalam tangan para kapitalis seratus persen merupakan hasil
curian dan sebetulnya milik para buruh. Teori ini sesungguhnya memoerlihatkan
ketidakadilan kapitalisme. Ajaran tentang nilai lebih terdiri dari empat
subteori; teori tentang nilai pekerjaan, teori tentang nilai tenaga kerja,
teori tentang nilai lebih dan teori tentang laba (profit).[5]
3.
Jelaskan
bagaimana implikasi pemikiran Karl marx terhadap perkembangan kapitalisme
sampai saat ini?
Karl Marx
meramalkan bahwa kapitalisme akan diruntuhkan bukan oleh omplotan-komplotan
subversive” kaum revolusioner yang professional, tapi oleh hukum-hukum perkembangan
dan perubahan sosial yang tidak kenal kompromi yang juga telah menghancurkan
sistem-sistem sebeumnya. Awalnya Marx menggunakan teori penggali kubur. Semakin
berhasil kapitalisme, maka semakin tinggi pula pengorganisasian perusahan
perusahan kapitalis dalam unit-unit berskala besar. Sebagai akibatnya, para
buruh dalam jumlah besar yang menghimpun diri di dlaam asosiasi yang tetap dan
erat serta saling memperkokoh kedudukannya sebagai kelompok proletar. Buruh
Besar dengan sendirinya mengikuti Perusahan Besar.[6]
Kelas kapitalis
tidak dapat menemukan jalan untuk melepaskan diri dari dilemma membesarkan
penghancuran dirinya selama sistem kapitalisme berlangsung. Hukum tingkat laba
yang menurun (yang tidak perlu dikacaukan dengan jumlah keuntungan absolut) memustahilkan
jalan keluar tersebut. Ramalan Marx mengenai tingkat laba yang menurun
didasarkan pada anggapan bahwa di bawah sistem produksi kapitalis pengusaha
senantiasa memupuk modal yang kian meningkat jumlahnya. Semakin meningkat atau
melimpahnya persediaan modal secara pasti akan tercermin dalam merosotnya harga
(bunga) dan pembelian modal (keuntungan) yang diperoleh.[7]
Bagaimana
kesudahan ramalan Marx bahwa tingkat keuntungan (dan bunga) akan berkurang
karena modal yang semakin melimpah. Dalam hal ini juga ramal Marx meleset.
Selama masa Depresi tahun 1930-an tingkat keuntungan dan bunga memang rndah dan
cenderung memperkuat ramalan Marx. Tetapi pada tahun 1950-an, 1960-an, dan
1970-an, seperti dalam periode-periode kemakmuran, tingkat keuntungan bunga
naik lagi.
Fakta sejarah
ekonomi tidak mendukung hukum Marx tentang tingkat keuntungan yang menurun.
Ramalan Marx keliru karena terutama memandang segi penawaran modal. Biarpun semakin banyak modal yang senantiasa
diciptakan dan diakumulasikan dalam sistem kapitalis, penawaran barang (dalam
hal ini modal) yang meningkat akan mengakibatkan harga yang lebih rendah karena
permintaan tetap. Harga modal (bunga) atau pengembalian modal (keuntungan)
ditentukan penawaran dan permintaan dan bukan oleh hukum Marx yang telah
ditetapkan sebelumnya mengenai merosotnya secara tetap tingkat keuntungan dan
bungga. Marx mengabaikan kepentingan segi permintaan pasar karena dugaannya
bahwa sistem kapitalis secara bertahap akan kehilangan gairah hidup dan
pertumbuhan, dank arena itu kurang membutuhkan modal baru untuk investasi.
Tetapi dugaannya ini tidak terjadi. Akhirnya Marx mengabaikan atau meremehkan
peranan kemajuan teknologi. Kapitalisme senantiasa mengahsilkan tidak hanya
lebih banyak modal tetapi juga modal yang
semakin efisien. Persediaan modal yang semakin meningkat tidak mesti
diikuti oleh tingkat keuntungan yang semakin rendah, jika modal itu semakin
efisien.
Keberatan utama
Marx terhadap kapitalisme adalah segi inefesiensi dan ketidakadilannya. Di
sini, aramalan Marx bertentangan dengan kenyataan. Berlawanan dengan ramalan
Marx, mengalirnya investasi swasta dari Negara-negara insdustri maju hanya atas
dasar pertimbangan ekonomi tapi juga pertimbangan politik, yaitu keamanan dan
stabilitas. Marx juga meramalkan bahwa dua perkembangan lainnya akan
menghancurkan sistem kapitalis yaitu pemutusan
kekuasaan ekonomi dan sebagai akibat
langsungnya, protelarisasi masyarakat
yang meningkat. Hanya ada sedikit keraguan bahwa jika dibandingkat dengan
tahap-tahap perkembangan industri yang terdahulu, perekonomian kapitalis
sekarang memperlihatkan gambaran-gambaran yang mengesankan tentang proses konsentrasi.[8]
[1] Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis
ke Perselisihan Revisionalisme. (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama. 2010).
Hlm. 89-90
[2] . Ibid. Hlm. 92
[3] . Ibid
[5] . Ibid. hlm. 181
[6] . William Ebenstein-Edwin
Fogelman Alex Jamadu. Isme-Isme Dewasa
Ini. (Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.1987). Hlm. 14
[7] . Ibid. Hlm. 14-15
[8] . Ibid. Hlm. 17