Laman

Kamis, 27 November 2014

TEORI SOSIAL KARL MARX


                                              TEORI SOSIAL KARL MARX
                                                    KAMARUDDIN SALIM


A.                BEKERJA MERUPAKAN SIFAT DASAR MANUSIA
Pekerjaan, kegiatan khas manusia, kita tentu bertanya, kenapa manusia harus bekerja, sedangkan binatang tidak?tentu, binatang langung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dari alam sedangkan manusia tidak. Alam sendiri belum sesuai dengan kebutuhan manusia, baik alam objektif maupun alam subjektif (kemampuan-kemampuan alami manusia), secara langsung tidak sesuai dengan hakekat manusia. Maka manusia harus mengubah alam, ia harus mengerjakannya. Makanan, pakaian dan tempat tinggal tidak begitu saja bisa ditemukan di alam.
Marx menunjuk pada perbedaan antara biantang dan manusia. Binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya. Manusia membuat kegiatan hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Memang, binatang juga memproduksi. Ia membangun sarang, tempat tinggal, seperti laba-laba, beang-berang, semut dst. Tetapi binatag hanya memproduksi apa yang dibutuhkannya secara langusng bagi dirinya atau keurunannya, sedangkan manusia secara universal, bebas dari kebutuhan fisik. Ia baru berproduksi yang sesungguhnya dalam kebebasan dari kebutuhan-kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dengan kebutuhannya. Binatang berproduksi hanya menurut ukuran setiap jenis dan di mana-mana memakai ukuran objek yang inheren; oleh karena itu manusia berproduksi menurut hukum keindahan. Menurut Marx,hanya manusia yang terbuka pada nilai-nilai estetik. Dengan demikian pekerjaan memang membedakan manusia dari biantang dan menunjukkan hakikatnya yang bebas universal.[1]

1.        Jelaskan apa yang dimaksud dengan pekerjaan dan apa makna kerja bagi manusia dan kemasyarakatan?

a.    Pekerjaan
Pekerjaan adalah tindakan manusia yang paling dasar; dalam pekerjaan, manusia membuat dirinya menjadi nyata. Kerja ialah mengubah suatu obyek alam atau sosial, menjadi yang lain dan berguna bagi kehidupan sosial. Manusia dalam bekerja adalah dengan secara bebas dan universal. Hal ini berbeda dengan binatang karena binatang bekerja sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan manusia bebas bekerja secara bebas adalah ciri manusia. Manusia bekerja secara terbuka pada nilai-ekstetik. Dengan demikian pekerjaan membedakan manusia dengan binatang dan menunjukkan hakikatnya yang bebas dan universal. Bekerja berarti manusia mengambil bentuk alam dari objek alami dan memberikan bentuknya sendiri. Manusia mengobjektivasikan dirinya ke dalam alam melalui pekerjaan dan manusia dalpat melihat dirinya dalam hasil kerjanya, mendapat kepastian tentang bakat dan kemampuannya[2].
b.   Makna dan Kemasyarakatan.
Makna pekerjaan bagi manusia tercermin dalam dalam perasaan bangga. Melalui pekerjaan, manusia membuktikan diri sebagai makhluk sosial.  Keringat yang tercurah tidak berarti apa pun ketika dihadapkan dengan kebanggan melihat hasil pekerjaan kita. Kita betul-betul membenarkan diri di dalamnya. Pekerjaan membuktikan kepada kita bahwa kita tidak berkhayal, melainkan nyata.[3]     

2.                  Mengapa dalam sistem kapitalisme, pekerjaan justru mengasingkan manusia dari sifat dasarnya?
Dalam sistem kapitalisme, orang tidak bekerja secaa bebas dan universal, melainkan semata-mata terpaksa, sebagai syarat untuk bisa hidup. Jadi pekerjaan tidak mengembangkan melainkan mengasingkan manusia, baik dari dirinya sendiri, mupun dari orang lain. Dan pekerjaan akan membuat manusia terasing, seperti:
1.1.Terasing dari dirinya sendiri

a.    Pertama: si pekerja merasa terasing dari produknya. Hasil pekerjaan seharusnya menjadi sumber perasaan bangga, seharusnya mencerminkan kecakapan pekerja, karena produk pekerjaan adalah objektivasi pekerjaan. Pekerjaan meletakkan hidupnya ke dalam objeknya. Tl pekerjaannya. Produknya hanya milik pabrik. Yang dikerjakannya tak ada arti baginya. Menurut Marx: semakin si pekerja menghasilkan pekerjaan, semakin ia dunia batinnya, menjadi miskin.
b.    Kedua, bukan menjadi paksan hakikatnya yang bebas dan universal, pekerjaan malah menjadi pekerjaan paksa. Karena tidak dapat bekerja sesuai dengan hasrat dan dorongan batin, melainkan harus menerima pekerjaan apa saja yang ditawarkan oleh pemilik pabrik. Jadi bukan bekerja untuk memenuhi kebutuhan si pekerja, melainkan ia bekerja ia bekerja untuk memenuhi kegiatan hidup di luar pekerjaan. Ia harus menjadikan kegiatan pekerjaan sebagai sarana untuk mempertahankan kehidupan fisik. Ia bekerja untuk tidak kelaparan.
c.    Ketiga, dalam pekerjaan, manusia tidak mengembangkan diri, melainkan memiskinkan diri. Seluruh perhatian terpusat pada saru-satunya saat di mana ia masih dapat menjadi dirinya sendiri. Pada waktu pekerjaan selesai dan ia dapat pulang dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya. Padahal pemenuhan kebutuhan fisik sebenarnya adalah sarana untuk mengembangkan diri dalam pekerjaan dan kegiatan bermakna. Dengan demikian ia menyangkal dirinya sebagai makhluk yang bebas kardan universal. Ia tidak lagi bebas dan universal/ ia tidak lagi bebas karena bekerja di bawah perintah orang lain, dan pekerjaannya tidak lagi universal karena, sama dengan binatang, semata-mata terarah pada pemnuhan fisik di luar pekerjaan. Ia hanya bekerja untuk dapat hidup.

1.2.    Terasing dari orang lain.
Bila manusia terasing dari hakekatya, ia sekaligus terasing dari sesamanya. Keterasingan dari hakekatnya berarti manusia terasing dari sesamanya karena sifatnya yang sosial terasing juga daripadanya. Secara empiris, keterasingan dari sesama.Pertama, dalam sistem hak milik pribadi di mana mereka yang bekerja berada di bawah kekuasaan para pemilik yang tidak bekerja, masyarakat terpecah ke dalam kelas-kelas para pekerja dan kelas-kelas para pemilik. Dua macam keasl itu saling berlawanan, bukan karena kepentingan mereka secara objektif saling berrtentangan. si pemilik mau tak mau harus mengusahakan untung setinggi-tingginya. Untuk itu ia harus mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk upah dan fasilitas pekerja lain. Keterasingan juga merusak hubungan di dalam masing-masing kelas. Tanda keterasingan itu adalah kekuasaan uang. Manusia tidak lagi bertindak demi sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri atau demi kebutuhan sesama, melainkan hanya sejauh tindakannya menghasilkan uang. Semua dilihat dari segi harganya. Maka uang menandakan keterasingan manusia dari alam  dan dari sesama manusia. Hubungan antarmanusia yang tida terasing menurut Marx: dengan indah pada hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan. Marx menambahkan, dalam cinta, laki-laki dan perempuan saling menjadi kebutuhan secara alami dan spontan manusia yang satu terdorong dan gembira untuk memenuhi kebutuhan manusia yang lain, tanpa melirik pada keuntungan egoisnya sendiri. Apabila dua orang saling mencnutai, mereka ingin saling membahagiakan.[4]
2.                  Jelaskan beberapa proposisi/konsep dasar yang menunjukkan determinisme dari sifat dasarnya?
Marx mempelajari ilmu ekonomi tetap dengan tujuan mencari syarat-syarat pembebasan manusia dari penghisapan dan keterasingannya, agar emansipasi emansipasi manusia dapat diusahakan secara realistic. Dan Marx mempelajari hukum-hukum yang menentukan perkembangan perekonomian kapitalis. Menurut Marx, perkembangan masyarakat ditentukan oleh dinamika bidang ekonomi (pandangan sejarah materialis), Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah ilmiah jadi bahwa kehancuncuran kapitalisme dan terwujudnya sosialisme bukan sekedar tujuan moral-politik para penentang kapitalisme, melainkan merupakan hukum sejarah harus dibuktikan dengan memperlihatkan bahwa kapitalisme berdasarkan dinamika ekonominya sendiri, menuju kehancuran.
Hal lainnya yang mendasari pemikiran determinasi ekonominya adalah pendapatnya mengenai keterasingan. Manusia selalu hidup dalam keterasingan dan terasing dari hidupnya sendiri. Entah apa maksudnya, tapi keterasingan tersebut muncul karena faktor kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi yang nantinya akan menimbulkan konflik dari diri sendiri untuk melindungi usahanya dan bersaing dalam industrialisasi. Hak milik tersebut juga membuat para golongan pemilik alat tersebut untuk hidup dari “penghisapan” para golongan pekerja yang mana struktur ekonomi itu dicerminkan didalam struktur kekuasaan dibidang sosial dan ideologi.
Konsep determinasi ekonominya sudah dapat menggambarkan sosialismenya yang ilmiah arena berdasarkan pengetahuan dan hukum-hukum objektif. Diluar konsep revolusi kaum pekerja yang akan menciptakan masyarakat tanpa kelas yang dinilai utopis, tidak logis dan memang tidak terbukti kebenarannya di masa kontemporer. Konsep determinisme ekonomi dari Marx adalah salah satu kelemahan lain di pemikirannya. Pemikiran determisime ekonomi Marx adalah sebuah pemikiran Marx yang memandang secara utuh, bahwa faktor utama dari terjadinya sejarah adalah hal ekonomi. Ia melihat unsur-usnru besar (bangunan atas) seperti politik, agama, pendidikan, dan lain sebagainya di[engaruhi oleh motif ekonomi dalam menjalankan kehidupan bernegara. Marx membagi dua faktor yang mempengaruhi terjadinya sejarah yaitu basis dan bangunan atas atau yang lebih populer disebut infrastruktur dan suprastruktur. Dan suprastruktur ini adalah penentu sejarah dimana suprastruktur dipengaruhi oleh infrastruktur yaitu ekonomi yang berupa kekuatan modal dan bentuk-bentuk alat produksi.       
Pertanyaan Marx terpenting kemana arah perkembangan perekonomian kapitalis. Pertanyaan ini dijawab melalui teori-teori yang diuraikan dalam teori nilai lebih. Teori ini memperlihatkan bahwa seluruh keuntungan yang dicapai oleh kapitalis tidak lebih dari hasil kerja buruh yang tidak dibayarkan kepadanya. Menurut Marx, seluruh modal yang terkumpul dalam tangan para kapitalis seratus persen merupakan hasil curian dan sebetulnya milik para buruh. Teori ini sesungguhnya memoerlihatkan ketidakadilan kapitalisme. Ajaran tentang nilai lebih terdiri dari empat subteori; teori tentang nilai pekerjaan, teori tentang nilai tenaga kerja, teori tentang nilai lebih dan teori tentang laba (profit).[5]
3.      Jelaskan bagaimana implikasi pemikiran Karl marx terhadap perkembangan kapitalisme sampai saat ini?
Karl Marx meramalkan bahwa kapitalisme akan diruntuhkan bukan oleh omplotan-komplotan subversive” kaum revolusioner yang professional, tapi oleh hukum-hukum perkembangan dan perubahan sosial yang tidak kenal kompromi yang juga telah menghancurkan sistem-sistem sebeumnya. Awalnya Marx menggunakan teori penggali kubur. Semakin berhasil kapitalisme, maka semakin tinggi pula pengorganisasian perusahan perusahan kapitalis dalam unit-unit berskala besar. Sebagai akibatnya, para buruh dalam jumlah besar yang menghimpun diri di dlaam asosiasi yang tetap dan erat serta saling memperkokoh kedudukannya sebagai kelompok proletar. Buruh Besar dengan sendirinya mengikuti Perusahan Besar.[6]
Kelas kapitalis tidak dapat menemukan jalan untuk melepaskan diri dari dilemma membesarkan penghancuran dirinya selama sistem kapitalisme berlangsung. Hukum tingkat laba yang menurun (yang tidak perlu dikacaukan dengan jumlah keuntungan absolut) memustahilkan jalan keluar tersebut. Ramalan Marx mengenai tingkat laba yang menurun didasarkan pada anggapan bahwa di bawah sistem produksi kapitalis pengusaha senantiasa memupuk modal yang kian meningkat jumlahnya. Semakin meningkat atau melimpahnya persediaan modal secara pasti akan tercermin dalam merosotnya harga (bunga) dan pembelian modal (keuntungan) yang diperoleh.[7]
Bagaimana kesudahan ramalan Marx bahwa tingkat keuntungan (dan bunga) akan berkurang karena modal yang semakin melimpah. Dalam hal ini juga ramal Marx meleset. Selama masa Depresi tahun 1930-an tingkat keuntungan dan bunga memang rndah dan cenderung memperkuat ramalan Marx. Tetapi pada tahun 1950-an, 1960-an, dan 1970-an, seperti dalam periode-periode kemakmuran, tingkat keuntungan bunga naik lagi.
Fakta sejarah ekonomi tidak mendukung hukum Marx tentang tingkat keuntungan yang menurun. Ramalan Marx keliru karena terutama memandang segi penawaran modal. Biarpun semakin banyak modal yang senantiasa diciptakan dan diakumulasikan dalam sistem kapitalis, penawaran barang (dalam hal ini modal) yang meningkat akan mengakibatkan harga yang lebih rendah karena permintaan tetap. Harga modal (bunga) atau pengembalian modal (keuntungan) ditentukan penawaran dan permintaan dan bukan oleh hukum Marx yang telah ditetapkan sebelumnya mengenai merosotnya secara tetap tingkat keuntungan dan bungga. Marx mengabaikan kepentingan segi permintaan pasar karena dugaannya bahwa sistem kapitalis secara bertahap akan kehilangan gairah hidup dan pertumbuhan, dank arena itu kurang membutuhkan modal baru untuk investasi. Tetapi dugaannya ini tidak terjadi. Akhirnya Marx mengabaikan atau meremehkan peranan kemajuan teknologi. Kapitalisme senantiasa mengahsilkan tidak hanya lebih banyak modal tetapi juga modal yang semakin efisien. Persediaan modal yang semakin meningkat tidak mesti diikuti oleh tingkat keuntungan yang semakin rendah, jika modal itu semakin efisien.
Keberatan utama Marx terhadap kapitalisme adalah segi inefesiensi dan ketidakadilannya. Di sini, aramalan Marx bertentangan dengan kenyataan. Berlawanan dengan ramalan Marx, mengalirnya investasi swasta dari Negara-negara insdustri maju hanya atas dasar pertimbangan ekonomi tapi juga pertimbangan politik, yaitu keamanan dan stabilitas. Marx juga meramalkan bahwa dua perkembangan lainnya akan menghancurkan sistem kapitalis yaitu pemutusan kekuasaan ekonomi  dan sebagai akibat langsungnya, protelarisasi masyarakat yang meningkat. Hanya ada sedikit keraguan bahwa jika dibandingkat dengan tahap-tahap perkembangan industri yang terdahulu, perekonomian kapitalis sekarang memperlihatkan gambaran-gambaran yang mengesankan tentang proses konsentrasi.[8]


[1] Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionalisme. (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama. 2010). Hlm. 89-90
[2] . Ibid. Hlm. 92
[3] . Ibid
[4] Ibid. Hlm. 97-99
[5] . Ibid. hlm. 181
[6] . William Ebenstein-Edwin Fogelman Alex Jamadu. Isme-Isme Dewasa Ini. (Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.1987). Hlm. 14
[7] . Ibid. Hlm. 14-15
[8] . Ibid. Hlm. 17