Laman

Rabu, 08 Januari 2014

DIBAWAH BENDERA REVOLUSI JILID I CETAKAN KE III

CRITIKAL REVIEW  IV
Buku                           : DIBAWAH BENDERA REVOLUSI JILID I CETAKAN KE III
Review                        : NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME
Penulis                         : Ir. Soekarno
Panitia Penerbit           : Dibawah Bendera Revolusi, 1964
Ditulis oleh                  : Kamaruddin Salim
NPM                           : 13011865016

Titik pijak pemikiran  Ir. Soekarno tentang Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme, yakni “… nasionalis yang bukan chauvinis, nasionalis sejati, nasionalismenya bukan tiruan dari nasionalisme barat, timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan-”, serta “… pergerakan nasionalisme dan islamisme di Indonesia ini, -ya di seluruh Asia– ada sama asalnya, dua-duanya berasal dari nafsu melawan ‘barat’ atau lebih tegasnya melawan kapitalisme dan imperialisme ‘barat’ ”…dan lanjutnya “... kaum Islam tidak boleh lupa bahwa pemandangan Marxisme tentang riwayat azas kebendaan (materislistisce historie opvatting) ... dan sebagai penunjuk jalan untuk menerangkan kejadian-kejadian yang telah terjadi dimuka bumi ini, dan menunjukkan kejadian-kejadian yang akan datang, adalah amat berguna bagi mereka”.
Demikian juga lanjut Soekarno “... Meerwarde yang dimusuhi Marxisme, dalam hakekatnya tidak lainlah dari pada riba sepanjang paham Islam”, bahwa menurutnya “… kaum Marxis harus ingat, bahwa pergerakannya itu, tak boleh tidak, pastilah menumbuhkan rasa nasionalisme di hati sanubari kaum buruh Indonesia, oleh karena modal di Indonesia kebanyakan adalah modal asing … dan menumbuhkan suatu keinginan pada nationalemacht politiek dari rakyat sendiri” sehingga menurutnya “… tidaklah kurang jalan kearah persatuan. Kemauan, percaya akan ketulusan hati satu sama lain, … cukup kuatnya untuk melangkahi segala perbedaan keseganan di antara segala pihak dalam pergerakan kita ini”.
Pandangan Soekarno tentang Nasionalisme memberi hormat dan penghargaan terhadap perbedaan paham diantara bangsa Indonesia yang masih menyadari akan apa yang sebenarnya dihadapi bersama. Nasionalisme demikian adalah Sosio-Nasionalisme. Azas ini bertentangan dengan kapitalisme termasuk kapitalisme bangsa sendiri. Sebagaimana dijelaskan Soekarno bahwa “Seorang nasionalis, justru karena ia orang nasionalis, haruslah berani membukakan mata di muka keadaan yang nyata tentang isme yang menyengsarakan Marhaen Dan mengabdi kepada kemanusiaan”, begitu juga “… mengutamakan perjuangan kebangsaan, tidak berarti bahwa kita tidak melawan ketamakan atau kapitalisme bangsa sendiri  titik beratnya, aksennya kita punya perjuangan tetap di dalam perjuangan nasional”
Lebih lanjut Soekarno mengemukakan pemikirannya tentang Sosio-Nasionalisme yaitu “… Sosio-Nasionalisme adalah “nasionalisme kemasyarakatan”, nasionalisme yang mencari selamatnya seluruh masyarakat dan yang bertindak menurut wet-wetnya masyarakat, … perburuhan itu adalah cocok dengan sifat-hakekatnya masyarakat sekarang ini, yaitu cocok dengan hakekatnya masyarakat yang kapitalistis. Perburuhan adalah memang dasarnya dunia yang kapitalistis”. Soekarno menambahkan “… Sosio-Nasionalisme, oleh karenanya harus memandang perburuhan ini sebagai suatu keharusan. Ya, sosio-nasionalisme harus menerima adanya perburuhan itu sebagai salah satu alat, sebagai suatugegeven, di dalam perjuangannya”.
Soekarno menyatakan bahwa Sosio-Demokrasi timbul karena sosio-nasionalisme, sebagaimana dikatakannya “… Sosio-Nasionalisme adalah nasionalisme politik dan nasionalisme ekonomi, --suatu nasionalisme yang mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki”, lanjutnya “… Sosio-Demokrasi adalah demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki. Sosio-Demokrasi adalah demokrasi politik dan demokrasi ekonomi”. Soekarno mengemukakan bahwa Sosio nasionalisme adalah paham yang mengandung paham kebangsaan yang sehat dan berdasarkan perikemanusiaan, persamaan nasib, gotong-royong, hidup kemasyarakatan yang sehat, kerjasama untuk mencapai sama bahagia, tidak untuk menggencet dan menghisap. Jadi di dalam paham kebangsaan itu harus ada semangat kerjasama dan gotong-royong antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Lebih tegas lagi yang dimaksud Soekarno adalah paham kebangsaan berperikemanusiaan. Sosio demokrasi adalah paham yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Rakyat yang mengatur negaranya, perekonomiannya, dan kemajuannya supaya sesuatu bisa bersifat adil, tidak membeda-bedakan orang yang dengan yang lainnya. Rakyat yang ingin berlakunya demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan demokrasi sosial.
Soekarno menjelaskan perjuangan melawan penjajah melalui Marhaenisme sebagaiamna beliau mengungkapkan “… bagi saya azas Marhaenisme adalah suatu azas yang paling cocok untuk gerakan rakyat di Indonesia: 1. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat yang dalam segala halnya menyelamatkan kaum Marhaen. 2. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dnegan watak kaum Marhaen pada umumnya. Dan 3. Marhaenisme adalah dus azas dan cara perjuangan “tegelijk” menuju hilangnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme”.
Soekarno menegaskan bahwa tuntutan revolusi rakyat Indonesia tidak hanya sekedar merdeka, akan tetapi lebih dari itu, yaitu memperjuangkan keadilan dan kebebasan sesuai dengan kodrat manusia (hak-hak azasi manusia). Sebagaimana diungkapkannya “… bahwa revolusi kita ini adalah sebagian saja daripada revolusi kemanusiaan. Cita-cita revolusi kita adalah, kataku, konggruen dengan the social conscience of man” begitu juga lanjutnya “… bahwa semboyan kita adalah freedom to be free, bebas untuk merdeka. Buat apa ada freedom of speechfreedom of creedfreedom from wantfreedom from fear, jikalau tidak ada kebebasan untuk merdeka” dan “… “Revolusi Indonesia dicetuskan untuk menuntut pemuasan daripada rasa bangsa Indonesia, -rasa keadilan di segala lapangan-, rasa keikhlaskan, rasa dignity of man – dan revolusi umat manusia pun mengarahkan diri kepada rasa-rasa itu”
Soekarno meyakini bahwa Pancasila sebagai pengangkatan yang lebih tinggi atau hogere optrekking dari declaration of  Independence dan Communist Manifesto. Di mana “… Declaration of Independence menurut “life, liberty, and the pursuit of happiness”, yaitu hak untuk hidup, hak kebebasan, dan hak mengejar kebahagiaan bagi semua manusia, padahal persuit of happiness (pengejaran kebahagiaan) belum berarti reality of happiness (kenyataan kebahagiaan), -dan Manifesto Komunis menulis, bahwa “jikalau kaum proletar di seluruh dunia bersatu padu dan menghancurkan kapitalisme, mereka tak akan kehilangan barang lain daripada rantai belenggunya sendiri” dan “sebaliknya akan memperoleh satu dunia yang baru”, lanjutnya bahwa “… Kita bangsa Indonesia melihat bahwa Declaration of Independence tidak mengandung keadilan social atau sosialisme, dan kita melihat bahwa Manifesto Komunis itu masih harus disublimer (dipertinggi jiwanya) dengan Ke Tuhanan Yang Maha Esa”, oleh karena itu menurutnya “… maka kita bangsa Indonesia merasa bangga mempunyai Pancasila, dan menganjurkan Pancasila itu pada semua bangsa.
Pancasila adalah satu dasar yang universiil, satu dasar yang dapat dipakai oleh semua bangsa, satu dasar yang dapat menjamin kesejahteraan dunia, perdamaian dunia, persaudaraan dunia.” Demikian juga bahwa“… Manifesto Politik Republik Indonesia USDEK adalah refleksi daripada Pancasila itu, sehingga benarlah konklusi Dewan Pertimbangan Agung, bahwa Revolusi Indonesia “bukanlah revolusi borjuis model tahun 1789 di Perancis, dan bukan pula revolusi proletar model tahun 1017 di Rusia”. Sehingga menurutnya “… Revolusi Indonesia adalah salah satu revolusi yang dasar dan tujuannya “kongruen dengan Social Conscience of Man”, kongruen dengan Budi Nurani Manusia, sebagai yang kukatakan setahun yang lalu” dan “… Revolusimu itu lebih besar dan lebih luas dan lebih benar dari pada revolusi-revolusi bangsa lain, -- Revolusi Manusia, Revolusi Sejati, yang hendak mendatangkan satu dunia baru yang benar-benar berisikan kebahagiaan Jasmaniah dan Rohaniah dan Tuhaniah bagi umat Indonesia, bahkan juga umat manusia di seluruh muka bumi”
Soekarno mengkonstruksikan azas perjuangan, Azas Perjuangan ini hanyalah perlu selama kita berjuang, selama perjuangan berjalan. Kalau perjuangan sudah berhasil kalau Indonesia sudah tercapai, kalau Republik Politik Sosial sudah berdiri, maka azas perjuangan itu lantas tiada guna lagi adanya”. Oleh karena itu, menurutnya “… Kalau Indonesia-Merdeka dan lain sebagainya sudah tercapai, maka tiada musuh lagi yang harus kita “non-i”, tiada musuh lagi yang harus kita “machtvorming-i”, tiada musuh lagi yang harus kita “massa-actie”… ” Soekarno mengatakan bahwaBagaimana imperialisme-tua itu berganti bulu sama sekali menjadi imperialisme-modern ja’ni bukan sahadja berganti besarnja, tetapi juga berganti wujudnja, berganti sifatnja, berganti caranja, berganti sepak terdjangnja, berganti wataknja, berganti stelselnja, berganti sistemnja, berganti segala-galanja – dan hanja satu jang tidak berganti padanja, ja’ni kehausan mencari rezeki”secara tegas dikatakan bahwa … imperialis butuh akan kaum buruh murah, akan penjewaan tanah murah, akan kebutuhan-kebutuhan rakjat jang murah. Untuk keperluan hal-hal ini, maka rakjat kami jang “hidup kecil” dan “nerimo”, rendah pengetahuannja, lembek kemauannja, sedikit nafsu-nafsunja, padam kegagahannja, - rakjat “kambing jang bodoh dan mati enerdjinja”.
Dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomi Soekarno menegaskan bahwa,“… dunia sekarang memang dunia yang tidak bisa hidup tanpa bantu-membantu. Tetapi kita tidak mau dan tidak akan mengemis bantuan dari siapapun. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan meminta-minta, apalagi jika bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini dan syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tetapi budak”.
Soekarno mengembangkan Manifesto Politik (Manipol) dan USDEK (Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Keperibadian Indonesia) sebagai kerangka dasar membangun Sosialisme Indonesia. Dalam pidato RESOPIM, Soekarno menekankan bahwa “Manipol-USDEK adalah konsep Sosialisme Indonesia” untuk mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur. Atas dasar itu Soekarno berusaha membangun etos nasionalisme dalam kalangan masyarakat. Tiada henti-hentinya dalam setiap pidato, Soekarno membangkitkan semangat juang masyarakat Indonesia dengan menekankan bahwa revolusi belum selesai. Persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia masih cukup banyak.  
Soekarno menyadari sepenuh hati bahwa ancaman yang dapat menggagalkan tujuan revolusi adalah apabila masyarakat Indonesia tidak bersatu padu dalam melangkah ke arah tujuan menuju masyarakat adil dan makmur. Untuk menjaga persatuan itu Soekarno berusaha membangun masyarakat dengan mengembangkan strategi Nation and Character Building.

Membangun karakter bangsa diupayakan dengan menjaga persatuan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, mengembangkan etos nasionalisme (Semangat Trisakti), dan semangat revolusioner, Simak apa yang dikatakan Soekarno berikut ini: “… Selalu Saya impi-impikan adalah kerukunan Pancasilais-manipolis dari segala suku bangsa, segala agama, segala aliran politik, segala kepercayaan”. “… Untuk mencapai itu saya anjurkan integrasi maupun asimilasi dan kedua-duanya”. “… Pendeknya, semua suku harus mengintegrasikan diri menjadi satu keluarga besar Bangsa Indonesia. Tunggal Ika harus kita pahami sebagai satu kesatuan dialektis”.

Senin, 06 Januari 2014

Mengenang Kepahitan Masa Lalu

Mengenang Kepahitan Masa Lalu

Semua manusia mempunyai sejarah
Sejarah yang tertulis
Atau bahkan sejarah yang dilafalkan oleh para generasi se zaman
Sejarah yang mengagumkan dari arsip ke musium Negara
Para tokoh merangkaikan kisah mengikuti alur peradaban
Aku berupaya mengenang
Tak satupun manusia menginsafi masa lalunya
Semua mempunyai kitap berbeda
Masa lalu menjadi catatan berharga
Kita cenderung mengabaikan kepahitan
Romantisme mengusung kebenaran sejarah
Mungkin ini kepalsuan yang di garap menuju keabadian
Sejarah pahit yang berkuasa generasiku

Ketapang, Pejaten Timur
Pasar Minggu-Jakarta selatan
1 November 1009
Kamaruddin Salim


Terjaga dari mimpi yang semu

Terjaga dari mimpi yang semu
Ku yakin semua manusia sama
Sama- sama lemah dan kalah
Namun terkadang ada yang menang
Semua menjadi gambaran semata
Tatkala semua mata tertuju pada kemenangan tadi
Mereka lupa bahwa ada yang menanti
Yaitu kematian sebagai hukum pasti
Menang hanyalah mimpi semu dalam hidup manusia
Berbuat baiklah kepada sesama
 Percayalah tuhan itu adil
Ketapang-Pasar MInggu
Jakarta, 28 Oktober 2009

Kamaruddin Salim

Pemuda yang tersiksa


Para pemuda itu meringis kesakitan
Mereka menangis tak henti-hentinya
Berkali petungan menjamu wajah dan pelipis mata mereka
Deru tendandangan menyerupai pijakan kaki kuda
Menikam sekujur tubuh mereka
Ada yang menangis
Ada yang menjerit menahan sakit
Bait sumpah satu demi satu dilafalkan penuh sesak
Oh, berhentilah menendang kami
Kita semua bersaudara
Walau ku tahu seragam kita berbeda mode dan warna
Namun perlu kau tahu, darah kita sama
Bendera masih sama, belum berganti corak dan jahitan
Oh, persatuan menjadi pemusuhan
Keadilan berubah menyerupai peradilan kekerasan
Siapa yang benar saudara
Aku bertanya padamu wahai ibu pertiwi
Sumpahku terbayar dari cacian dan pukulan saudara kandungku sendiri
Harusnya mereka mengagumi kami pemuda penerus bangsa ini
Bukan penghancur bangsa.

Ketapang-Pasar Minggu
Jakarta selatan, 28 Oktober 2009

Kamaruddin Salim

GERAKAN SOSIAL SEBAGAI SOLUSI PERUBAHAN PERILAKU MANUSIA

GERAKAN SOSIAL
 SEBAGAI SOLUSI PERUBAHAN PERILAKU MANUSIA
Suatu analisis Sosiologis[1]
Oleh: Kamaruddin Salim[2]

Mereka dan Kemerdekaan Kita, Setiap langkah dan kata. Mengirngi waktu Tuhan, dan kita. dapat bernafas lega. Ketimbang saudara kita yang meraih kemerdekaan. Di balik jembatan kemelaratan dan kemiskinan. Namun, aku tahu mereka bebas merdeka di mata Tuhan. Bagaimana dengan Kita? Kamaruddin S.


A.         Latar belakang
Sejarah manusia adalah sejarah kekerasan. Proses sejarah kekerasan kemanusiaan tersebut, sering kita dengar atau bahkan di ajarkan oleh guru atau para pemuka agama. Kekerasan sesame manusia diawali oleh pembunuhan saudara sedara. Anak dari Nabi Adam, Kabil dan Nabil. Dari sejarah kelam tersebut, muncul banyak konsesus (kesepakatan) nilai oleh generasi sesudahnya. Bahwa manusia membutuhkan keharmonisanan dan kebersamaan. Dalam taraf ini perubahan yang berarti dalam perilaku manusia berjalan baik setelah peristiwa bersejarah tersebut. Kaitan dengan hal tersebut, disini penulis mencoba memaparkan beberapa pokok pikiran berkaitan dengan Gerakan sosial.
Kajian tentang gerakan sosial merupakan salah satu kajian sosialogi yang hingga kini menjadi fokus kajian yang menarik dalam masyarakat dunia. Dimana berbagai studi tentan gerakan kemasyarakatan kian marak akhir-akhir ini. Gejala ini sejalan dengan menjamaurnya fenomena gerakan kemasyarakatan itu sendiri. Dalam kurun waktu kebih dari 60 tahun sejak tahun 1941, muncul berbagai teori mengenai gekaran sosial[3].
Gerakan sosial dapat dipandang sebagai kegiatan atau usaha kolektif menghadirkan perbahan kehidupan yang baru. Dimana kelahirannya berawal dari keadaan yang gelisah dan kacau, dan mendapatkan daya gerak pada satu pihak dari ketidakpuasan dengan benuk kehidupan yang sekarang dan pada pihak yang lain dari keinginan-keinginan dan harapan-harapan bagi satu bentuk atau sistem kehidupan yang baru.[4]  Konsep gerakan sosial pertama kali digunakan secara ilmiah oleh Von Stein pada tahun 1842 ketika membahas Komunis Proletar dan gerakan-gerakan sosialis. Menurutnya gerakan sosial adalah perjuangan untuk memperoleh kebebasan sosial yang lebih besar dan mencapai puncaknya dalam perjuangan kelas proletar. Kebebasan sosial merupakan kondisi yang dimiliki setiap individu atau kelompok untuk keluar dari belenggu sosial budaya, ekonomi maupun politik. Tindakan kolektif untuk menentang setiap bentuk penetrasi, merupakan suatu gerakan, karena tindakan itu diarahkan untuk memperoleh kebebasan[5].
B.     Ruang Kajian Gerakan Sosial
1.    Gerakan sebagai Usaha Perubahan
Mahatma Gandhi sang Filsuf dan seorang Bapak bangsa India berkata, Kemiskinan dan kelaparan yang terjadi di negeri kita sudah sangat menyedihkan, kondisi tersebut menyebabkan semakin banyak orang yang terpaksa menjadi pengemis. Jumlah pengemis ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Mereka benar-benar putus sudah putus asa dan tidak lagi memiliki harapan untuk mendapatkan nafkah, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keputusan ini telah memaksa mereka untuk emnghilangkan semua perasaan mereka, terutama rasa yang terkait dengan norma kepantasan dan harga diri. Sementara itu, kaum dermawan yang ada di masyarakat kita bukannya memberikan pekerjaan untuk mereka, tetapi lebih suka memberikan sedekah”[6]
Apabila kita menghayati ungkapan Mahatma Gandhi tersebut. Ada nilai positif yang tampak nyata dalam kondisi kita sehari-hari. Dimana, masyarakat yang merasa tertindas atau terabaikan haknya melakukan gerakan atau tindakan protes demi menuntut haknya. Maka secara tidak langsung, gerakan sosial telah terjadi dalam kehidupan bermasyarakat kita. Gerakan sosial yang  dilakukan oleh mesyarakat tersebut, menjadi satu gambaran bahwa semua manusia berhak meraih kehidupan yang setara dan seadil-adilnya dalam suatu Negara. Umumnya gerakan sosial terjadi akibat tekanan penguasa yang lalim dan ototriter serta borjuis.  
a.    Pengertian
Dalam pemahaman umum, gerakan sosial berasosiasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk memberikan respon atau reaksi atas konsidi tertentu ( realitas sosial) di masyarakat. Misalnya: Politik, ekonomi, dan sosial.  Dengan demikian timbulnya suatu gerakan merupakan hal yang sangat wajar, dan sekaligus menjadi bukti yang paling nyata bahwa manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Justru tidak adanya suatu gerakan untuk perubahan dalam suatu tatanan yang tidak adil, merupakan ancaman yang sangat serius bagi manusia dan kemanusiaan.
b.    Upaya Perubahan
Apakah perubahan dating dengan sendirinya? Sebagaimana diketahui banyak pihak yang percaya bahwa perubahan adalah soal waktu. Cepat atau lambat perubahan akan dating pula. Secara pragmatis (masa bodoh) perubahan akan dating dengan sendirinya. Tanpa gerakan, perubahan tidak akan terjadi. Hal ini, mengibaratkan kita tetap melamun, tetapi faktanya tetap membuat kita jauh dari kenyataan. Hal ini Mahatma Gandhi, Berkata pada anaknya Harilal. Ketika di utus untuk melakukan gerakan Satyagraha di Afrika Selatan.” Wahai anakku, aku tidak bisa memberikan engkau harta yang banyak, tetapi aku hanya memberikan engkau nasehat. Jangan terlalu banyak menghayal, nanti membuat engkau tidak dewasa. Dan jangan terlalu banyak tidur, membuat engkau tambah malas[7]  
Dalam ajaran Islam secara tegas mengatakan: Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu mngubah nasibnya sendiri. Jadi pada hakekatnya segala bentuk perubahan di awali dengan proses gerakan sosial dalam masyarakat.
c.    Hakekat Gerakan
Gerakan secara defenisi adalah cara atau tundakan yang dilakukan individu atau kelompok di dalam masyarakat.
d.    Tipe Gerakan
TIpe gerakan terbagi menjadi 2. Yaitu
1.    Gerakan sebagai suatu aksi spontan; sebab-sebab yang tidak begitu jelas atau tidak mempunyai rumusan yang jelas, menggunakkan jaringan informasi yang tidak tertata (bukan dikontruksi secara sengaja) terhadap suatu keadaan tententu dan gerakan ini kecenderungan memakai emosional, spontan, tidak rasional dan tanpa suatu perencanaan yang jelas. contoh: Tawuran atau perkelahian dan lain-lain
2.    Gerakan sebagai langkah-langkah terorgabisir dengan tujuan, strategi dan cara-cara yang dirumuskan secara jelas. Sadar dan didasarkan pada suatu analisis sosial yang kuat. Gerakan ini merupakan bentuk gerakan yang telah menggunakkan organisasi dan memanfaatkan instrument demokrasi yang ada, seperti parlemen, pers atau institusi non- pemerintah, dalam mengedepankan persoaln yang ada. Contoh: Tolak Penggusuran, Aksi Buruh dan Mahasiswa
e.    Geakan dalam Variabel yang lebih Luas
Dalam gerakan pada prinsipnya harus mempunyai beberapa pokok penting. Yaitu:
1.    Cara pandang terhadap masalah
2.    Tujuan
3.    Strategi, taktik dan teknik
4.    Program
Sebagaimana yang di sampaikan oleh Tzun Tzu dalam bukunya Seni Perang dan Manajemen. Jangan sekali-kali memusuhi musuh yang besar, sebab musuh kecil sangat berbahaya” artinya, segala sesuatu yang mau dilakukan harus mempunyai perencanaan ataupun konsep yang kuat agar tidak gagal dalam pelaksanaannya.
f.     Karakter Gerakan
Gerakan sosial yang dilakukan akan berhadapan pada konsesukensi logis. Yaitu ada pihak yang berpihak pada sistem dan ada kelompok yang menentang sistem tersebut. 
g.    Tahap Gerakan
Sesuatu gerakan yang tida bersifat spontan, terencana, pasti memiliki beberapa tahapan untuk melakukan gerakan sosial.
1.    Tahap perumusan persoalan sampai akhirnya embentuk sebuah ideology ataucita-cita perubahan.
2.    Tahap kaderisasi atau dengan kata lain melakukan kaderisasi. Memperluasa prose perekrutan simpatisan demi mendukung gerakan yang di cita-citakan
3.    Mencari dukungan public terhadap ideology gerakan yang telah diusung sebagai upaya untuk mengeimbangi ideologi lawan. Sehingga gerakan bisa berjalan dinamis dan dialektis
h.    Momentum Gerakan
Menurut para pemikir ilmu sosial. Prasyarat memulainya gerakan sosial harus memiliki tiga syarat:
1.    Adanya ideologi alternatif  
2.    Adanya organisasi yang kuat, menajdi penopang dan emilii kemampuan mengorgainsasi dukungan rakyat
3.    Momentum yang tepat.
i.      Ciri dan Syarat Keberhasilan
Apa yang harus dipersiapkan agar gerakan samapi pada tujuan yang hendak dicapainya. Yaitu dengan mengembalikan prinsip dasar dari gerakan yang tidak lain dari sesuatu upaya untuk membangun kekuatan. Dengan prinsip ini dapat disebutkan beberapa cirri dan syarat:
1.    Gerakan tidak emmbiarkan dirinya dalam keadaan stagnan
2.    Membutuhkan dukungan organisasi yang kuat dengan jaringan yang luas pada semua level dan skala. Kelompok atau jaringan pendukung yang bisa mempengaruhi masyarakat dalam hal memperjuangkan gerakan yang di cita-citakan
3.    Berpengalaman dalam gerakan, disiplin, benara-benar memaknai ideologi gerakan.
4.    Mengembangkan jaringan atau mesin-mesin kaderisasi gerakan serta memperkuat nilai-nilai positif dari gerakan yang dilakukan ke masyarakat
5.    Gerakan harus mandiri dan salign bekerjasama
6.    Mempunyai urusan atau bacaan tentang arah gearakan kedepan.
C.   Nilai Dasar Gerakan
Barangkali agak kurang menyenangkan bila geakan dipahami sebagai suatu bentuk benturan kepentingan. Atau sebagai upaya menekan dari mereka yang menghendaki perubahan kepada mereka yang patut diduga sebagai penyebab maslah atau yang anti perubahan. Jelas gerakan akan memicu asuatu konflik.
a.    Nilai Penting
Perubahan tidak bisa berheni, melaikan harus terus di usahakan. Dalam gerkan sosial nilai-nilai postif dari gerakan terus di dorong. Sehingga gerakan tersebut tidak melenceng dari usaha yang dilakukan. Pertama, gerakan menjadi alternative mneuju perubahan. Kedua, kondisi yang tidak memukinkan, maka gerakan menjadi jawaban kongkrit untuk menuju perubahan. Ketiga, memberikan jaminan kepada masyarakat dengan arah gerkan dari awal yang telah di tetapkan. Bahwa gerakan bukan factor kebetulan tetapi langkah pasti menuju perubahan.
b.    Keabsahan Nilai Positif
Apa dasar dari nilai suatu gerakan? Segi-segi apa yang membenarkan adanya suatu gerakan? Atau atasa dasar apa ada gerakan yang bisa bisa dibenarkan. Masalah ini penting untuk mendapatkan perhatian. Sebab setiap usaha perbaikan yang dilakukan mengarah pada perubahan. Perubahan mendasar akan menimbulkan pertentangan nilai. Dimana kelopok yang berkuasa misalnya, yang menentang adanya perubahan pasti menentang. Dan apabila perubahan terjadi mereka akan kehilangan derajatnya. Dan yang berkuasa akan mendapatkan kehormatan dari kekuasaannya.
c.    Dasar nilai dan nilai dasar
Dalam sebuah masyarakat yang digenangi oleh nilai-nilai harmoni, suatu gerakan akan denagn mudah dituding sebagai penyebar konflik dalam masyarakat. Konflik menjadi suatu hal yang tabu. Setiap konflik pasti dipandang sebagai bencana. Apalagi dalam masyarakat belum terjadi konfil.  Maka dibutuhkan gerakan yang bernilai demokrasi dan mengedepankan keadilan untuk menjadi bagian dalam unsur-unsur yang menimbulkan konflik.
d.    Kekerasan
Seringklai muncul keluhan dari masyarakat umum dan para korban, bhwa suatu gerakan identik perlawanan denagn kekerasan nyang bisa menimbulkan korban. Hal ini tidak bisa di pungkiri bahwa gerakan mempunyai 2 karakter, yaitu: gerakan menggunakan kekerasan dan gerakan yang tidak menggunakkan kekerasan (nir kekerasan)
e.    Pantang Kekeraasan
Kematian dan penderitaan, baik mereka yang anti perubahan maupun yang mendukung perubahan atau mereka yang tidak tahu apa-apa (rakyat biasa), telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Kekerasan dalam hal ini, meskipun menjanjikan perubahan, namun tidak urung di perhadapkan pada kenyataannya sa korban yang jatuh dan menimbulkan masalh baru.  
Gerakan ini di lakukan sebagai upaya untuk emngurangi masalah baru bagi orang lain. Pada prinsipnya gerkan yang dilakukan tidak menghendaki terjadinya persoalan baru yang lebih rumit.
f.     Kemanusiaan sebagai Landasan Pokok
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan berhak memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (BAB XA.Pasal 28C setelah di Amandemen UUD 1945). Didalam UUD telah mengamanatkan hal ini. Jadi dasar dari gerkan yang dilakukan semuanya harus bermuara kepada persoalan kesejahteraan rakyat.
Kaitan dengan persioalan kemanusaiaan. Gandhi berkata; “ Untuk membantu orang miskin itu mudah bagi setiap orang, tetapi hidup seperti orang miskon itu sulit bagi siapapun di dunia ini”  jadi gerakan yang di lakukan menitiberatkan pada persoalan kemanusiaan dan menjujung tinggi nilai kemanusaan.

D.   Membuka Jalan Perubahan
a.    Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam konteks perubahan sosial, menjadi titik strategi yang harus mendapat perhatian lebih seksama. Tanpa pengoranisasian yang memadai, kuat dan sitenatik. Maka agenda perubahan akan senantiasa bergantung kepada niat baik kekausaan, pasar politk, atau situasi lain yang tidak pasti. Satu-satunya factor yang dapat emamstikan perubahan yang akan berjalan sesuai dengan jalannya adalah kekaustan organisasi rakyat. Dan dipandu oleh kepemimpianan dan garis politi yang berpihak pada rakyat.
E.   Strategi Memahami Medan Pergulatan
a.    Analisis Sosial
Analisis sosial merupakan salah satu prasyarat yang di perlukan dalam gerakan sosial. Sebab, setiap gerakan untuk perubahan sosial, tentu dilakukan secara terencana dan sistematik dan mengarahkan tindakan-tindakan pada sasaran tertentu.
Analisis sosial dilakukan demi mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kondisi actual di dalam masyarakat. Bukan sekedar mendapatkan informasi berdasarkan data ataupun angka yang akurat. Tetapi perlu menganalisa setiap perubahan dari yang terjadi sehingga mampu mempengaruhi gerkan yang dilakukan.    
b.    Medan Pergulatan: Jalan Non-Kororporasi-Jalan Kooperasi
c.    Kombinasi Ko dan Non-Koorporasi
F.    Organisasi Gerakan
a.    Organisasi Gerakan
Usaha untuk merealisasikan perubahan, yang akan menjadi basis dari demokrasi dan keadilan sosial, merupakan agenda penting yang terwujudnya haynya mengandalkan kekuatan individu. Maka diprlukan organisasi. Dan perubahan yang terjadi tegantung kepada kinerja organisasi yang dibangun.
Menurut Anthony Giddens, seorang sosiolog dari Inggris. Perubahan yang dilakukan perlu dilakukan degan proses dialektika structural dengan perilaku organisasi dan bertindak kolektif.
Contohnya: PRD, Serikat Buruh dan Organisasi Mahasiswa
b.    Kepemimpinan Organisasi
Secara sederhana, kepemimpinan dapat dipahami sebagai proses dinamis mempengaruhi dan memperkembangkan orang, kelompok atau komunitas untuk mencapai tujuan bersama. Unsure-unsur kepemimpinan yang perlu di pahami. Pertama, adanya yang dipimpin, pribadi, anggot akelompok, atau komunitas masyarakat. Kedua, adanya pemimpin. Ketiga, adanya kegiatan atau aktifitas yang melibatkan orang lain. Keempat, adanya tujuan yan gingin di capai. Kelima, adanya proses dalam kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat dua dimensi yang mendukung, yaitu:
1.    Berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
2.    Berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan dijabarkan dalam tugas kepemimpinan.
c.    Kaderisasi
Dalam melakukan gerakan sosial, terutama bagi organisasi harus memiliki kader. Kader bukan sekedar orang yang menjadi anggota organisasi. Pada kader pula menjadi tumpuan organisasi. Proses pencarian kader bisa melalui aktivitas pendidikan formal atau sama ide dan tujuannya. Disini  kader perlu di perhatikan beberapa nilainya:
1.    Merumuskan dengan tegas melalui penyelidikan akurat siapa yang mendukung dan menolak perubahan
2.    Tanpa ragu-ragu turun ke rakyat dan melakukan integrasi sepenuhnya atau tinggal bersama rakyat.
3.    Tangkas dalam meremuskan penderitaan rakyat dalam tuntutan politik dan sosial.
4.    Menjaga sikap di tengah rakyat memotofasi serta membawa kedamaian di hadapan rakyat[8].  
C. PENUTUP
   Tom Bottomore mengartikan gerakan sosial dalam arti yang luas sebagai suatu usaha bersama untuk meningkatkan atau menentang perubahan dalam masyarakat dimana usaha tersebut memainkan peran cukup berarti. Menurut konsep Bottomore ini usaha mempengaruhi kebijakan pemerintah adalah suatu gerakan. Karena itu konsep yang diajukannya mempunyai persamaan dengan partai dan kelompok kepentingan. Baik partai politik maupun kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah, baik itu mendukung maupun menentang. Gerakan sosial dalam konsep Bottomore dicirikan oleh kurang terorganisirnya tindakan kolektif dimaksud, sehingga mencakup pula simpatisan terhadap ideologi atau doktrin yang karenanya siap berperan serta dalam demonstrasi.
Senada dengan Bottomore, C.Wrings Mils, mengatakan bahwa, perubahan sosial dalam masyarakat akan berhasil diawali dengan cara teoritis dan kritis sehingga bisa tercipta masyarakat yang totaliter dan madani. Hal ini menjadi gambaran bahwa gerakan sosial perlu mengedepankan keritisan serta teoritis dalam pelaksanaannya. Sebab tanpa ktitik, krisis dan kritis kita sulit mengenal atau mengali arah keberhasilan dari gerakan itu sendiri.  
Gerakan sosial tidak hanya dipandang sebagai salah satu instrument dasar berkaitan dengan persoalan politik yaitu dengan mengerahkan masa ke jalanan. Tetapi gerakan sosial  sebagai pola perwujudan perubahan dari berbagai sisi. Secara sosiologis gerakan sosial terjadi akibat ketidak adilan yang terjadi dalam masyarakat. Maka, gerakan sosial dapat terjadi dibidang apa saja dalam masyarakat kita. Dalam prosesnya perlu kita mengedepankan kepekaan terhadap lingkungan ataupun sistem dalam masyarakat. Sehingga kita dapat merasakan segala hal yang terjadi


[1] Makalah ini di buat untuk sebagai Pemateri dalam acara Latihan Dasar Kepemimpinan Organisasi Senat FISIP Unas, Tanggal 13 Oktober 2009
[2] Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Unas, Mantan Ketua SENAT FISIP UNAS
[3] Robert Mirsel. Teori Pergerakan Sosial. Kilasan Sejarah dan Catatan Biliografi. Jogjakarta(Rsesist Book,2004).Hlm.3
[4] G.Kartasapoetra dan L.J.B. Kreimers. Sosiologi Umum.Jakarta( PT. Bina Aksara, 1987), Hlm. 180

[5] PiÖtr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial ( Jakarta, Perada Media, 2004) Hal. 323.

[6] Francis Alappatt, Mahatma Gandhi, Prinsip Hidup, Pemikiran  Politik dan Konsep Ekonomi, (Penerbit Nusamedia,Bandung), Hlm. 88

[7] Stanley Wolpert. Mahatma Gandhi. Sang Penakluk Kekerasan Hidupnya dan Ajarannya. Jakarta (Murai Kencana, 2002).
[8] Timur Mahardika. Gerakan Massa, Mengupacayak Demokrasi dan Keadilan Secara Damai. Jogjakarta. (LEPRA PUSTAKA UTAMA,2000) Hlm.3-229