TAHAPAN EKONOMI POLITIK
KAJIAN TERHADAP TEORI WALT WHITMAN. ROSTOW
OLEH: KAMARUDDIN SALIM
A.
Latar
Belakang
Teori modernisasi lahir
di tahun 1950-an di Amerika Serikat, dan merupakan respon kaum intelektual
terhadap Perang Dunia yang bagi penganut evolusi dianggap sebagai jalan optimis
menuju perubahan. Moderniasi menjadi penemuan teori yang terpenting dari
perjalanan kapitalisme yang panjang dibawah kepemimpinan Amerika Serikat. Teori
ini lahir dalam suasana ketika dunia memasuki Perang Dingin, antara Negara
Sosialis Uni Soviet Rusia (USSR). Perang dingin merupakan bentuk peperangan
ideologi dan teori antara kapitalisme dan sosialisme. Sementara itu gerakan
sosialisme Rusia mulai mengembangkan pengaruhnya tidak semata di Eropa Timur,
melainkan juga di negara-negara yang baru meredeka. Dengan demikian dalam
konteks Perang Dingin tersebut, teori moderniasi terlibat dalam peperangan
ideologi.
Teori moderniasi dan
pembangunan yang pada dasarnya merupakan sebuah gagasan tentang perubahan
sosial dalam perjalanannya telah menjadi sebuah ideologi. Perkembangan ini
adalah akibat dari dukungan dana dan politik yang luar biasa besarnya dari
pemerintah dan organisasi maupun perusahan swasta di Amerika Serikat serta
negara-negara liberal lainnya. Semua itu menjadikan moderniasi dan pembangunan sebagai
suatu gerakan ilmuwan antardisiplin ilmu-ilmu sosial di Dunia Ketiga menjadi
sangat berpengaruh. Akibatnya menjadikan teori moderniasi tidak hanya sekedar
merupakan industri yang sedang tumbuh, tetapi menjadi sebuah aliran pemikiran (a
school of thought), bahkan telah menjadi sebuah ideologi. Pengaruh
moderniasi di negara Dunia Ketiga sangat luas, tidak semata pada kalangan
akademis di Perguruan Tinggi, tetapi juga di kalangan birokrasi yakni pada
perencana dan pelaksana program pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga.
Bahkan moderniasi juga sangat mempengaruhi banyak pemikiran kalangan organisasi
nonpemerintah[1].
Untuk membangun
masyarakat ini diperlukan bantuan dari luar. Dan pihak yang mampu memberikan
bantuan tidak lain adalah mereka yang lebih dulu mencapai kemajuan.
Masyarakat Barat dianggap mampu
memberikan bantuan yang yang dibutuhkan masyarakat Timur, baik itu bantuan uang
maupun transfer mentalitas, untuk maju. Teori modernisasi, dengan demikian
memberikan ruang yang luas bagi apa yang disebut sebagai bantuan luar negeri.
Penyaluaran luar negeri
tidak lain diberikan kepada pemerintah negara-negara berkembang. Teori
Moderniasi memang tidak lepas dari pengaruh pemikiran Keynes. Keynes
menitiberatkan peran pemerintah dalam menggerakkan perekonomian. John Maynard
Keynes adalah ekonom Inggris yang hidup di masa Depresi Besar pada masa antara
Perang Dunia (dasawarsa 1930-an). Akibat dari perang dunia ini adalah hancurnya
perekonomian Eropa. Pabrik-pabrik serta unit-unit ekonomi lainnya hancur akibat
gempuran senjata. Akibat baik sisi pemerintah maupun penawaran tidak bekerja.
Dalam kondisi ini, pemerintah harus turun tangan untuk menghidupi baik isi
permintaan maupun penawaran dari perekonomian tersebut. Logika liberal agar
pemerintah tidak ikut campur dalam kehidupan perekonomian harus dilanggar.
Perencanaan secara
makro kemudian meerupakan hal yang penting dalam pemikiran Keynes. Bagi Keynes,
adalah penting bagi suatu negara untuk menetapkan perencanaan anggaran untuk
dipergunakan bagi kinerja perekonomian. Deficit anggaran dianggap perlu untuk
menghidupkan perkeonomian karena pengeluaran negara disalurkan ke hal-hal yang
produktif bagi ekonomi nasional. Teori moderniasi memakai logika ini sehingga
mengijinkan pengeluaran besar-besaran dalam anggaran penerintah negara
berkembang. Logikanya adalah bahwa pengeluaran yang besar akan mempu
menggerakan perkeonomian sehingga kemungkinan mencapai tahanpan yang di dalam
negara maju semakin cepat. Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi hal
yan glazim bagi perekonomian yang menggunakan teori moderniasi. Badan-badan
usaha ini diharapkan dapat menyumbankan peyerapan tenaga kerja serta
menggerakkan perkeonomian secara makro. Yang terpenting bagi Teroi Modernisasi
adalah tingkat tabung yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan.
Walt Whitman Rostow
mengukur tahapan perkembangan perekonomian suatu Negara berdasarkan perhitungan
tabungan dan konsumsi. Setiap tahap memiliki ciri-cirinya masing-masing. Ada
lima tahap dalam perekmbangan perekonomian menurut Rostow, yaitu;
1. Tahap
Tradisional
2. Tahapan
Lepas Landas
3. Tahapan
Persiapan menuju Kematangan
4. Tahapan
Konsumsi Tinggi
Peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya sangat membutuhkan peran pemerintah.
Pemerintah disini memegang potensi terbesar untuk mampu menggerakkan
perekonomian dengan anggaran yang dimiliki. Pemerintah dianggap mampu
mengalokasikan anggaran Negara ke sektor-sektor yang potensial untuk
menggerakkan perekonomian[2].
Dalam
bukunya yang terkenal, The Stages of
Economic Growth, A Non-Commnunist Manifesto yang mula-mula terbit pada
tahun 1960, Rostow menguraikan teorinya, tentang proses pembangunan dalam
sebuah masyarakat. Seperti juga para ahli ekonomi umumnya pada zaman itu, bagi
Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus,
yakni dari masyarakat yang terkebelakang ke masyarakat maju. Proses ini, dengan
pelbagai variasinya, pada dasrnya berlangsung sama di mana pun dan kapan pun
juga. Variasi yang ada bukanlah merupakan perubahan yang mendasar dari proses
ini, melainkan hanya hanya berlangsung di permukaan[3].
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan sebagai teori modernisasi.
Artikel Rostow yang dimuat dalam Economics Journal pada Maret 1956
berjudul The Take-Off Into Self-Sustained Growth pada awalnya memuat ide
sederhana bahwa transformasi ekonomi setiap negara dapat ditelisik dari aspek
sejarah pertumbuhan ekonominya hanya dalam tiga tahap: tahap prekondisi tinggal
landas (yang membutuhkan waktu berabad-abad lamanya), tahap tinggal landas
(20-30 tahun), dan tahap kemandirian ekonomi yang terjadi secara terus-menerus.
Rostow kemudian mengembangkan ide tentang perspektif identifikasi dimensi
ekonomi tersebut menjadi lima tahap kategori dalam bukunya The Stages
of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto yang diterbitkan pada tahun
1960. Ia meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah manifesto anti-komunis’
sebagaimana tertulis dalam bentuk subjudul. Rostow menjadikan teorinya sebagai
alternatif bagi teori Karl Marx mengenai sejarah modern. Fokusnya pada
peningkatan pendapatan per kapita, Buku itu kemudian mengalami pengembangan dan
variasi pada tahun 1978 dan 1980.
Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor
kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less
developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan
sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut
kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan
mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya
terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap
ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap
mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi
menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat
unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni
pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang
berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami
‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah
pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu
dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang
ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar
masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Tahap-Tahap Linear Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Tahap-tahap
pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic approach) inilah yang
menjadi syarat pembangunan untuk mencapai ‘status lebih maju’. Rostow membagi
proses pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:
1. Tahap
masyarakat tradisional (the traditional society), dengan
karakteristiknya:
1.
Pertanian padat tenaga kerja;
2.
Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
3.
Ekonomi mata pencaharian;
4.
Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
5.
Adanya sistem barter.
2. Tahap
pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
yang ditandai dengan:
1.
Pendirian industri-industri pertambangan;
2.
Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
3.
Perlunya pendanaan asing;
4.
Tabungan dan investasi meningkat;
5.
Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
6.
Adanya elit-elit baru;
7.
Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3. Tahap
tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai dengan:
1. Industrialisasi
meningkat;
2. Tabungan dan
investasi semakin meningkat;
3. Peningkatan
pertumbuhan regional;
4. Tenaga kerja di
sektor pertanian menurun;
5. Stimulus
ekonomi berupa revolusi politik,
6. Inovasi
teknologi,
7. Perubahan ekonomi internasional,
8. Laju investasi dan tabungan
meningkat 5 – 10 persen dari
9. Pendapatan nasional,
10. Sektor usaha
pengolahan (manufaktur),
11. Pengaturan
kelembagaan (misalnya sistem perbankan).
4. Tahap
pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity),
ciri-cirinya:
Pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan;
1. Diversifikasi
industri;
2. Penggunaan
teknologi secara meluas;
3.
Pembangunan di sektor-sektor baru;
4. Investasi dan tabungan meningkat
10 – 20 persen dari pendapatan nasional.
5. Tahap era
konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption)
dengan:
1. Proporsi
ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
2. Meluasnya
konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
3. Peningkatan
atas belanja jasa-jasa kemakmuran[4]
Dengan melihat
aspek lainnya yaitu sosial, politik, dan aspek nilai-nilai mengenai
karakteristik tahap-tahap pertumbuhan ekonomi di atas, maka dapat digambarkan
sebagai berikut: Menurut Rostow,
dalam hal mengenai perubahan dari tahap tradisional ke arah industrial sebagai
syarat pembangunan dan kemajuan, pembangunan ekonomi atau proses transformasi
masyarakat dari tahap tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu
proses yang multi-dimensional. Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan
struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor
pertanian dan meningkatnya peran sektor industri saja.
Perubahan yang
dimaksud selain dari perubahan struktural dari tradisionalitas menuju
modernitas, dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Perubahan
orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya
berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.
2.
Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu
dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
3.
Perubahan dalam kegiatan investasi masyarkat, dari melakukan investasi yang
tidak produktif (seperti halnya menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya)
menjadi investasi yang produktif.
4.
Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang
pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan terhadap
prestasi perorangan, dan sebagainya)
Dengan
demikian, dasar pembedaan proses pembangunan ekonomi menjadi lima tahap
tersebut adalah karateristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik,
serta nilai-nilai dalam masyarakat. Ketika masa tinggal landas selesai, maka perekonomian
benar-benar berada di di atas garis pertumbuhan diri secara berkesinambungan.
Tinkat investasi meningkat secara tetap, produksi melampaui pertumbuhan
penduduk. Perusahan-perusahan ekonomi terbaru termasuk perdagangan
internasional yang menguntungkan berkembang. Akhirnya, produksi barang dan jasa
berskala besar mendorong ke arah konsumsi missal tidka hanya kebutuhan dasar
tetapi jug akemakmuran yang menyenangkan dan mewah. Perekonomian mandiri yang
berkesinambungan lebih menekankan pad apelayanan (jasa) sosial dan
kesejahteraaan di atas segala-galanya.
B.
Kritik Teori
Tesis Rostow telah mengundang banyak
kritik dalam beberapa tahun belakangan ini. Di satu segi Rostow telah
memperpendek masa-masa perjuangan/pergulatan ekonomi dalam sejarah
bangsa-bangsa menjaga model transisi lima tahap yang rapi dan menarik yang
menyebar tidak lebih dari dua abad pad kebanyakan negara. Analisis
keterbelakangannya, efek-efek sampingan dan depan pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan contoh pemesinan tekstil modernnya dan mesin uap agaknya memiliki
kelemahan. Dan titik sentral dari argumentasi Rostow adalah bahwa cepat atau lambat, semua
masyarakat dunia akan melewati rentetan dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi
di atas. Faktor penentunya adalah kondisi alam, ekonomi, politik, dan budaya.
Kritik terhadap Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi[5]
Kritik terhadap Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi[5]
Sejumlah kritik
terhadap teori Rostow dapat digambarkan sebagai berikut:
Teori Rostow
dianggap terlalu sederhana;
-
Rostow menyebut tentang tabungan dan investasi namun tidak mengklarifikasi
mengenai perlunya infrastruktur keuangan untuk menyalurkan tabungan yang ada ke
dalam investasi;
-
Bahwa investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi;
-
Rostow tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi. Perlunya infrastruktur lainnya seperti sumber daya manusia
(pendidikan), jalan-jalan, jalur kereta api, jaringan-jaringan komunikasi;
-
Teori Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari penggunaan investasi
apakah ditujukan untuk aktivitas-aktivitas produksi ataukah untuk penggunaan
lainnya;
-
Bahwa pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara di dunia akan saling
mempelajari satu sama lain dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
pembangunan pada kenyataannya belum pernah terjadi.
-
Argumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri keterbelakangan tidak
beralasan.
-
Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi di Eropa akan juga
terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
-
Bahwa sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang dengan cara yang sama.
Dengan kata lain, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tidak
selalu sama, tetapi justru punya karakteristik masing-masing.
[1] Mansour Fakih. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.
(Yogyakarta:INSIST Press. 2005). Hlm. 46-48.
[2] Syamsul Hadi dkk. Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF. (Jakarta:
GRANIT. 2004). Hlm. 9-12
[3] Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.
2000). Hlm. 25-26
[4] Ibid. hlm. 26-28
[5] M. Fancis Abraham. Modernisasi di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum
Pembangunan. (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.1991) hlm. 44