Budaya Membaca Membangun
Peradaban Dunia
Membaca adalah salah satu
penanda terciptanya suatu peradaban. Hal ini didasari atas kesepakatan bahwa
berakhirnya zaman pra-sejarah ditandai dengan munculnya bukti tertulis pada
peradaban tersebut. Beberapa peradaban lebih dulu maju dan berkembang dibanding
peradaban lainnya. Misalnya peradaban India, yang dikenal juga dengan peradaban
lembah sungai indus, telah berlangsung sejak tahun 2800 sebelum masehi
sementara peradaban pertama yang dikenal di Indonesia adalah peradaban yang
berasal dari kerajaan kutai yang diketahui melalui yupa atau prasasti dalam
upacara pengorbanan kerajaan kutai. Jadi selama rentang waktu lebih dari 3000
tahun, masyarakat Indonesia telah tertinggal membaca dibandingkan masyarakat
India.
Selain India terdapat
peradaban kuno yang telah menorehkan bukti sejarah seperti peradaban mesir,
peradaban romawi, peradaban babylonia, peradaban cina, dll. Sistem yang
ditetapkan pada peradaban tersebut kini telah punah seiring dengan perkembangan
jaman dan pertukaran budaya antar masing-masing negara. Munculnya paham
kolonialisme membuat banyak negara dengan peradaban yang lebih maju melakukan
invasi dengan tujuan 3G (Gold, Glory, dan Gospel) yang cukup berperan
dalam kepunahan peradaban tersebut.
Berdasarkan peninggalan
sejarah pula, terdapat kesamaan pola dari penyebab kemajuan dan kehancuran
peradaban-peradaban tersebut. Peradaban maju ataupun hancur dikarenakan 2 hal
yaitu:
- Keadilan pemimpin.
- Kemauan masyarakat untuk belajar.
Di Indonesia, masa keemasan
peradaban kuno terjadi pada jaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Masa
keemasan kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke 8 dan 9 masehi. Pada era
tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadikan dirinya sebagai kerajaan yang menjadi
pusat pendidikan agama budha terbesar yang diperkuat dengan bukti sejarah I
Tsing. Pada era tersebut terdapat pula banyak prasasti dan candi. Kerajaan
berhasil mengembangkan daerah kekuasaan hingga menjangkau daerah Thailand,
Kamboja, dan sekitarnya. Kerajaan pun dipimpin oleh pemimpin yang bijak dan
adil sehingga dapat mensejahterakan dan mencerdaskan rakyatnya.
Jika kita menelusuri
kehidupan yang terjadi pada masa masing-masing peradaban, kesamaan pola
mengenai pemimpin yang adil dan rakyat yang mau belajar pasti akan selalu ditemui
sebagai pemicu majunya suatu peradaban. Setelah perang dunia ke II, Jepang
berhasil bangkit menjadi negara yang nyaris bangkrut menjadi negara dengan PDB
terbesar pertama di dunia pada awal tahun 90-an. Hal tersebut ditandai dengan
program pemerintah Jepang untuk melakukan restrukturisasi. Menariknya,
restrukturisasi tidak dimulai dari infrastruktur melainkan dari mental
masyarakat Jepang untuk berdisiplin, maju, dan suka membaca. Bahkan pada
periode keemasannya, hampir seluruh penduduk Jepang selalu membaca buku selama
waktu senggangnya di kereta, atau di dalam media transportasi lainnya.
Peradaban negara
Indonesia masih sangat muda. Peradaban negara Indonesia secara legal baru
terbentuk ketika tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda yang menjadi cikal bakal
terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia mengikrarkan diri untuk bersatu
dalam satu bangsa, bangsa Indonesia. Peradaban ini baru berusia 82 tahun.
Berbeda dengan peradaban Jepang yang telah berusia lebih dari 400 tahun apalagi
China yang telah berusia lebih dari 3000 tahun. Sulit bagi negara ini untuk
membentuk budaya positif seperti membaca sebagai karakter penduduk Indonesia.
Dibutuhkan waktu dan proses yang cukup lama untuk mewujudkan itu. Sementara
itu, budaya positif tersebut sangat dibutuhkan agar kita dapat lebih di depan
negara-negara lain sementara kita telah sangat lama dan sangat jauh tertinggal.
Perwujudan budaya unggul
tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri. Mulailah membaca. Membaca adalah
akar dari segala peradaban dunia. Harus kita akui bahwa budaya membaca
masyarakat Indonesia masih sangat lemah. Sulit bagi kita untuk melakukan
pengukuran ataupun pengujian terhadap seberapa banyak buku yang dibaca
masyarakat Indonesia per bulannya, tetapi kita dapat mengetahui lemahnya budaya
membaca masyarakat Indonesia dari rendahnya produktivitas karya tulis yang
dihasilkan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, penerbit di Indonesia
memproduksi 1500-2000 judul buku per bulannya. Angka ini sangat jauh lebih
rendah dibanding Jepang yang memproduksi lebih 60.000 judul buku setiap
bulannya, apalagi Inggris yang memproduksi lebih dari 100.000 judul buku per
bulan.
Rendahnya angka produksi
jumlah buku ini dapat menggambarkan betapa sedikitnya jenis buku yang beredar
di Indonesia setiap bulannya. Angka itu juga menunjukkan bahwa pasar membaca di
Indonesia masih sangat rendah sehingga produsen harus selektif untuk
menerbitkan buku yang dapat disukai oleh masyarakat Indonesia agar buku
terbitannya setidaknya tidak rugi. Angka ini tentu sangatlah memprihatinkan.
Keberadaan ebook yang
banyak disebarkan dalam versi gratis (meskipun beberapa tidak legal) juga tak
banyak membantu. Lebih dari 60% aktivitas masyarakat Indonesia di dunia digital
adalah mengakses situs jejaring sosial atau sejenisnya. Tentu hal ini sangat
disayangkan mengingat banyak sekali situs-situs yang dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat untuk menambah wawasan dengan membaca.
Blog seharusnya dapat
menjadi pemicu peningkatan budaya baca masyarakat Indonesia. Sifat blog yang
lebih ringan dan dapat dikustomisasi oleh pengguna menjadikan blog nyaman untuk
dibaca. Informasi yang dimuatpun beragam. Dari hal-hal yang sederhana, penting,
rumit, dan tidak penting. Dari blog pun masyarakat dapat memulai budaya menulis
yang juga merupakan budaya yang masih lemah dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sehari-hari.
Sayangnya, hingga kini
budaya menulis ataupun membaca di blog masih sekedar budaya bagi komunitas
tertentu. Informasi yang beredar blog berbahasa Indonesia masih sangat rendah
jika dibandingkan dengan blog yang berbahasa Inggris atau berbahasa asing
lainnya seperti Prancis, dan Cina. Padahal jika melihat statistik di facebook,
bahasa Indonesia merupakan salah satu dari 5 bahasa yang paling sering
digunakan. Artinya, orang Indonesia merupakan orang yang gemar menulis
(setidaknya untuk status facebook, hehehe..). Jika kebiasaan itu dialihkan
untuk menulis sesuatu yang lebih produktif dan bisa dibaca oleh banyak orang
tentu itu akan lebih baik lagi. Apa hubungannya antara menulis dan membaca? Tingginya
produktivitas menulis berarti menandakan tingginya produktivitas membaca.
Setidaknya tulisan anda akan dibaca oleh diri anda sendiri bukan?
Mungkin membaca memang
merupakan hal yang sulit, tetapi bukan mustahil untuk dibudayakan dalam
kehidupan sehari-hari. Saya bukanlah seorang ahli yang berkecimpung di dunia
baca, atau orang yang punya kepentingan dalam baca. Oleh karena itu, saya juga
belum mengetahui metode-metode yang tepat untuk dapat meningkatkan minat baca.
Namun ada beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menikmati bacaan.
- Sumber informasi cara-cara membaca.
Anda dapat mengakses blog
Buku Ubah Dunia, disana terdapat banyak referensi yang dapat bermanfaat untuk
mengembangkan budaya baca yang produktif yang dapat diterapkan di kehidupan
sehari-hari. Anda juga dapat mengakses pagefacebook
buku ubah dunia. Ada banyak event-event serta informasi menarik seputar dunia
buku yang mungkin saja bermanfaat.
- Sumber membaca buku.
Anda dapat
mengakses wetick.com untuk dapat membaca buku dengan harga terjangkau
serta tanpa batasan frekuensi peminjaman. Sistem yang diterapkan pun cukup
mudah dan anda dapat meminjam buku terbaru tanpa harus beranjak dari komputer
anda. Selain itu, terdapat banyak ebook gratis
yang tersebar di jagad maya. Anda cukup memanfaatkan situs google dan melakukan
pencarian untuk kata kunci yang sesuai dengan informasi bacaan yang ingin anda
cari. Jika ingin mendapatkan buku terbaru, anda dapat menuju toko buku terdekat
dan melakukan pembelian disana. Jika anda males, anda dapat melakukan pembelian
di toko buku online yang
banyak terdapat di dunia internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar