...Menyoal kapitalisasi,tak semata dalam hal ekonomi makro mikro. Kini,kapitalisasi bermetamorfosis dalam ruang ritualitas keagamaan.satu contoh kasus adalah puasa Ramadhan.mungkin mayoritas orang melihat apa yang diulas ini semata opini sampah,namun faktanya tidak selalu masuk dalam ruang sampah yang berbau busuk.tetapi,kaitan dengan kapitalisasi Puasa,saya hendak menyoal daya magis program lawakan setiap pagi di hampir setiap media televisi swasta di Indonesia. Jelang sahur, gemuruh suara penonton membahana, ketika para aktor memainkan lakon dengan ragam gaya dan tutur kata yang kesan humoris lalu semua larut dalam medium fantasi kegilaan.tontonan yang kian digemari, terlepas dari dominasi mayoritas yang menampilkan lawakan,ada beberapa media yang mengedepankan aspek lain dengan berasas pada khasanah puasa,tetap menampilkan acara pencerahan rohani, ya agar terbilang berbeda, ya saya suka yang memilih beda dan semua bersifat pencerahan,bukan teriakan dan lawakan yang jauh dari nuansa edukasi publik. Semua tentu menyadari, bahwa media sepatutnya memberikan edukasi yang baik kepada publik,namun faktanya, publik di seret masuk dalam satu ruang hampa, gelap dan fatamorgana. Lalu mereka di pacu adrenalin untuk tetap berkicau layaknya burung, di pandu lama sorak sorai dan semua bermutu dalam kegembiraan semu. Ironi semangat spiritualitas terkapling dalam sensor lembaga yang terkapitalisasi. Bila, hal ini terus terjadi,saya meyakini. Bulan puasa bukan lagi menjadi bulan yang penuh kekhusuan beribadah,tetapi akan menjadi bulan yang di mana, bulan pengumpulan pundi-pundi kekayaan bagi para kapitalis yang pandai bernetamorfosa dalam ruang sosail,agama dan budaya Masyarakat Indonesia. Semua berakhir dengan lelucon ter-rekayasa. "Epos" Salam.
kETAPANG 28 JULI 2013
kETAPANG 28 JULI 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar