Dari
Cape Town menuju Somalia yang sekarat
Bangsa
kulit putih mengkapling tanah perkebunan atas nama moderniasi
Berabad-abad
dalam dahaga yang menggila
Oh,
bumi Afrika kaya raya, disihir jadi bangsa pengemis
Riwayat
kematian menggema seantero bumi dalam program pengentasan kemiskinan
Afrika
kehilangan peradaban kebangsaan, kini larut dalam derita nestapa
Mereka
bukanlah pribumi yang bebas merdeka layaknya bangsa Barat
yang
maju ekonomi dan mempunyai hak veto di PBB
Potret
nestapa nasip tuan tanah melarat di tanah airnya sendiri
Mengisyaratkan
kita pada nasehat Sutan Takdir, tuan tanah akan menjadi paria di bangsanya
sendiri
Kawan,
bangsa Afrika serupa binatang langka
melawan kepunahan
Kawan,
lihatlah penderitaan mereka, tentu kita hanya larut dalam duka
Tak
layak diungkapkan dalam kata, setidaknya kita masih mempunyai rasa
Negara
terkebelakang itulah buah karya dunia Barat untuk Afrika, Asia dan Amerika
Latin
Kawan,
tak ada keinginan menyeret jiwamu masuk oase Benua Afrika
Aku,
tak ubahnya para kritikus sastra yang menyoal ketidakadilan
Tak
ada harapan meraih pusaka nobel dan sanjungan sang maestro
Kawan,
paham rasialisme tumbuh subur antara kulit hitam dan putih
Setidaknya
Mandela dan Kadafi membuka pustaka baru dalam sejarah dunia
Diskriminasi
adalah prinsip haram perlu di basmi dalam ruang politik global
Di
mana, perang saudara demi segelas air susu dan hak suara di parlemen
dipertaruhkan
Kawan,
KTT Non Blok kehilangan ruh dari semangat rasa bersatu
Ya,
Soekarno, Bhutto, Jinnah, Nasser dan Nehru kehilangan suara di bumi Asia-Afrika
Semangat
mereka menyatu dengan Mumi Fir’aun yang melawan kuasa Tuhan
Kawan,
sejarah kita dan Afrika setali mata uang kemiskinan
Merdekalah
jiwa-jiwa yang damai
Selamat
Jalan Mandela
Kamaruddin
Salim
15
Desember 2013
Pukul:
12.30. WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar