Laman

Senin, 21 Oktober 2013

MAHATMA GANDHI SANG INSPIRASI


Setiap orang yang telah mempelajari ataupun mengetahui Sosok Mahatma Gandhi. pasti terisnpirasi untuk mewujudkan kehidupan di alam ini dengan gerkan kata dan tindakan yang penuh arti dan damai dalam cinta kasih. lelaki yang semasa hidupnya hanya menggunakan bulatan kain tanpa sentuhan modernime mode serta kaki yg beralakan sandal yang di jahit sendiri apabila rusak. dan anti terhadap kekerasan dalam bentuk apapun. pemimpin kharismatik yang menginspirasikan sekian banyak tokoh dunia, seperti Nelson Mandela, Dalai Lama, martin Luther King, Bunda Theresa, Bung Karno, bung Hatta, Sjahrir, Mira Bhen, Badhas Khan dan Nehru. sang Jiwa Agung yang memilih tinggal di tengah-tengah masyarakat miskin. Gandi pernah berkata” Membantu orang miskin itu mudah, tetapi untuk hidup seperti orang miskin itu yang sulit bagi setiap orang” Gandhi sendiri mampu mendorong rakyat India untuk bangkit dari tidur panjangnya dan keluar dari kebodohan untk melawan kolnialisme serta imperialisme Inggris di negaranya. dan beliau mampu mewujudkan gerakan ketidak patuhan terhadap hukum Inggris sehingga di penjara selama separuh dari masa hidupnya. namun akhirnya rakyat india dapat menikmati kemerdekaannya. namun Gandhi lebih memilih hidup di tengah perkampungan Rakyat miskin India. pemimpin sekaligus filsuf yabg jujur menulis dalam biografinya secara jujur dan tidak takuk di hujat oleh pembacanya. sebab menurut Gandhi. berkata jujurlah, sekalipun itu penuh dengan konsekuansi buruk bagimu” dan setahu saya belum ada Tokoh Kharismatik yang menulis tentang keburukannya sendiri dalam sejarah hidup pribadinya. pantas kalau dia di sebut sebagai Mahatma (SANG JIWA AGUNG) oleh masyarakat india. ini gelar yang serupa dengan Nabi Muhammad SAW (AL AMIN) semoga amal dan perjuangan nya di terima oleh Tuhan Yang Maha Esa.




Transformasi Gerakan Sosial di Afrika Selatan
Pada musim panas, tepatnya Juli 1891,di usia yang ke dua puluh satu tahun Gandhi berhasil menyelesaikan pendidikan hukum dan lulus dari ujian pengacaranya di London-Inggris. Kemudian Gandhi memutuskan untuk kembali ke India. Kakaknya Laksmidas menyambutnya di pelabuhan Bombay. Di sinilah Gandhi di beritahu bahwa ibunya telah meninggal dunia dua minggu sebelum kedatangannya ke India. Laksmidas tetap merahasiakan berita kematian ibunya hingga kepulangan Gandhi, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu studinya di Inggris. Dengan tenang Gandhi menerima berita buruk tersebut, tanpa meneteskan air mata. Walaupun demikian Gandhi sangat mencintai ibunya, karena sang ibulah yang meninggalkan nilai-nilai spiritual bagi dirinya yang dipengaruhi oleh keyakinan dan agamanya. Pengaruh nilai-nilai spritual dari sang ibu tersebut, Gandhi mengembangkan penghormatan untuk segala bentuk kehidupan dan ajaran-ajarannya tentang kedamaian serta tanpa kekerasan[2]. Laksmidas mengatakan bahwa hingga saat akhir kematiannya, ibu masih terus berharap agar Gandhi diterima kembali di kastanya dan Gandhi harus menghapus noda karena telah menyebrangi air hitam.[3] 
Gandhi beserta keluarganya tinggal bersama Laksmidas dan Karandas di rumah keluarga di Rajkot selama satu tahun. Selama masa itu, setiap orang selalu menghormati Gandhi sebagai seorang pengacara  yang baru datang dari Inggris. Tetapi selama itu pula, Gandhi tidak bisa mendapatkan pekerjaan.[4] Gandhi menyadari bahwa ternyata tidak mudah menjalankan pekerjaan pengacara. Ditambah lagi Gandhi tidak menguasai hukum India, Hindu dan Islam. Perjalanannya sebagai pengacara di kota ini justru hancur, karena Rajkot penuh dengan permainan politik dan ketidakadilan terhadap suku minoritas yang merupakan klien Gandhi. Gandhi bahkan pernah di usir diusir oleh seorang sahib (pejabat), Mr. Charles Ollivant dari kantornya, karena Gandhi membela kakaknya Laksmidas.[5]
Untuk mendapatkan perkara Gandhi harus pindah ke Bombay. Di kota inilah Gandhi memulai karir profesionalnya sebagai pengacara di kantor pengadilan Bombay. Selama hampir dua tahun Gandhi berusaha mapan sebagai seorang pengacara. Usaha Gandhi untuk berkarir sebagai pengacara dan mempraktekkan ilmu hukum di pengadilan Bombay mengalami kegagalan, maka akhirnya, Gandhi lebih memilih untuk sementara waktu meninggalkan profesinya sebagai pengacara di pengadilan Bombay. Setelah itu, Gandhi bekerja sebagai guru paruh waktu di Bombay High School, di tempat ini Gandhi tidak mendapatkan gaji yang sesuai dengan kualifikasi professional yang dimilikinya. Kemudian Gandhi memutuskan untuk kembali ke Rajkot dan menempuh hidup sederhana dengan bekerja sebagai konsultan hukum, yaitu sebagai orang yang menyusun konsep permohonan penyelesaian persengketaan untuk diajukan ke dalam persidangan. Namun demikian, Gandhi akhirnya meninggalkan pekerjaan tersebut karena selalu mendapatkan perlakuan yang buruk oleh pihak petugas berkebangsaan Inggris di wilayah setempat.[6]
Pertengahan Maret 1893, Gandhi dan keluarganya menghadapi dilema. Kehidupan seluruh anggota keluarganya sedang di ujung tanduk. Krisis ekonomi melanda, dalam cekikan ketidakpastian, datang sebuah surat penawaran pekerjaan kepada Gandhi untuk menjadi pengacara dalam kasus gugatan sipil di Afrika Selatan. Penawaran itu datang dari kenalan lama keluarga Gandhi di Porbandar. Seorang pedagang Muslim bernama Dada Abdullah.[7]
Dada Abdullah[8] mengundang Gandhi untuk membantu perusahannya mengenai permasalahan hukum, dengan masa kontrak selama satu tahun. Gandhi menerima penawaran tersebut dan segera berangkat menuju Afrika Selatan pada April 1893. Untuk sementara Gandhi meninggalkan Istri dan anak-anaknya tetap di India. Pada Mei 1893, Gandhi tiba di demaga Durban. Gandhi dijembut sendiri oleh Dada Abdullah. Sesampainya di Natal, Gandhi dihadapkan pada tantangan maupun kesempatan yang sebelumnya tidak pernah dia bayangkan.
Ketika Gandhi berangkat ke Afrika Selatan, tujuan yang terlintas dalam pikirannya sangat sederhana. Gandhi hanya berkeinginan untuk memenangkan perkara-perkara hukum Dada Abdullah dan mendapatkan uang sebagai mata pencahariannya. Oleh karena itu, beberapa hari setelah sampai di Natal, Gandhi pergi ke Pengadilan Durban untuk menjalankan misinya. Tetapi disana Gandhi tidak bisa diterima oleh hakim pengadilan karena Gandhi tidak melepaskan turban (tutup kepala khas India) ketika masuk ruang pengadilan. Namun Gandhi membantah dengan berkata, ”sebagaimana tanda penghormatan di kalangan orang Eropa dengan mengangkat topi mereka, kebiasaan memberikan penghormatan di kalangan orang India adalah dengan memakai penutup kepala”. Namun, hakim tetap tidak menyetujui argumen itu dan Gandhi memilih untuk meninggalkan ruang pengadilan.
Pada suatu saat, pengadilan menghendaki kehadiran Gandhi di Pretoria, sebuah kota di Provinsi Transfal, Afrika Selatan. Tiket kelas satu di persiapkan untuk Gandhi. Ketika perjalanan baru sampai di Pietermaritzbug, Gandhi dipaksa keluar dari gerbong kela satu karena Gandhi menolak memberikan jatah kursinya kepada penumpang berkebangsaan Eropa, padahal di kereta itu dibuat peraturan bahwa tiket kelas satu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Eropa. Sebagaimana diketahui, praktek diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan warna kulit memang sangat mengakar di Wilayah ini.
Akibat dari pengusiran tersebut, sepanjang malam dalam perjalanannya Gandhi mengalami demam yang disebabkan oleh hawa dingin yang menggigit tulang serta perasaan gundah atas pengalaman pahit menimpanya. Malam pedih itu memiliki pengaruh sangat penting terhadap perubahan pola pikir dan sikap Gandhi. Dikemudian hari, Gandhi selalu mengatakan bahwa misi politiknya bermula dari kejadian malam itu, ketika dia menggigil kedinginan di ruang tunggu, di Pietermaritzbug.
Dalam perjalanan selanjutnya menuju Pretoria, Gandhi di pukuli dan ditolak masuk hotel yang telah diberi tanda khusus hanya untuk orang-orang Eropa.
”Oh Tuhan yang berkuasa atas seluruh makhluk,” tulis Gandhi kemudian, kuatkanlah tekadku untuk menghadapi ujian berat ini. Aku merelakan diriku  untuk terus di cerca hinaan dan menerima pukulan lebih banyak sepanjang perjalananku menuju Pretoria. Tetapi aku bertekad semua yang menimpa diriku ini hanya kan semakin menguatkan keteguhan hatiku”[9]
Berbagai penghinaan yang dialami Gandhi memang menjadi realitas sehari-hari bagi para buruh dan pedagang berkebangsaan India yang menetap di Afrika Selatan. Dari pengalaman kekerasan yang dialami tersebut, membulatkan tekad Gandhi untuk melawan segala bentuk ketidakadilan dan membela martabanya sebagai manusia.[10] Afrika Selatan menjadi bumi pembuktian, landasan bagi kemunculan Gandhi sebagai pemimpin utama komunitas India imigran selama dua dekade berikutnya. Hingga tiba waktunya Gandhi kembali ke India. Gandhi telah berubah total. Dalam berpakaian dan tatakrama sehari-hari serta dalam berpikir, berbicara dan dalam hal utamanya.[11]    
            Gandhi memutuskan untuk menyelesaikan pertikaian hukum yang membawanya ke Afrika Selatan. Pikiran Gandhi tidak terpengaruhi oleh debat hukum yang sengit dan berlarut-larut. Gandhi lebih menyukai penyelesaian konflik dengan jalan perundingan daripada dengan tuntutan ke pengadilan. Kecenderungan Hindu tradisional untuk menemukan konsensus, dalam masalah-masalah sosial, politik, dan perdebatan filosofis keagamaan, merupakan matriks pendekatan Gandhi terhadap masalah-masalah hukum. Gugatan Dada Abdullah adalah untuk uang sebesar empat puluh ribu pounsterling, yang dia klaim sebagai miliknya atas dasar surat kesanggupan dan kegagalan kinerja tertentu oleh sepupunya yang juga pedagang, yang sama-sama yakin tidak merasa bersalah.
Presepsi Gandhi mengenai pelaksanaan hukum juga mengalami perubahan dari pendekatan yang dilandasi permusuhan ke pendekatan yang mengutamakan konsiliasi. Gandhi berhasil menyelesaikan kasus Dada Abdullah dan keluarganya, melalui arbitrasi dan buka melalui litigasi. Dan akhirnya Gandhi samapi pada kesimpulan;
Tugas seorang pengacara bukanlah untuk memanfaatkan peluang-peluang dan keuntungan-keuntungan yang dijamin oleh hukum melainkan untuk mencari kompromi dan rekonsiliasi

            Inilah yang dalam kehidupannya kemudian menjadi caranya dalam menangani kasus-kasus. Prinsip untuk membuat orang lain tidak menderita merupakan ciri khas non kekerasan Gandhi. Untuk dapat mempraktekkan prinsip ini seseorang harus belajar untuk tidak membenci tetapi untuk mencintai lawan secara sportif. Dengan cara ini manusia dapat menghapus semua kemungkinan untuk menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun, dalam kata-kata, perbuatan atau pikiran. Dengan demikian kita akan dapat merebut hati pihak lawan sehingga mereka dapat melihat akibat dari perbuatannya dan untuk melakukan pembaruan[12].
Afrika selatan bagi Gandhi merupakan suatu sekolah untuk kedudukannya kelak dalam perjuangan kemerdekaan India. Mula-mula Gandhi hanya mempertahankan golongan Hindu kelas atas, yang tidak lagi terpaksa bekerja di perusahan-perusahan perkebunan dan tambang-tambang, jadi mereka yang telah berada dan tidak lagi menjadi kuli-kuli kontrak, dan oleh pemerintah sedang berusaha mengusir mereka dengan jalan mengadakan pajakyang tinggi-tinggi. Akan tetapi pembacaan Tolstoy dan Ruskin mengarahkan Gandhi ke arah golongan-golongan Hindu miskin[13].
Tahun 1906 dapat dikatakan sebagai sebuah titik balik dalam kehidupan Gandhi. Pada tahun itulah Gandhi mengalami suatu kebangkitan spiritual yang mendalam dan mengabdikan dirinya demi kepentingan umat manusia. Gandhi bersumpah untuk hidup diluar lingkungan kehidupan suami-isteri secara biologis dan hidup sesuai prinsip kemanusiaan menurut gayanya sendiri. Pada tahun 1906 itu juga, tepatnya pada tanggal 11 September, Gandhi memulai gerakan untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan dengan berpijak pada azas kebenaran dan pantang kekerasan.
Pertemuan tanggal 11 September 1906 itu disenggelarakan untuk membicarakan dan memperdebatkan bentuk-bentuk protes yang akan dilancarkan masyarakat India. Yang jelas aksi protes tersebut harus dilancarkan dengan tekad ’lakukan sesuatu atau mati’, satu hal yang harus dipastikan adalah Undang-undang  Registrasi Penduduk Asia tersebut harus di tentang. Rancangan Undang-undang ini dimaksudkan untuk mencegah orang-orang india yang telah meninggalkan Transvaal selama perang Broer agar mereka tidak kembali ke Transvaal, agar mencegah imingrasi orang-orang India berikutnya. Dan semua orang India yang ada di Transvaal diambil sidik jarinya dan dapat sertifikasi dari pemerintah. Oleh karena itu hampir tiga ribu orang memenuhi Empire Theatre di Johannesburg. Tugas berikutnya bagi Gandhi mencari nama gerakan protes yang digagasnya, nama Passive Resistance (perlawanan pasif).
Pada bulan Agustus 1907, perasaan ketidak adilan dikalangan komunitas India mencapai puncanya. Black Act (Undang-undang Kulit Hitam) memerintahkan kepada semua orang India baik laki-laki maupun perempuan mendaftarkan diri dengan sidik jari mereka dan seorang India yang tidak memeiliki surat keterangan dapat dipenjara, di hukum atau di deportasi. Orang India menyebutnya ”Hukum Kulit Hitam,” karena hukum-hukum itu tidak adil dan hanya di tujukan pada orang-orang kulit hitam, coklat, dan kuning dari Asia. Gandhi sendiri kulit coklat agak terang,namun sering menyebut dirinya sebagai kulit hitam.
Saat Gandhi melempar gagasan pertamanya, yaitu Satyagraha, yang berarti kekuatan kebenaran atau kekuatan kasih sayang. Satyagraha merupakan usaha mempertahankan kebenaran bukan dengan hukuman yang menderitakan lawan. Namun hukuman terhadap diri sendiri. Pada bulan  Januari 1908, karena telah dengan sengaja menolak mendaftar di bawah undang-undang baru dan mengajaka ribuan orang lain menentang pendaftaran, Gandhi dipenjara selama dua bulan, namun Gandhi tidak mengeluh, bahkan berterima kasih karena telah diberi waktu untuk membaca, namun Gandhi hanya menjalani sebulan dari masa hukuman[14].
Gandhi menghentikan kampanye satyagrahanya, Gandhi dikenal dan di hormati di seluruh Afrika Selatan dan India, pengacara yang pernah berbicara gugup di depan pengadilan, kini merupakan seorang negarawan terkenal berkat kejujuran, keterampilan dan keberaniannya. Pada bulan Juni 1914, Gandhi dan Jenderal Smuts, pemimpin kulit putih dan negarawan Afrika Selatan terbesar, mengadakan pertemuan dan merencanakan suatu kesepakatan yang saling menguntungkan dan menjadikan komunitas dari India lebih bermartabat dan terhormat. Kampanye pembangkangan sipil Gandhi telah berhasil, merupakan awal kampanye yang akan selamanya berhasil.
Jenderal Smuts mengesahkan Indian Relief Act (Undang-undang Perbaikan bagi orang India). Akhirnya selama dua puluh tahun, Gandhi merasa bebas untuk kembali pulang ke tanah kelahirnnya, India. Pada saat perpisahan, Gandhi mengirim Jenderal Smuts sepasang sandal yang Gandhi buat sendiri di penjara. Smuts kemudian berkata; saat itu,aku sering menggunakan sandal ini dalam musim panas, meski aku merasa tidak layak menggunakan sepatu orang yang begitu agung.”[15] 


[1] Stanley Wolpert, Op.Cit. hlm. 37.
[2] Francis Alappatt, Op.Cit, hlm. 6.
[3] Ved Metha,Op,Cit, hlm. 195.
[4] Ibid, hlm. 196.
[5] Agnes Sri Poerbasari,  Op.Cit.. hlm. 175.
[6] Francis Alappatt, Op.Cit. hlm. 4-6
[7] Wied Prana, Op.Cit, hlm. 33
[8] Seorang pemilik kapal dan pedagang besar dari natal, Afrika Selatan. Perusahan dada Abdullah & Company mengembangkan sayap ke Afrika Selatan seiring dengan perkembangan populasi masyarakat India di Afrika Selatan. Mereka membutuhkan pengacara muda India yang dapat membantu pengacara meeka di sana untuk menangani kasus besar yang melibatkan klaim sebesar 40 ribu pounsterling melawan pedagang India lain di Afrika Selatan. Lihat: Ibid, hlm. 34      
[9] Loc. cit., hlm. 7-8.
[10] Ibid
[11] Stanley Wolpert, Op,Cit, hlm. 51.
[12] Ela Gandhi, Pengalaman Mahatma Gandhi di Afrika Selatan Contoh Pembaharuan Yang Unik. ;dalam India Perspectives .(New Delhi , India Perspectives, Januari 2008). hlm. 50-51
[13] A.Pleysier.  Gandhi Pelopor Kemerdekaan India. (Jakarta, PENERBIT DJAMBATAN, 1952).hlm. 12-13
[14] Michael Nicholson, Op.Cit. 25-26
[15] Ibid, 29-30


Tidak ada komentar:

Posting Komentar