Setiap orang yang telah mempelajari ataupun mengetahui Sosok Mahatma Gandhi. pasti terisnpirasi untuk mewujudkan kehidupan di alam ini dengan gerkan kata dan tindakan yang penuh arti dan damai dalam cinta kasih. lelaki yang semasa hidupnya hanya menggunakan bulatan kain tanpa sentuhan modernime mode serta kaki yg beralakan sandal yang di jahit sendiri apabila rusak. dan anti terhadap kekerasan dalam bentuk apapun. pemimpin kharismatik yang menginspirasikan sekian banyak tokoh dunia, seperti Nelson Mandela, Dalai Lama, martin Luther King, Bunda Theresa, Bung Karno, bung Hatta, Sjahrir, Mira Bhen, Badhas Khan dan Nehru. sang Jiwa Agung yang memilih tinggal di tengah-tengah masyarakat miskin. Gandi pernah berkata” Membantu orang miskin itu mudah, tetapi untuk hidup seperti orang miskin itu yang sulit bagi setiap orang” Gandhi sendiri mampu mendorong rakyat India untuk bangkit dari tidur panjangnya dan keluar dari kebodohan untk melawan kolnialisme serta imperialisme Inggris di negaranya. dan beliau mampu mewujudkan gerakan ketidak patuhan terhadap hukum Inggris sehingga di penjara selama separuh dari masa hidupnya. namun akhirnya rakyat india dapat menikmati kemerdekaannya. namun Gandhi lebih memilih hidup di tengah perkampungan Rakyat miskin India. pemimpin sekaligus filsuf yabg jujur menulis dalam biografinya secara jujur dan tidak takuk di hujat oleh pembacanya. sebab menurut Gandhi. berkata jujurlah, sekalipun itu penuh dengan konsekuansi buruk bagimu” dan setahu saya belum ada Tokoh Kharismatik yang menulis tentang keburukannya sendiri dalam sejarah hidup pribadinya. pantas kalau dia di sebut sebagai Mahatma (SANG JIWA AGUNG) oleh masyarakat india. ini gelar yang serupa dengan Nabi Muhammad SAW (AL AMIN) semoga amal dan perjuangan nya di terima oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Transformasi
Gerakan Sosial di Afrika Selatan
Pada
musim panas, tepatnya Juli 1891,di usia yang ke dua puluh satu tahun Gandhi berhasil menyelesaikan pendidikan hukum dan lulus dari ujian
pengacaranya di London-Inggris. Kemudian Gandhi memutuskan untuk kembali ke
India. Kakaknya Laksmidas menyambutnya di
pelabuhan Bombay. Di sinilah Gandhi di beritahu bahwa ibunya telah meninggal
dunia dua minggu sebelum kedatangannya ke India. Laksmidas tetap merahasiakan
berita kematian ibunya hingga kepulangan Gandhi, hal ini dilakukan agar tidak
mengganggu studinya di Inggris. Dengan tenang Gandhi menerima berita buruk
tersebut, tanpa meneteskan air mata. Walaupun demikian Gandhi sangat mencintai ibunya, karena sang ibulah yang
meninggalkan nilai-nilai spiritual bagi dirinya yang dipengaruhi oleh keyakinan
dan agamanya. Pengaruh nilai-nilai spritual dari sang ibu tersebut, Gandhi
mengembangkan penghormatan untuk segala bentuk kehidupan dan ajaran-ajarannya
tentang kedamaian serta tanpa kekerasan[2].
Laksmidas mengatakan bahwa hingga saat akhir kematiannya, ibu masih terus
berharap agar Gandhi diterima kembali di kastanya dan Gandhi harus menghapus
noda karena telah menyebrangi air hitam.[3]
Gandhi beserta keluarganya tinggal bersama Laksmidas dan Karandas di rumah keluarga
di Rajkot selama satu tahun. Selama masa itu, setiap orang selalu menghormati
Gandhi sebagai seorang pengacara yang
baru datang dari Inggris. Tetapi selama itu pula, Gandhi tidak bisa mendapatkan
pekerjaan.[4]
Gandhi menyadari bahwa ternyata tidak mudah menjalankan pekerjaan pengacara.
Ditambah lagi Gandhi tidak menguasai hukum India, Hindu dan Islam.
Perjalanannya sebagai pengacara di kota ini justru hancur, karena Rajkot penuh
dengan permainan politik dan ketidakadilan terhadap suku minoritas yang
merupakan klien Gandhi. Gandhi bahkan pernah di usir diusir oleh seorang sahib
(pejabat), Mr. Charles Ollivant dari kantornya, karena Gandhi membela kakaknya
Laksmidas.[5]
Untuk mendapatkan perkara Gandhi harus pindah ke Bombay. Di kota inilah
Gandhi memulai karir profesionalnya sebagai pengacara di kantor pengadilan
Bombay. Selama hampir dua tahun Gandhi berusaha mapan sebagai seorang
pengacara. Usaha Gandhi untuk berkarir
sebagai pengacara dan mempraktekkan ilmu hukum di pengadilan Bombay mengalami
kegagalan, maka akhirnya, Gandhi lebih memilih untuk sementara waktu meninggalkan profesinya sebagai pengacara di pengadilan
Bombay. Setelah itu, Gandhi bekerja sebagai guru paruh waktu di Bombay High
School, di tempat ini Gandhi
tidak mendapatkan gaji yang sesuai dengan kualifikasi professional yang
dimilikinya. Kemudian Gandhi memutuskan untuk kembali ke Rajkot dan menempuh
hidup sederhana dengan bekerja sebagai konsultan hukum, yaitu sebagai orang
yang menyusun konsep permohonan penyelesaian persengketaan untuk diajukan ke
dalam persidangan. Namun demikian, Gandhi akhirnya meninggalkan pekerjaan
tersebut karena selalu mendapatkan perlakuan yang buruk oleh pihak petugas
berkebangsaan Inggris di wilayah setempat.[6]
Pertengahan Maret 1893, Gandhi dan keluarganya menghadapi dilema. Kehidupan
seluruh anggota keluarganya sedang di ujung tanduk. Krisis ekonomi melanda,
dalam cekikan ketidakpastian, datang sebuah surat penawaran pekerjaan kepada Gandhi
untuk menjadi pengacara dalam kasus gugatan sipil di Afrika Selatan. Penawaran
itu datang dari kenalan lama keluarga Gandhi di Porbandar. Seorang pedagang
Muslim bernama Dada Abdullah.[7]
Dada Abdullah[8] mengundang Gandhi untuk membantu perusahannya mengenai
permasalahan hukum, dengan masa kontrak selama satu tahun. Gandhi menerima
penawaran tersebut dan segera berangkat menuju Afrika Selatan pada April 1893.
Untuk sementara Gandhi meninggalkan Istri dan anak-anaknya tetap di India. Pada
Mei 1893, Gandhi tiba di demaga Durban. Gandhi dijembut sendiri oleh Dada
Abdullah. Sesampainya di Natal, Gandhi dihadapkan pada tantangan maupun
kesempatan yang sebelumnya tidak pernah dia bayangkan.
Ketika Gandhi berangkat ke Afrika Selatan, tujuan yang terlintas dalam pikirannya
sangat sederhana. Gandhi hanya berkeinginan untuk memenangkan perkara-perkara
hukum Dada Abdullah dan mendapatkan uang sebagai mata pencahariannya. Oleh
karena itu, beberapa hari setelah sampai di Natal, Gandhi pergi ke Pengadilan
Durban untuk menjalankan misinya. Tetapi disana Gandhi tidak bisa diterima oleh
hakim pengadilan karena Gandhi tidak melepaskan turban (tutup kepala
khas India) ketika masuk ruang pengadilan. Namun Gandhi membantah dengan
berkata, ”sebagaimana tanda penghormatan di kalangan orang Eropa dengan
mengangkat topi mereka, kebiasaan memberikan penghormatan di kalangan orang
India adalah dengan memakai penutup kepala”. Namun, hakim tetap tidak
menyetujui argumen itu dan Gandhi memilih untuk meninggalkan ruang pengadilan.
Pada suatu saat, pengadilan menghendaki kehadiran Gandhi di Pretoria,
sebuah kota di Provinsi Transfal, Afrika Selatan. Tiket kelas satu di
persiapkan untuk Gandhi. Ketika perjalanan baru sampai di Pietermaritzbug, Gandhi
dipaksa keluar dari gerbong kela satu karena Gandhi menolak memberikan jatah
kursinya kepada penumpang berkebangsaan Eropa, padahal di kereta itu dibuat
peraturan bahwa tiket kelas satu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Eropa.
Sebagaimana diketahui, praktek diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan
warna kulit memang sangat mengakar di Wilayah ini.
Akibat dari pengusiran tersebut, sepanjang malam dalam perjalanannya Gandhi
mengalami demam yang disebabkan oleh hawa dingin yang menggigit tulang serta
perasaan gundah atas pengalaman pahit menimpanya. Malam pedih itu memiliki
pengaruh sangat penting terhadap perubahan pola pikir dan sikap Gandhi.
Dikemudian hari, Gandhi selalu mengatakan bahwa misi politiknya bermula dari
kejadian malam itu, ketika dia menggigil kedinginan di ruang tunggu, di
Pietermaritzbug.
Dalam perjalanan selanjutnya menuju Pretoria, Gandhi di pukuli dan
ditolak masuk hotel yang telah diberi tanda khusus hanya untuk orang-orang
Eropa.
”Oh Tuhan yang berkuasa atas
seluruh makhluk,” tulis Gandhi kemudian, kuatkanlah tekadku untuk menghadapi
ujian berat ini. Aku merelakan diriku
untuk terus di cerca hinaan dan menerima pukulan lebih banyak sepanjang
perjalananku menuju Pretoria. Tetapi aku bertekad semua yang menimpa diriku ini
hanya kan semakin menguatkan keteguhan hatiku”[9]
Berbagai penghinaan yang dialami Gandhi memang menjadi realitas sehari-hari
bagi para buruh dan pedagang berkebangsaan India yang menetap di Afrika
Selatan. Dari pengalaman kekerasan yang dialami tersebut, membulatkan tekad
Gandhi untuk melawan segala bentuk ketidakadilan dan membela martabanya sebagai
manusia.[10]
Afrika Selatan menjadi bumi pembuktian, landasan bagi kemunculan Gandhi sebagai
pemimpin utama komunitas India imigran selama dua dekade berikutnya. Hingga
tiba waktunya Gandhi kembali ke India. Gandhi telah berubah total. Dalam
berpakaian dan tatakrama sehari-hari serta dalam berpikir, berbicara dan dalam
hal utamanya.[11]
Gandhi memutuskan untuk
menyelesaikan pertikaian hukum yang membawanya ke Afrika Selatan. Pikiran
Gandhi tidak terpengaruhi oleh debat hukum yang sengit dan berlarut-larut.
Gandhi lebih menyukai penyelesaian konflik dengan jalan perundingan daripada
dengan tuntutan ke pengadilan. Kecenderungan Hindu tradisional untuk menemukan
konsensus, dalam masalah-masalah sosial, politik, dan perdebatan filosofis
keagamaan, merupakan matriks pendekatan Gandhi terhadap masalah-masalah hukum.
Gugatan Dada Abdullah adalah untuk uang sebesar empat puluh ribu pounsterling,
yang dia klaim sebagai miliknya atas dasar surat kesanggupan dan kegagalan
kinerja tertentu oleh sepupunya yang juga pedagang, yang sama-sama yakin tidak
merasa bersalah.
Presepsi Gandhi mengenai pelaksanaan hukum juga mengalami perubahan dari
pendekatan yang dilandasi permusuhan ke pendekatan yang mengutamakan
konsiliasi. Gandhi berhasil menyelesaikan kasus Dada Abdullah dan keluarganya,
melalui arbitrasi dan buka melalui litigasi. Dan akhirnya Gandhi samapi pada
kesimpulan;
Tugas seorang
pengacara bukanlah untuk memanfaatkan peluang-peluang dan keuntungan-keuntungan
yang dijamin oleh hukum melainkan untuk mencari kompromi dan rekonsiliasi
Inilah yang dalam
kehidupannya kemudian menjadi caranya dalam menangani kasus-kasus. Prinsip
untuk membuat orang lain tidak menderita merupakan ciri khas non kekerasan
Gandhi. Untuk dapat mempraktekkan prinsip ini seseorang harus belajar untuk
tidak membenci tetapi untuk mencintai lawan secara sportif. Dengan cara ini
manusia dapat menghapus semua kemungkinan untuk menggunakan kekerasan dalam
bentuk apapun, dalam kata-kata, perbuatan atau pikiran. Dengan demikian kita
akan dapat merebut hati pihak lawan sehingga mereka dapat melihat akibat dari
perbuatannya dan untuk melakukan pembaruan[12].
Afrika selatan bagi Gandhi merupakan suatu sekolah untuk kedudukannya kelak
dalam perjuangan kemerdekaan India. Mula-mula Gandhi hanya mempertahankan
golongan Hindu kelas atas, yang tidak lagi terpaksa bekerja di
perusahan-perusahan perkebunan dan tambang-tambang, jadi mereka yang telah
berada dan tidak lagi menjadi kuli-kuli kontrak, dan oleh pemerintah sedang
berusaha mengusir mereka dengan jalan mengadakan pajakyang tinggi-tinggi. Akan
tetapi pembacaan Tolstoy dan Ruskin mengarahkan Gandhi ke arah
golongan-golongan Hindu miskin[13].
Tahun 1906 dapat dikatakan sebagai sebuah titik balik dalam kehidupan
Gandhi. Pada tahun itulah Gandhi mengalami suatu kebangkitan spiritual yang
mendalam dan mengabdikan dirinya demi kepentingan umat manusia. Gandhi
bersumpah untuk hidup diluar lingkungan kehidupan suami-isteri secara biologis
dan hidup sesuai prinsip kemanusiaan menurut gayanya sendiri. Pada tahun 1906
itu juga, tepatnya pada tanggal 11 September, Gandhi memulai gerakan untuk
membebaskan umat manusia dari penderitaan dengan berpijak pada azas kebenaran
dan pantang kekerasan.
Pertemuan tanggal 11 September 1906 itu disenggelarakan untuk membicarakan
dan memperdebatkan bentuk-bentuk protes yang akan dilancarkan masyarakat India.
Yang jelas aksi protes tersebut harus dilancarkan dengan tekad ’lakukan sesuatu
atau mati’, satu hal yang harus dipastikan adalah Undang-undang Registrasi Penduduk Asia tersebut harus di
tentang. Rancangan Undang-undang ini dimaksudkan untuk mencegah orang-orang
india yang telah meninggalkan Transvaal selama perang Broer agar mereka tidak
kembali ke Transvaal, agar mencegah imingrasi orang-orang India berikutnya. Dan
semua orang India yang ada di Transvaal diambil sidik jarinya dan dapat
sertifikasi dari pemerintah. Oleh karena itu hampir tiga ribu orang memenuhi
Empire Theatre di Johannesburg. Tugas berikutnya bagi Gandhi mencari nama
gerakan protes yang digagasnya, nama Passive
Resistance (perlawanan pasif).
Pada bulan Agustus 1907, perasaan ketidak adilan dikalangan komunitas India
mencapai puncanya. Black Act
(Undang-undang Kulit Hitam) memerintahkan kepada semua orang India baik
laki-laki maupun perempuan mendaftarkan diri dengan sidik jari mereka dan
seorang India yang tidak memeiliki surat keterangan dapat dipenjara, di hukum
atau di deportasi. Orang India menyebutnya ”Hukum Kulit Hitam,” karena
hukum-hukum itu tidak adil dan hanya di tujukan pada orang-orang kulit hitam,
coklat, dan kuning dari Asia. Gandhi sendiri kulit coklat agak terang,namun
sering menyebut dirinya sebagai kulit hitam.
Saat Gandhi melempar gagasan pertamanya, yaitu Satyagraha, yang berarti
kekuatan kebenaran atau kekuatan kasih sayang. Satyagraha merupakan usaha
mempertahankan kebenaran bukan dengan hukuman yang menderitakan lawan. Namun
hukuman terhadap diri sendiri. Pada bulan
Januari 1908, karena telah dengan sengaja menolak mendaftar di bawah
undang-undang baru dan mengajaka ribuan orang lain menentang pendaftaran,
Gandhi dipenjara selama dua bulan, namun Gandhi tidak mengeluh, bahkan
berterima kasih karena telah diberi waktu untuk membaca, namun Gandhi hanya menjalani
sebulan dari masa hukuman[14].
Gandhi menghentikan kampanye satyagrahanya, Gandhi dikenal dan di hormati
di seluruh Afrika Selatan dan India, pengacara yang pernah berbicara gugup di
depan pengadilan, kini merupakan seorang negarawan terkenal berkat kejujuran,
keterampilan dan keberaniannya. Pada bulan Juni 1914, Gandhi dan Jenderal
Smuts, pemimpin kulit putih dan negarawan Afrika Selatan terbesar, mengadakan
pertemuan dan merencanakan suatu kesepakatan yang saling menguntungkan dan
menjadikan komunitas dari India lebih bermartabat dan terhormat. Kampanye
pembangkangan sipil Gandhi telah berhasil, merupakan awal kampanye yang akan
selamanya berhasil.
Jenderal Smuts mengesahkan Indian
Relief Act (Undang-undang Perbaikan bagi orang India). Akhirnya selama dua
puluh tahun, Gandhi merasa bebas untuk kembali pulang ke tanah kelahirnnya,
India. Pada saat perpisahan, Gandhi mengirim Jenderal Smuts sepasang sandal
yang Gandhi buat sendiri di penjara. Smuts kemudian berkata; saat itu,aku sering menggunakan sandal ini
dalam musim panas, meski aku merasa tidak layak menggunakan sepatu orang yang
begitu agung.”[15]
[2] Francis Alappatt,
Op.Cit, hlm. 6.
[3] Ved Metha,Op,Cit, hlm.
195.
[4] Ibid, hlm.
196.
[6]
Francis Alappatt, Op.Cit. hlm. 4-6
[7] Wied Prana, Op.Cit,
hlm. 33
[8] Seorang pemilik kapal
dan pedagang besar dari natal, Afrika Selatan. Perusahan dada Abdullah
& Company mengembangkan sayap ke Afrika Selatan seiring dengan perkembangan
populasi masyarakat India di Afrika Selatan. Mereka membutuhkan pengacara muda
India yang dapat membantu pengacara meeka di sana untuk menangani kasus besar
yang melibatkan klaim sebesar 40 ribu pounsterling melawan pedagang India lain
di Afrika Selatan. Lihat: Ibid, hlm. 34
[9] Loc. cit., hlm.
7-8.
[10] Ibid
[12] Ela Gandhi, Pengalaman Mahatma Gandhi di Afrika Selatan
Contoh Pembaharuan Yang Unik. ;dalam India Perspectives .(New Delhi , India
Perspectives, Januari 2008). hlm. 50-51
[13] A.Pleysier. Gandhi
Pelopor Kemerdekaan India. (Jakarta, PENERBIT DJAMBATAN, 1952).hlm. 12-13
[14] Michael Nicholson, Op.Cit. 25-26
[15] Ibid, 29-30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar