INDONESIA KINI DAN BUBAR NANTI
Indonesia
ya, Indonesia, negaraku.
Negara kepulauan yang agraris terbentang antara samudera hindia dan samudera pasifik
Indonesia namanya tak asing di seanterodunia
syurga dunia dan menjadi penentu ruang kehidupan manusia sedunia
Indonesia kini bergerak melaju menuju poros kemajuan
Menancapkan kuasa dari dari tanah sabang melesat jauh menuju Puncak Jaya Wijaya
Operasi perut bumi, mengkebiri hutan lalu menyulap menyerupai kerajaan baru
Lautan luas di sihir terkapling-kapling demi memenuhi selera kaum kaya
Perebutan lahan ekonomi biasa dan lumrah di negara ini
Indonesia kini 64 tahun usianya, mulai menua
Manusia nya beragam, dari selera kawin kontrak dan pernikahan antar budaya mengemuka tanpa sekat
dari bilik hegemoni budaya lokalitas yang kini basi
hening pula diselaput daun telinga kaum muda
demokrasi, merdeka berfikir. pro gender dan anti pluralitas kawan
Indonesia kini dan bubar nanti, tak lama lagi kawan
Kebinekan telah digadaikan semurah sesuai selera pasar
Sejarah maritim Samudera Pasai, Sriwijaya, Majapahit hingga Timur Juah tak ubahnya dongeng belaka
Negeri yang kaya ini tercabik-cabik tanpa belas kasihan
Tersihir dengan ragam ilmu santet para dukun kaum kota yang telah mengerti khasiat uang
Dan juga di sepak kaum pintar menuju gawang lawan demi memenuhi hasrat partainya
Indonesia kita kini berubah beringas dan menakutkan
Para Politisi dan Sang Ideolog saling mencaci dari pedium menuju ruang sidang terhormat
Lain pula sikap Pejabat Negara menancapkan popularitas sembari berteriak atas nama HAM dan Rakyat
Hukum negara beralih fungsi menjadi hukum kanibalisasi tanpa batasa norma dan moralitas
Di mana-mana kekerasan tumbuh subur dari dari pemikiran hingga ruang kelas para mahasiswa
Hidup berdaulat di negara ini tak lagi berlaku, Tuhan dan Kitab Suci-Nya lapuk di lemari kaca
Perintah Tuhan dikapitalisai dari panggung rakyat dan tayangan televisi tiap pagi
Manusia Indonesia manusia yang individualistikdari Sabang dampai Merauke
Dan ini nyata adanya kawan
Politik Pencuriga, perlahan menggusur akal sehat manusia kampus dan gedung pemerintah
Cara ini berlaku pula di rumah ibadah dan kantor pelayanan yang kini membentengi diri atas nama keamanan
Ekonomi tak adil penerapannya antara mikra-makro, membaca kemelaratan mereka di kampung terisolasi
Kaum kota menarik pembatas dari desa kumuh yang menolak Industrialisasi
Indonesia ku, tragis mayoritas melindas minoritas dalam urusan Ber-Tuhan
Indonesia kini dan bubar nanti
Miris lalu meringis dalam rasa duka, kala media televisi mengajak kita tertawakan diri sendiri
Dari waktu ke waktu, lalu kita lupa diri.
Kita lantas tidak perduli senasib dan sepenanggungan
Antara bencana dan angka statistik mengemuka dari mata batin kita
BErapa jumlah korban kemudian selesai bila Pidato Keprihatinan Sang Presiden di atas pedium
Selesai pula Uusan berdua,kawan
Indonesia Kini dan bubar nanti
Syair Cinta Tanah Air dan Nyiur Melambai hening dari pendengaran
dan Kita tinggal menunggu berapa lama lagi kawan NKRI ini ada???
Kamaruddin Salim
Pejaten, 29 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar