BUDAYA LOKAL
LEMAH SYAHWAT NASIONAL
Dan ketika budaya sendiri di obral
murah
Anak-anak sekolah liar berlari tak
tentu arah
Kaum muda-mudi menggila di sepanjang jalan raya kemang dan Hayam Wuruk
Mengeskploitasi diri antara sadar dan rekayasa syahawat
Telanjangi diri, antara malam menuju pagi dalam gaya raut wajah dipoles
rupawan
Kawan, Budaya ketimuran, kini kalah mode ala Barat menggila merasuk jiwa
Nasionalisme kita
Tontonan ini menjadi bioskop jalan-jalan protocol kenegaraan
Jiwa meringgis, berapa lama generasi kita bertarung dalam medan juang
ini
Bertarung dalam kecintaan akan budaya kesantuan dan rasa malu
Tarian kecak misteriuas mengaung
suaranya di bawah remang purnama
Langkah seirama Zapin Melayu
pecahkan suasana
ketoprak dan lenong terkubur dalam
arus globalisasi
Diteror pula erotisme Lady Gaga
menyihir kaum muda
Ini tontonan mengupas mata jiwa
ke-Indonesiaan kita kawan
irama Jaipongan di sihir menyerupai
dunia klub malam menggiurkan
generasi muda kita larut dalam
hedonisme baru beragam gaya dan bahasa
mereka liar tak tentu arah, ibarat
Tari Piring Padang membalikan tangan seni terlihat
sekali terisi, habis di santap lalu
menyemburkan kotoran sendiri
generasi kini tak lagi mengilhami
pepatah lama "Bhineka Tunggal Ika"
Sasando dan Tifa hanyalah artefak sejarah
sebentar lagi punah
Kulintang, angklung, rebana dan
gamelan sunyi senyap suaranya di alam Nusantara kita kawan
Kawan, seluang Minang merdu
suaranya mengantar si Midun
melamar Halimah dalam Roman “sengsara membawa nikmat” mati rasa
Tarian Tor-tor Tapanuli
mengisyaratkan kita pada masa harmoni di dalam raya ibu pertiwi
Lantunan pujian para penikmat Tari
Saman Meuseukat mistisme rindingkan
bulu kuduk
kawan, manusia Indonesia tak serupa robot industrialisme pabrik Jepang
Robot tak memahami budaya ke
Indonesiaan kita kawan
Kidung Jawa dan keroncong sepi
peminat dalam peradaban masyarakat modern yang gila
Ludruk di tubruk, lalu ambruk bersama lenong dan ketoprak, semua tak
seindah bersama kuasa PKI menjiwainya.
Kawan, wayang kulit dan orang berapa lama usianya dalam logika nilai
Ya, Manusia indonesia kini krisis rasa sahaja dan budaya
Kekerasan dan kemalasan merambah
segenap ruang kota hingga desa terpencil
Budaya Asmat seringkali di tafsir
sebatas busur panah, teriakan dan darah kaum melata
Budaya kekerasan di pupuk entah lalui tangan siapa?
Cukuplah sejarah silam, Sampit, Ambon, Aceh dan Timor Leste dilepas
pergi
Kita jauh terlena dan lelap
tertidur kawan
Indonesia kita luka lara dan sekarat
nasibnya
Bangsa Dayak di mata Indonesia kaya
akan batu bara dan minyak bumi
layaklah Tari Gong mengusir
penjarah tanah air keluar Borneo
Rasa Sayang sebatas syair lama
Maluku diperdebatkan sesaat
antar budaya serumpun
Mengisyaratkan kita pada angin mamiri
tepian pantai Losari yang
sejuk
kawan, kita telah kalah dalam
perang terbuka kali ini
perang antara generasi kuno dan kaum modernis Barat, anak cedas pula
JASMERAH, hanya slogan sejarah
tercatat dalam kisah Bung Karno
Kawan, akulturasi budaya Korea menancapkan
kuasanya menuju layar TV
Kaula muda dipoles jatidirinya
dalam waktu singkat
Rambut di reparasi beragam warna, mirip grup gerak jalan 17-an
kebaya kurung, balonkon dan peciterbang entah kemana kawan
Etika sopan santung Pancasila
tragis nasibnya di ruang
diskusi
Budaya gotong royong tak lagi
terpatri dalam jiwa sanubari sosio Indonesia
Budaya lokal di karantina dalam
kemegahan Mall, Apartemen/gedung
pewarna langit
Kawan, Tari Balumpa Kendari tentu
beda dalam budaya lompat kedepan ala Mao Tze Tung di China
Bangsa ini lemah syahwat nasional
gila hormat pula penguasanya
kawan, cukuplah sudah kita menambah
luka membakar negeri ini
ingatlah nasihat Gurindam 12 Raja
Ali Hadji.Tuan betulkan dengan sempurna
Benar kawan, kembalikan budaya kita
pada altarnya
jangan dirusaki, diimitasikan dan dibinasakan pula, kawan
Kawan, pesan Bung Karno "Bangunlah suatu
dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Ini Indonesia
kita semua bersaudara dalam budaya
dan Negara kawan.
Karya: Kamaruddin Salim
Jakarta, UNAS 6 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar