Laman

Kamis, 14 Maret 2013

MEMAHAMI GERAKAN MAHASISWA



MEMAHAMI GERAKAN MAHASISWA
Oleh: Kamaruddin Salim
Mewacanakan gerakan mahasiswa, tentunya menjadi suatu pembahasan penting dalam proses kehidupan masyarakat dalam suatu bangsa dan Negara. Mengapa, karena gerakan mahasiswa senantiasa mewarnai segala bentuk ruang dan waktu masyarakat.
Mahasiswa adalah individu atau manusia yang menggeluti proses belajar mengajar, menuntut ilmu, dan pengembangan kualitas diri di dalam suatu lembaga pendidikan tinggi atau Universitas. Ya, di mana mereka telah melewati proses penjejangan pendidikan menengah atau yang setara. Mahasiswa menjadi kelompok masyarakat terdidik, cerdas dan mempunyai cara pandang yang rasional dengan bermodalkan khasanah intelektualitas tentunya menjadikan mahasiwa sebagai masyarakat yang mempunyai legitimasi kuat dalam proses kehidupan umat manusia.
            Dunia pendidikan formal dalam masyarakat secara langsung menobatkan mahasiswa sebagai generasi manusia yang bermartabat, bermoral dan berpadangang luas. Sehingga legitimasi yang di miliki mahasiswa berbeda dengan kelompok sosial yang lainnya. Dengan modal sosial  yang di miliki mahasiswa tersebut, mendorong mahasiswa masuk ke dalam berbagai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini merupakan suatu nilai lebih (surplus velue)-nya mahasiswa. Nilai yang di mana tuntutan peran lebih mahasiswa mengisyaratkan bahwa mahasiswa dalam kehidupan inteletualitasnya tidak dapat menafikan khasanah kemanusiaan dan peradaban manusia.
            Mahasiswa dan perkembangan peradaban manusia tentunya tidak dapat di lepaskan. Sebagaimana yang telah di ukir dalam sejarah mendunia. Bahwa, manusia yang berlebelakan mahasiwa merupakan generasi manusia yang mempunyai andil/peran besar dalam perubahan sosial. Perubahan yang bersifat positif atau negartif, tentunya di dominasi oleh kelompok ini. Di mana ada ketimpangan sosial, imperialism, kapitalisme dan hegemonisme kekuasaan, tentunya ada mahasiswa. Inilah yang menjadikan mahasiwa dan kampusnya sebagai sarana pencerahan.
            Kampus sebagai sarana pencerahan tentunya individu/atau manusia yang berinteraksi di dalamnya pun menjadi agen pencerahan atau perubahan sosial. Hal tersebut, merupakan suatu cita-cita luhur dari suatu lembaga pendidikan yang di dirikan oleh masyarakat. Pendidikan sebagai pusat peradaban manusia dan kehidupannya. Pendidikanpun menjadi kebutuhan utama dalam proses penyadaran dan peningkatan mualitas diri manusia. Ya, pendidikanlah yang mempunyai fungsi utama sebagai jalan tengah perubahan sosial. Sebagaimana yang di gagas oleh Camela Vallejo (23), aktivis perempaun dari Chili. Revolusi melalui pendidikan. Camela ada benarnya. Perubahan atau gerakan sosial yang terjadi di dominannya terjadi melalui dunia pendidikan.
            Dunia pendidikan tinggi atau kampus, sebagai saran perubahan yang melakukan proses penyadaran, pendidikan dan pengajaran yang pada hakikatnya demi melahirkan manusia yang mempunyai padangan, pemikiran, moralitas, nilai estetika serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Hal ini bukanlah suatu hal yang secara serampamgan di cetuskan. Pendidikan merupakan solusi cerdas dalam mewujudkan segala bentuk cita-cita manusia dalam melahirkan perdaban atau kehidupan baru yang jeuh lebih baik. Hal ini menjadi nilai filosofi dasar dari semua lembaga pendidikan yang ada di belahan bumi ini. Sehingga tidak dapat di nafikkan bahwa, mahasiswa pada dasarnya mampu menempatkan diri di manapun mereka berada dan dalam kapasitaspapun mereka, tentunya pasti ada khasanah baru dalam masyarakat. Pro-aktif mahasiswa dan universitas di butuhkan sebagai mercusuar bagi manusia lainnya. Kenapa? Proses penyadaran sosial membutuhkan manusia yang mempunyai pengetahuan yang cukup. Kemampuna berkomunikasi dengan manusia lain serta menjadi maotivator untuk pencerahan umat manusia.
            Mahasiswa menjadi motivator untuk manusia lain, yang mana hal ini merupakan suatu tugas yang memberatkan namun mengasyikan untuk dilakukan. Sebab disamping tugas rutin sebagai subjek didik (pelajar) mereka di tuntut untuk merangkap menjadi objek didik (guru masyarakat). Sebagaimana prinsip nilai yang memuat tiga nilai dasar, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tiga nilai yang seakan menunjukan sikap luhur, suci dan ikhlas mahasiswa dalam mengabdikan dirinya untuk penerusan kehidupan manusia dalam realitasnya. Tugas suci tersebut merujuk pada prinsip dasar pendidikan, yaitu menciptakan umat manusia yang cerdas, beriman dan bermartabat. Ya, pendidikan sifatnya membebaskan. Seperti yang di gagas oleh Paulo Freire dan Ivan Illich. Pendidikan sepatutnya tidak membelanggu dalam ruang ataupun waktu. Pendidikan prinsipnya mencerahkan. Inilah yang mendorong mahasiswa untuk mendedikasikan segala pikiran, tenaga, waktu dan keilmuannya dalam masyarakat.
            Mahasiswa mendikasikan pikiran dan tenaganya dalam segala bentuk aktifitas masyarakat merupakan suatu tugas yang mulia. Sebagaimana diamanatkan dalam kitab suci ataupun catatan orang-orang yang menyuguhkan hidupnya dalam perubahan kehidupan manusia. Bahwa, semua manusia bertanggungjawab akan kelangsungan kehidupan di muka bumi, semua mansuia itu bersaudara menurut Gandhi dan berbagi ilmulah walau hanya sedikit dalam risalah syiar agama. Dan masih banyak ungkapan lain yang mendukung agar mahasiswa dan manusia selalau mewujudkan kebaikan dalam kehidupan umat manusia. Oleh karenanya, mahasiswa di tuntut untuk lebih cakap dan enerjik dibandingkan dengan manusia lainnya. Mahasiswa harus mempinyai nilai idealisme agar mereka selalu menjadi manusia yang bertanggungjawab dalam realitas masyarakat.
            Idealime menurut Plato, berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa jadi pandangan ini lebih menekankan pada hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Jadi idealime mahasiswa merupakan suatu nilai penjiwaan yang di miliki mahasiswa  dan sebagai suatu modal sosial yang yang mengedepankan asas kesadaran kritis dan rasional. Sehingga yang di lakukan mahasiswa semuanya mendasari pada idelaisme yang mereka miliki. Idealisme (tambahan)
Kaitan dengan peran mahasiswa dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentunya menjadi suatu kajian yang menarik. Karena masyarakat yang di nobatkan menjadi masyarakat terdidik yang menempati posisi yang istimewa dalam pranata sosial masyarakat. Dan kelas yang istimewa tersbut membedakan mahasiswa dengan kaum muda yang lainnya. Di beri berbagai macam gelar penghormatan seperti; Agen perubahan dan agen sosial. Hal inilah menjadikan mahasiswa menjadi kaum yang mempunyai peran yang lebih di bandingkan struktur masyarakat yang lain.
Mahasiswa biasa dibagi kedalam 4 tipe tersebut, diantaranya: Tipe pertama, mahasiswa Akademis (mahasiswa yang berorientasi pada akademis). Tipe kedua, mahasiswa Romantis (mahasiswa yang selalu tampil nyentrik demi menggaet lawan jenis). Tipe ketiga, Hedonis (mahasiswa yang suka senag-senang atau hedon). Tipe keempat, mahasiswa Organisatoris (mahasiswa yang selalu sibuk dengan dunia organisasi ).Menurut seorang sosiolog islami dan tokoh yang terkenal idealis syi’ah ini Ali Syari’ati, gerak majunya sejarah dalam islam adalah demi terwujutnya kesadaran akan Allah sebagai Khaliq. Bagi Syari’ati, proses transpormasi dialektis, merupakan kunci bagi perkembangan sosial dan sejarah. Ia menerima metode dialektika Hegel, di mana tesis, antitesis dan sintesis dapat memperjelas watak umum perkembangan sejarah apapun, termasuk sejarah islam tertentu. Lebih jauh Syari’ati berpendapat apabila ingin menganalis suatu gerakan, ideologis, filsafat, agama dan revolusi dalam sejarah umat manusia. Maka akan terlihat tiga hal pokok yang terdapat esensinya. Pertama adalah cinta dan mistisme. Kedua perihal kebebasan. Ketiga perihal pengupayaan keadilan sosial.
Mitisme menurutnya merupakan perwujudan alamiah esensi keingintahuan manusia, yang mendesaknya untuk merenungkan tentang wujut non-material di dunia ini. Oleh karenanya pemikiran seorang tentang hal ini akan membawa orang itu pada pemahaman hal yang metafisis, di samping membuatnya mampu berkembang ke arah kesempurnaan spiritual Ilahiyah. Oleh karenya, gerakan mahaiswa yang di lakukan tentunya perlu memperhatikan nilai pokok sebagai manusia. Sehingga apapun yang di perjuangkan selalu mendapat tempat dan ruangnya. Karena, perubahan dalam mastayarakat bersifat dinamis dan revolusioner. Yang berdasar pada mistisme pencerdasan yang totaliter. Sehingga apa yang di gambarkan Ali Syar’ati tersebut dapat di terapkan dalam proses pelaksanaan gerakan social itu sendiri. Hal ini pula sepatadan dengan apa yang disampaikan Mahatma Gandhi, dalam gerakan sosial perlua selaras antara kata dan tindakan, dan dahulukan kewajiban dari pada hak. Sehingga kita dapat terbebas dari hegemoni hantu materi (uang) dalam perjuangan untuk perubahan manusia.
Sukses selalu buat generasi muda FKMI terkasih…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar