MEMAHAMI GERAKAN MAHASISWA
Oleh: Kamaruddin Salim
Mewacanakan
gerakan mahasiswa, tentunya menjadi suatu pembahasan penting dalam proses
kehidupan masyarakat dalam suatu bangsa dan Negara. Mengapa, karena gerakan
mahasiswa senantiasa mewarnai segala bentuk ruang dan waktu masyarakat.
Mahasiswa adalah individu atau manusia yang menggeluti
proses belajar mengajar, menuntut ilmu, dan pengembangan kualitas diri di dalam
suatu lembaga pendidikan tinggi atau Universitas. Ya, di mana mereka telah
melewati proses penjejangan pendidikan menengah atau yang setara. Mahasiswa
menjadi kelompok masyarakat terdidik, cerdas dan mempunyai cara pandang yang
rasional dengan bermodalkan khasanah intelektualitas tentunya menjadikan
mahasiwa sebagai masyarakat yang mempunyai legitimasi kuat dalam proses
kehidupan umat manusia.
Dunia pendidikan formal dalam
masyarakat secara langsung menobatkan mahasiswa sebagai generasi manusia yang
bermartabat, bermoral dan berpadangang luas. Sehingga legitimasi yang di miliki
mahasiswa berbeda dengan kelompok sosial yang lainnya. Dengan modal sosial yang di miliki mahasiswa tersebut, mendorong
mahasiswa masuk ke dalam berbagai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ini merupakan suatu nilai lebih (surplus
velue)-nya mahasiswa. Nilai yang di mana tuntutan peran lebih mahasiswa
mengisyaratkan bahwa mahasiswa dalam kehidupan inteletualitasnya tidak dapat
menafikan khasanah kemanusiaan dan peradaban manusia.
Mahasiswa dan perkembangan peradaban
manusia tentunya tidak dapat di lepaskan. Sebagaimana yang telah di ukir dalam
sejarah mendunia. Bahwa, manusia yang berlebelakan mahasiwa merupakan generasi
manusia yang mempunyai andil/peran besar dalam perubahan sosial. Perubahan yang
bersifat positif atau negartif, tentunya di dominasi oleh kelompok ini. Di mana
ada ketimpangan sosial, imperialism, kapitalisme dan hegemonisme kekuasaan,
tentunya ada mahasiswa. Inilah yang menjadikan mahasiwa dan kampusnya sebagai
sarana pencerahan.
Kampus sebagai sarana pencerahan
tentunya individu/atau manusia yang berinteraksi di dalamnya pun menjadi agen
pencerahan atau perubahan sosial. Hal tersebut, merupakan suatu cita-cita luhur
dari suatu lembaga pendidikan yang di dirikan oleh masyarakat. Pendidikan
sebagai pusat peradaban manusia dan kehidupannya. Pendidikanpun menjadi
kebutuhan utama dalam proses penyadaran dan peningkatan mualitas diri manusia.
Ya, pendidikanlah yang mempunyai fungsi utama sebagai jalan tengah perubahan
sosial. Sebagaimana yang di gagas oleh Camela Vallejo (23), aktivis perempaun
dari Chili. Revolusi melalui pendidikan. Camela ada benarnya. Perubahan atau
gerakan sosial yang terjadi di dominannya terjadi melalui dunia pendidikan.
Dunia pendidikan tinggi atau kampus,
sebagai saran perubahan yang melakukan proses penyadaran, pendidikan dan
pengajaran yang pada hakikatnya demi melahirkan manusia yang mempunyai
padangan, pemikiran, moralitas, nilai estetika serta menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia. Hal ini bukanlah suatu hal yang secara serampamgan di
cetuskan. Pendidikan merupakan solusi cerdas dalam mewujudkan segala bentuk
cita-cita manusia dalam melahirkan perdaban atau kehidupan baru yang jeuh lebih
baik. Hal ini menjadi nilai filosofi dasar dari semua lembaga pendidikan yang
ada di belahan bumi ini. Sehingga tidak dapat di nafikkan bahwa, mahasiswa pada
dasarnya mampu menempatkan diri di manapun mereka berada dan dalam
kapasitaspapun mereka, tentunya pasti ada khasanah baru dalam masyarakat.
Pro-aktif mahasiswa dan universitas di butuhkan sebagai mercusuar bagi manusia
lainnya. Kenapa? Proses penyadaran sosial membutuhkan manusia yang mempunyai
pengetahuan yang cukup. Kemampuna berkomunikasi dengan manusia lain serta
menjadi maotivator untuk pencerahan umat manusia.
Mahasiswa menjadi motivator untuk
manusia lain, yang mana hal ini merupakan suatu tugas yang memberatkan namun
mengasyikan untuk dilakukan. Sebab disamping tugas rutin sebagai subjek didik
(pelajar) mereka di tuntut untuk merangkap menjadi objek didik (guru
masyarakat). Sebagaimana prinsip nilai yang memuat tiga nilai dasar,
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tiga nilai yang seakan
menunjukan sikap luhur, suci dan ikhlas mahasiswa dalam mengabdikan dirinya
untuk penerusan kehidupan manusia dalam realitasnya. Tugas suci tersebut
merujuk pada prinsip dasar pendidikan, yaitu menciptakan umat manusia yang
cerdas, beriman dan bermartabat. Ya, pendidikan sifatnya membebaskan. Seperti
yang di gagas oleh Paulo Freire dan Ivan Illich. Pendidikan sepatutnya tidak
membelanggu dalam ruang ataupun waktu. Pendidikan prinsipnya mencerahkan.
Inilah yang mendorong mahasiswa untuk mendedikasikan segala pikiran, tenaga,
waktu dan keilmuannya dalam masyarakat.
Mahasiswa mendikasikan pikiran dan
tenaganya dalam segala bentuk aktifitas masyarakat merupakan suatu tugas yang
mulia. Sebagaimana diamanatkan dalam kitab suci ataupun catatan orang-orang
yang menyuguhkan hidupnya dalam perubahan kehidupan manusia. Bahwa, semua
manusia bertanggungjawab akan kelangsungan kehidupan di muka bumi, semua
mansuia itu bersaudara menurut Gandhi dan berbagi ilmulah walau hanya sedikit
dalam risalah syiar agama. Dan masih banyak ungkapan lain yang mendukung agar
mahasiswa dan manusia selalau mewujudkan kebaikan dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karenanya, mahasiswa di tuntut untuk lebih cakap dan enerjik dibandingkan
dengan manusia lainnya. Mahasiswa harus mempinyai nilai idealisme agar mereka
selalu menjadi manusia yang bertanggungjawab dalam realitas masyarakat.
Idealime menurut Plato, berasal dari
kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa jadi pandangan ini lebih menekankan pada hal-hal bersifat ide, dan
merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Jadi idealime mahasiswa merupakan suatu nilai
penjiwaan yang di miliki mahasiswa dan sebagai
suatu modal sosial yang yang mengedepankan asas kesadaran kritis dan rasional.
Sehingga yang di lakukan mahasiswa semuanya mendasari pada idelaisme yang
mereka miliki. Idealisme (tambahan)
Kaitan dengan peran mahasiswa dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentunya menjadi suatu kajian yang
menarik. Karena masyarakat yang di nobatkan menjadi masyarakat terdidik yang
menempati posisi yang istimewa dalam pranata sosial masyarakat. Dan kelas yang
istimewa tersbut membedakan mahasiswa dengan kaum muda yang lainnya. Di beri
berbagai macam gelar penghormatan seperti; Agen perubahan dan agen sosial. Hal
inilah menjadikan mahasiswa menjadi kaum yang mempunyai peran yang lebih di
bandingkan struktur masyarakat yang lain.
Mahasiswa biasa dibagi kedalam 4 tipe tersebut, diantaranya: Tipe pertama, mahasiswa
Akademis (mahasiswa yang berorientasi pada akademis). Tipe kedua, mahasiswa
Romantis (mahasiswa yang selalu tampil nyentrik demi menggaet lawan
jenis). Tipe ketiga, Hedonis (mahasiswa yang suka senag-senang
atau hedon). Tipe keempat, mahasiswa Organisatoris
(mahasiswa yang selalu sibuk dengan dunia organisasi ).Menurut seorang sosiolog
islami dan tokoh yang terkenal idealis syi’ah ini Ali Syari’ati, gerak majunya
sejarah dalam islam adalah demi terwujutnya kesadaran akan Allah sebagai
Khaliq. Bagi Syari’ati, proses transpormasi dialektis, merupakan kunci bagi
perkembangan sosial dan sejarah. Ia menerima metode dialektika Hegel, di mana
tesis, antitesis dan sintesis dapat memperjelas watak umum perkembangan sejarah
apapun, termasuk sejarah islam tertentu. Lebih jauh Syari’ati berpendapat
apabila ingin menganalis suatu gerakan, ideologis, filsafat, agama dan revolusi
dalam sejarah umat manusia. Maka akan terlihat tiga hal pokok yang terdapat
esensinya. Pertama adalah cinta dan mistisme. Kedua perihal kebebasan. Ketiga
perihal pengupayaan keadilan sosial.
Mitisme
menurutnya merupakan perwujudan alamiah esensi keingintahuan manusia, yang
mendesaknya untuk merenungkan tentang wujut non-material di dunia ini. Oleh
karenanya pemikiran seorang tentang hal ini akan membawa orang itu pada
pemahaman hal yang metafisis, di samping membuatnya mampu berkembang ke arah
kesempurnaan spiritual Ilahiyah.
Oleh karenya, gerakan mahaiswa yang di lakukan tentunya perlu memperhatikan
nilai pokok sebagai manusia. Sehingga apapun yang di perjuangkan selalu
mendapat tempat dan ruangnya. Karena, perubahan dalam mastayarakat bersifat
dinamis dan revolusioner. Yang berdasar pada mistisme pencerdasan yang
totaliter. Sehingga apa yang di gambarkan Ali Syar’ati tersebut dapat di
terapkan dalam proses pelaksanaan gerakan social itu sendiri. Hal ini pula
sepatadan dengan apa yang disampaikan Mahatma Gandhi, dalam gerakan sosial perlua selaras antara kata dan tindakan, dan
dahulukan kewajiban dari pada hak. Sehingga kita dapat terbebas dari
hegemoni hantu materi (uang) dalam perjuangan untuk perubahan manusia.
Sukses selalu buat
generasi muda FKMI terkasih…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar