AYAT
SUCI DI JALAN RAYA
Oleh
Kamaruddin Salim
Sore ini suasana Jakarta
memanas
Sepanjang jalan Pasar Minggu-Pancoran
Penuh, berdesakan antara kendaraan
bermotor dan kerumunan manusia
Kaum lelaki bersarung mengatur lalu
lintas
Polisi tak berdaya malam
ini
Jalanan bagai medan juang yang beringas
Pengendara berebut posisi aman, seperti
kawanan semut menyantap tumpahan gula
Suara klakson seirama melengking
memecah genderang telingaku
malam ini
Alunan Ayat Suci Sang Qori merdu dari
kejauhan sama sekali
tak berarti
Gaduh bagai guntur membelah langit dalam bahasa makian dengan intonasi yang beragam
Kerumunan para jama’ah mengekploitasi nama Sang nabi acuh tak acuh
Ayat Suci yang dilantunkan tak berarti dalam jiwa
Ya lain di telinga lain pula keimanannya
Mungkin sabda nabi tak laris manis dalam kehidupan manusia modern
Apa musababnya, Gamnam syle lebih populer kawan?
Emosi manusia tak berlangsung lama
Itu filosofi abadi pengagum kekerasan
Keyakinan tak terbeli, walau nyawa jadi taruhan
Manusia kota mala mini tak lagi santun bahasanya
Dan adapula yang menikmatinya
Ya, itulah dilemma keberadaan mesjid pinggir jalan
Biralah Tuhan memberi ganjaran pada mereka yang menjual ayat Suci-Nya
Kamaruddin Salim
Ketapang, 9 Januari 2013
Pukul, 01.13. WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar