Laman

Senin, 18 Maret 2013

PEREMPUAN MULIA



PEREMPUAN MULIA

Perempuan berbaju kumal, meratapi masib di bawah jembatan Senen malam tadi
Wajah lusuh, rambutnya kusut tak terawat menanda tak tersentuh shampoo
Perempuan separuh baya itu, pengemis kota dan tentu hina di mata manusia kota
Riuh kehidupan jalanan sedikit jua sepi dari gelombang kendaraan
Parade kemegahan, kejantanan dan kematian menjamur setiap ruang kota
Jalan raya serupa medan perang yang ganas
Perempuan itu, nampak acuh antara jebakan defenisi dan logika ekonomi
Dia duduk bersila, sembari membuka kantong hitam di depannya
Perlahan tangannya mengeluarkan nasi kepal demi kepalan tangannya
Kawan, air mata ku tak kuasa menatap kemulian hatinya
Perempuan itu, mulia hatinya kebebasan jelas nyata kawan
Di temanis segerombol kucing setia menari di antara pangkuan dan kakinya
Kotoran yang menghiasi makanan di tangannya satu per satu di buang kawan
Kawan, kucing-kucing lena dalam kelejatan menu malam ini
Nasi hasil pungutan sisa manusia kota dalam tong sampah Mall dan restoran megah itu
Di nikmati bersama sang Tuannya, yang setia memberi nafkah
Perempuan itu, ku tatap dalam rasa iba bercampur malu kawan
Kawan, ini teguran berbentuk dari kritik terbuka pencipta padaku dan kita
Hinanya manusia, tak serupa anggapan manusia terdidik pada kaum miskin
Mulianya manusia tak semata kaum kaya, berilmu dan gelar hajinya kawan
Perempuan itu kini menjadi guru penyadaranku
Sang Guru ilmu kehidupan memperteguh prinsip hidup untuk berbagi
Prinsip hidup kemuliaan manusia dan ilmunya tak sebatas kata di bangku sekolah dan gedung mewah kawanku..  
Kawan, Tuhan tak menilai dari yang tak tergambarkan nyatanya…..

Kamaruddin Salim
Pejaten, 8 Juni 2012

Terilhami dari perempuan pengemis di bawah jembatan baypass Senen-Jakarta Pusat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar