HARI PAHLAWAN, Ritualitas Tanpa Koma
Kamaruddin Salim[1]
Keberadaan bangsa yang merdeka, dari satu masa dan generasi. Sudah
barang tentu bertolak dari peran orang-orang yang berjuang di masa lalu. Dengan
cita-cita perubahan, nyawa dan materi,dan semua untuk kebebasan dan kedamaian
tanah air yang mereka punya. Epos
10 November 1945 itulah catatan sejarah yang abadi
dalam kitab sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Satu ritus sejarah perjuangan
yang lahir dari semangat nasionalisme kebangsan yang bertujuan demi mewujudkan kemerdekaan
dari belenggu kolonialisme dan imperialisme bangsa asing. Walaupun apa yang
terjadi di Surabaya awal mula pergolakan nasional dan melegitimasi satu proses
perjuangan yang panjang sejak bangsa asing menginjakkan kaki di Ibu Pertiwi,
yang sebelum terbentuknya NKRI, akan tetapi, 10 Novermber telah menjadi satu
titik klimaks dari perjuangan kaum pribumi di Jawa Timur dan berhasil mengusir
tentara Sekutu bersama sukarelawan Gurka dari India.
Kemerdekaan Indonesia yang kini berusia 68 tahun,
tentunya merupakan cita-cita luhur para pahlawan yang dengan berani memperjuang
apa yang mereka miliki demi terwujudnya kemerdeaan bangsanya. Tentunya, apa
yang diabdikan tersebut menjadi hal yang memberatkan oleh para pejuang
kemerdekaan. Logikanya dalam suatu situasi yang yang serba sulit dan bergolak kala
itu, persatuan dan semangat kolektif tetap menjadi utama, tanpa mengedepankan
ego individualisme pribadi maupun kelompok. Fakta empiris membuktikan bahwa dengan
semangat kolektifitas dari rakyat Indonesia dapat meraih kemerdekaan. Di mana,
penantian selama beberapa abad di kala Nusantara ini dijajah oleh bangsa asing
seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Jepang dan Inggris.
Ritualitas hari pahlawan diperingati sebagai suatu
bentuk penghargaan atas jasa para pejuang telah gugur di medan pertempuran
maupun di usia senja setelah kemerdekaan. Ritualitas yang dilakukan dengan
berbagai cara dan tema tak ubahnya sebuah serimonial tahunan. Kesan apresiasi
sarat makna dan nilai heroik, pada hakikatnya untuk mengingatkan kepada
masyarakat bahwa buah dari perubahan dan kemerdekaan hari ini adalah transaksi
yang tragis dan kegigihan generasi terdahulu tanpa nilai tukar apapun berlabu
dalam pikiran mereka. Merekalah adalah insan patriotik yang dikenali oleh
seluruh anak bangsa dengan sebutan “Pahlawan”.
Pahlawan, kata ini tentunya akrab ditelinga semua
orang, dan menyisyaratkan suatu daya tarik tersendiri. Terminologi pahlawan
dalam realitas selalu dikaitkan dengan satu daya juang, pengorbanan seseorang
dalam hidupnya dan itu dinilai berguna bagi orang lain. Hal ini, tentu tidak
mengaburkan pengertian pahlawan sesungguhnya. Akan tetapi pahlawan dalam arti
yang sempit kadang dijumpai dalam tutur kata, baik lisan ataupun tulisan. Dan
semua seakan terfokus pada seseorang yang berlatar dengan pendekatan lebel atau simbol yang dilegalkan negara atau pemerintah, seperti Tentara
ataupun kaum birokrasi.
Disamping
itu, di Indonesia terdapat beberapa kategori pahlawan bangsa, antara lain pahlawan nasional, pahlawan
kemerdekaan nasional, pahlawan proklamator, dan pahlawan revolusi. Namun dengan
runtuhnya hegemoni kuasa rezim Orde Baru, bermunculan orang yang dikategorikan sebagai
pahlawan, diantaranya Pahlawan Reformasi dan Pahlawan Devias (TKI)
Terlepas dari perdebatan gelar kepahlawanan, yang
sepatutnya di soroti serius adalah, prosesi serimonial memperingati hari
pahlawan itu sendiri dan bagaimana implementasi pokok dari hasil perjuangan
para pahlawan di masa kini?. Di mana, ragam argumentasi terkait dengan dinamika
berbangsa dan negara yang belum merdeka dari penjajahan asing dan dijajah
bangsa sendiri. Wacananya kritis semacam ini, tentunya mengingatkan kepada
pengambil kebijakan bahwa perjuangan belum berakhir. Karena, kemerdekaan yang dinikmati saat ini
sepatutnya dipertahankan dengan baik. Sehingga penjajahan gaya baru tidak lagi
tampil sebagai bentuk algojo baru di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yang merdeka.disamping itu ada pula bentuk penghargaan lain yang diapresiasikan
kepada jasa-jasa para pahlawan dengan menulis biografi para pahlawan.
Buah pemikiran,
perjuangan dan jasa-jasa para pahlawan adalah warisan abadi bagi generasi
penerus bangsa untuk dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Begitu pula sejarah
para pahlawan akan selalu terkenang tak lapuk termakan zaman. Dengan melalui
karya inilah tentunya menjadi jembatan
antara peristiwa yang masalalu dan masyarakat dapat dibangun sebagai salah satu
bentuk rekam jejak yang hidup dan menginspirasi dari masa kemasa. Dari apresiasi yang baik, tentunya mengingatkan
kita pada ungkapan Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno, Jangan Sekali-kali Lupoakan Sejarah (JASMERAH). Bila bangsa
Indonesia melupakan sejarahnya, maka dampak yang terjadi tentunya lebih masif
penjajahan gaya baru yang akan melanda bangsa
dan negara ini. Di mana, era globaliasi dan moderniasi yang menandakan
kemajuan tekhnologi yang menggila saat ini, akan dengan mudah memecah belah
Indonesia dengan sekejab mata!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar