Laman

Jumat, 13 Mei 2016

PEMIKIRAN JOHN LOCKE

BAB II
LOCKE
OLEH: KAMARUDDIN SALIM
I.              PENDAHULUAN
Locke menampilkan seorang pria yang dengan wajah panjang; hidung panjang dan berpunuk; dahi menjulang; besar, mata sayu, dan mulut besar tapi memiliki kontur yang bagus. Untuk lebih detilnya, mari kita cari tahu lebih banyak tentang seorang pria bernama John Locke. John Locke dilahirkan di dekat Bristol, Inggris, pada 1632. Setelah belajar di di London dan Oxford. Locke berkecimpung dalam bidang paktik hukum (sebagai seketaris putusan di istana Brandenburg) di Jerman). Yang terakhir ini terutama karena Locke terpaksa menghindarkan diri dari Inggris untuk mengelakkan penangkapan yang diniatkan raja karena Locke termasuk seorang yang tidak menyukai kekuasaan mutlak berada di tangan penguasa. Barulah setelah Revolusi Inggris pada 1688 dengan naiknya Willem III dan Ratu Mary sebagai penguasa terbatas di sana yang berarti menaikan kekuasaan parlemen, barulah Locke dapat kembali ke negeri dengan aman. Barulah Locke dapat menulis dengan tenang, seperti dua naskah Treatise on Government (uraian tentang pemerintahan 1689, 16900 yang pokok-pokoknya telah ditetapkan dalam pembuangan. Locke meninggal tahun 1704[1].
Kehidupan
Ayah Locke adalah sosok penting baginya dalam beberapa hal. Locke tua merupakan seorang Puritan yang berprofesi sebagai seorang pengacara dan juru tulis untuk Alexander Popham, wakil Letnan dari Somerset Country. Parlemen dengan waktu yang panjang mengambil alih Westminster School di London. Acara ini menjadikan Tuan Popham, sebagai anggota DPR dari jalur pendaftaran. pada tahun 1647, ia diapresiasi temannya yang berprofesi sebagai konselor sehingga akhirnya dapat meluncurkan karir ilmiah yang terkenal.
Locke Muda
John Locke meninggalkan London pada 1652, untuk Christ Church College (Kampus Gereja Kristen) di Oxford. Lock telah memenangkan beasiswa, meskipun Lock berada diurutan bawah dalam daftar enam pemenang. Di oxford, Lock mengembangkan minat dalam ilmu pengetahuan eksperimental bukan sebagai dampak dari kurikulum yang ada. Locke tidak banyak bereksperimen, tetapi dirinya tercengang oleh prinsip-prinsip yang ada dari percobaan yang dilakukan. Kemudian, Locke bereaksi terhadap ketergantungan yang berlebihan pada tradisi bahwa Locke terkait dengan royalis (pihak kerajaan) serta terhadap emosi moral secara antusiasme, Locke menyebutnya dirinya sebagai kaum Puritan.
Pada usia dua puluh empat tahun, John Locke menerima gelar sarjana seni, jadi telah terbukti bahwa unsur-unsur empirisme melekat pada John Locke yang terkenal dengan teori tabularasa yang menyatakan bahwa manusia yang terlahir dimuka bumi seperti kertas putih yang bersih yang belum ada noda.Namun, saai itu Locke belum menjadi liberal dalam politik. Locke merasa bahwa kaum katolik, Quaker, dan berbagai kaum pembangkang lain terlalu berbahaya untuk ditolerir. Arsip-arsipnya mengungkapkan bahwa Locke melihat buramnya masa depan Inggris, putus asanya umat manusia, dan tidak yakin apa yang harus dilakukan dengan hidupnya. Lalu, ketika restorasi datang, itu adalah penyebab sukacita yang besar. Locke dengan sigap menyambut "kembalinya Mulia" dengan bahagia dan meremehkan yang kaum-kaum yang popular karena kebebasan publik". Apa yang Locke tulis pada tahun tersebut biasanya diungkapkan olehnya beserta jawabannya ke sebuah pamflet dari seseorang yang bernama Edward Bagshawe. John Locke juga sering dihubungkan dengan teori Hobbist (yang dikemukakan Thomas Hobbes) dalam hal ideologi dan tulisan/karya-karyanya.
Ilmuwan dan Diplomat
Pada tahun 1661, tak lama setelah terpilih menjabat sebagai dosen di gereja kristen, Locke sedih dengan kematian ayahnya. Ayahnya Locke meninggalkan putra sulungnya cukup lahan sekitar Pensford untuk memberinya pendapatan sederhana untuk sisa hidupnya. Tetapi untuk semua sikap lembutnya, Locke cenderung menjadi tuan tanah yang sabar tetapi bermata tajam yang terkesan sangar. Dengan dorongan dari temannya; John Strachey, Locke memutuskan bahwa ia butuh melakukan perjalanan untuk menyelesaikan pendidikan. Layanan diplomatik adalah alat untuk mencapai tujuan ini. Pada 1665, ia meninggalkan Inggris untuk menjadi sekretaris dalam misi ke Brandenburg. Keberhasilan Locke sebagai diplomat menyebabkan dua tawaran berikutnya untuk pekerjaan dengan duta besar Spanyol, Lalu yang di Swedia ketika ia kembali ke Inggris pada tahun 1666. Setelah merenungkan dengan seksama, Locke menolak keduanya.
Locke telah memutuskan untuk belajar kedokteran. Locke dan seorang teman membuka sebuah laboratorium kecil di Oxford dan meminta dana dari para ilmuwan yang tertarik untuk membuat itu terjadi. Bukti menunjukkan bahwa Locke terutama tertarik dalam kedokteran diterapkan, obat bius, dan herbal. Pada 1667, Lock bertemu dan mulai bekerja sama dengan Thomas Sydenham, dokter Inggris terbesar di zamannya dan pelopor metode klinis.Seiring dengan berjalannya waktu, Locke mulai membaca karya-karya Descartes. Dia menyambut advokasi Descartes perihal rekonstruksi rasionalistik nya. Dan pada tahun 1668, pada usia tiga puluh enam, Locke terpilih untuk menjadi orang dilingkungan kerajaan, dan dia sudah pindah ke London untuk tinggal di kawasan megah Lord Ashley yang telah didirikan.
Perihal Anggota Parlemen Inggris
Sebagai Shaftesbury, Locke bergerak lebih tinggi dan lebih tinggi di pemerintahan, Locke pindah bersamanya. Ketika Shaftesbury dipekerjakan Lord Chancellor, Locke terus melayani dia dari jabatan relatif tidak jelas hingga ke sekretaris presentasi, posisi yang melibatkan hubungan gerejawi. Tapi setelah Shaftesbury tahu tentang rahasia Raja Charles yang pro-Katolik dengan Perjanjian Dovernya dengan Perancis, Locke nyaris tak bisa menyembunyikan kekecewaan nya yang mendalam.
Penulis Bagian
Pada bulan Februari 1689, John Locke bergabung bersama Lady Mordaunt dan Putri Mary dalam ekspedisi membawa mereka ke Inggris untuk suami mereka dan masalah tahta kasus Maria. Locke tinggal bersama seorang teman di London. Locke menolak janji sebagai duta besar Inggris untuk Pemilih Bradenburg atas dasar kesehatan, mencatat, antara lain bahwa Locke tidak bisa bersaing dengan pihak dari Jerman, tantangan diplomatik yang tidak bisa dihindari. Locke menolak tawaran lain juga, dan akhirnya menetap untuk posisi Komisaris Banding. John Locke muncul dengan ciptaan-nya; seperti "Essay Concerning Human Understanding" tahun 1689 dan menjadikannya di tahun itu menjadi luar biasa besar bagi karir John Locke. Pada 1692, Locke mengedit dan menulis ulang karya teman barunya “The History of Air”  nya Robert Boyle tahun itu. Pada 1695 UU untuk Peraturan Percetkan dicabut, sebagian karena argumen Locke terhadap itu melalui teman-temannya di komite yang mempertimbangkan masalah ini.

Tahun-Tahun Terakhir
Meskipun terserang penyakit, tahun 1696, Locke secara mengejutkan menerima janji untuk instansi baru perdagangan, dirancang untuk menangani kenaikan ancaman perdagangan Belanda, disintegrasi pemerintahan kolonial, masalah pembajakan, dan hal-hal lain yang mendesak. Locke pindah kembali ke London dan meskipun Locke sedang sakit dan tugas yang sulit, Locke jelas mendominasi kerja dewan. Tak lama, John Locke menghabiskan hari-hari terakhirnya di Oates, membawa pada korespondensi  yang lebar, membalas kritik, menulis komentar tentang surat-surat St Paulus dan bercakap-cakap dengan pengunjung yang datang, Locke dengan lembut, dan jarang mengeluh. John Locke, seorang filsuf besar, meninggal pada 28 Oktober 1704, pada usia tujuh puluh kedua.
“The Two Treatises (Karya John Locke) Filosofi Politik atau Risalah Waktu
Karya John Locke yang satu ini sangat terkenal. Kata-kata kehidupan, kebebasan, dan harta, permusyawaratan rakyat, mayoritas memiliki hak untuk bertindak dan menyimpulkan selebihnya telah menjadi hal yang tidak asing lagi dalam kosakata politik Barat, bahkan di dunia. Tulisan-tulisan Locke adalah salah satu yang paling menonjol dalam daftar buku di perpustakaan pada saat itu. “The Two Treatises”  untuk pertama kali. yang ditulis sekitar 1861 sebagai jawaban atas Filmer Patriarcha. Pelindung (dekingan) Locke, bernama Shaftesbury, adalah pemimpin partai negara, pada umumnya penerus ideologis roundheads periode cronwellian. Di atas semua mereka takut seorang raja Katolik dan berharap untuk menghapus Katolik duke of York (James masa depan II) dari garis pergantian tahta.
Persamaan (Equality) dan Kondisi  Alami
John Locke menulis The Second Treatise dengan sebuah ringkasan dari kritiknya terhadap Filmer, kemudian menjelaskan bahwa ini saatnya untuk menemukan pertumbuhan pemerintah yang lain, kekuatan politik asli yang lain. Catat bahwa Locke tidak mengambil apa yang ilmuwan politik abad dua puluh terapkan sebut saja sebuah empiric, pendekatan non-evaluasional kepada kekuatan politik. Hukum-hukum yang diasumsikan dengan hukuman mati yang dibuat serta dipaksakan tanpa salam pada rakyat kelihatannya membawa kebenaran semakin dekat agar tercapainya sebuah keadilan. Ada sebuah pembahasan terkait Thomas Hobbes, pada saat itu Locke menjawab secara spesifik pertanyaan tentang obligasi yang timbul pada kondisi alami (state of nature): The State of nature (keadaan alami/alamiah/alami) memiliki hukum alam untuk memerintah, yang patuh pada tiap insan, dan alasan bahwa hukum mengajarkan semua manusia yang membahasnya bahwasannya memiliki kebebasan dan kesamaan antar manusia tidak membahayakan kehidupan mahluk lainnya.
Locke memperluas cakupan perlindungan hukum alam di luar yang Hobbes berikan. John Locke menambahkan seorang manusia harus menyetujui kekuasaan atas dia atau itu sewenang-wenang, Jika dia tidak dalam posisi untuk memberikan persetujuannya. Intinya ada perbedaan yang kita bisa dapatkan dari Locke, Hobbes, and Filmer, yakni kalau Hobbes dan Filmer kebutuhan kekuatan atau kekuasaan adalah pembenaran, tapi untuk Locke persetujuan subyek entah itu kekuatan atau kekuasaan merupakan pembenaran.
Harta Benda
Locke merupakan pembela awal teori nilai kerja, teori yang dipegang oleh sebagian besar ekonom klasik dan oleh Karl Marx, tetapi ditolak oleh hampir semua ekonom kontemporer. Sederhananya, teori menyatakan bahwa nilai suatu produk diukur dengan jumlah tenaga kerja yang diinvestasikan di dalamnya; satu ton batubara digali oleh lima orang dalam satu jam bernilai satu setengah banyaknya dengan satu ton tembaga digali oleh lima orang dalam dua jam atau dengan sepuluh orang dalam satu jam.Bahkan dalam keadaan alamiah, manusia tidak memiliki hak alami untuk melebihi sendiri atau melebihi  kapasitas keluarganya akan apa yang seharusnya dikonsumsi. Dasar dasar pemikiran agraria Locke disarankan oleh fakta bahwa standar yang sama diterapkan untuk kepemilikan tanah: seorang pria memiliki hak alami untuk tanah sebanyak ia secara pribadi dapat gali untuk diri sendiri dan kebutuhan keluarganya. Teori Locke berkenaan keharta bendaan mengisyaratkan apa tujuan utama manusia dalam hidup dan karena itu apa yang standar harus dapat memandu/membimbing pemerintah. Properti, yang merupakan sesuatu yang lebih dari keadaan fisik semata, adalah jantung dari konsepsinya tentang kehidupan yang baik dan kondisi yang baik pula.

Persetujun/Perizinan
Persetujuan jelas merupakan konsep penting bagi Locke. Tapi apa yang Locke maksud dengan persetujuan ini diatur? Bahkan yang paling fanatik sekarang  masa majoritarians tidak akan berpendapat bahwa setiap individu harus memiliki kesempatan untuk menyetujui atau menolak setiap tindakan pemerintah yang mungkin mempengaruhinya. Antara lain, akan sulit untuk mengumpulkan pajak penghasilan yang di dapat dari praktek ini. Bahwa semua manusia oleh alam prinsipnya sama. Umur atau kebajikan/kebaikan dapat memberikan pengetahuan tentang hak untuk mendahulukan. Pelayanan dan jasa dapat menempatkan orang lain di atas keadaan umum yang biasa. Intinya adalah bahwa menjadi hak yang sama setiap orang memperoleh kebebasan alami, tanpa mengalami kehendak atau otoritas manusia lain. Kalimat-kalimat tersebut merupakan teori kualifikasi penting pertama yakni Teori Consent Locke. Kemudian, yang kedua adalah bahwa memberikan persetujuan relevan hanya untuk fungsi terbatas. Kita sebut ini memberikan persetujuan otoritas konstituen yang berada dalam masyarakat.
Statemen Locke mengarah/mengacu pada pemikiran Thomas Hobbes. Kualifikasi ketiga adalah bahwa mengesampingkan kesulitan daripada kesetaraan alamiah, seberapa sering rata-rata warga memiliki kesempatan untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan kepada seluruh struktur pemerintahan? Locke terpaksa membuat perbedaan antara pernyataan persetujuan dan persetujuan diam-diam. John Locke kelihatan tidak semua secara fokus untuk menolak mereka yang diberikan persetujuan/perizinan  kepada rezim  yang benar melawan pemerinthan di rezim itu saat menjadi tirani (seperti nazi). Bagian dari kebingungan dihilangkan saat kita sadar bahwa pengkhianatan melawan sebuah pemerintahan yang tidak berarti karena pengkhianatan Locke melawan aturan yang ada. Ada implikasi yang pastidari dua kontrak – satu antara seorang individu dengan yang lainnya, yang membuat aturan, dan yang kedua antar individu dengan rezim pemerintah yang mengatur suatu Negara.
John Locke pastinya tidak mengenakan pajak kepada dirinya untuk membuat jelas perbedaan dari jenis kontrak tersebut. Tetapi sekarang pertanyaannya adalah mengapa kaum mayoritas (masyarakat yang menentang dan dapat menghadapi kekuasaan) dapat memiliki otoritas yang menyeluruh dalam melawan sebuah komunitas yang disebut pemerintahan? John Locke menjawab dengan seperlunya, jelas, bahkan mekanistik; pemerintahan harus menjadi satu tubuh/badan yang bergerak jika diibaratkan, bergerak membawa amanah yang dititipkan kaum mayoritas (masyarakat yang menentang dan dapat menghadapi kekuasaan) untuk dijalankan sebaik-baiknya.  Kemudian ada istilah yang bernama kolektivisme yang didefinisikan sebagai teori dan praktek yang membuat semacam kelompok daripada individu unit dasar dari perhatian politik, sosial, dan ekonomi. Secara teori, kolektivis bersikeras bahwa klaim kelompok, asosiasi, atau negara harus normal menggantikan klaim individu. Sedangkan, individualisme dipandang sebagai konsep etika-psikologis dan satu unsur etis-politis. Sebagai konsep etika-psikologis, individualisme menyatakan bahwa manusia harus berpikir dan menilai sendiri, menghormati tidak lebih dari kedaulatan pikirannya; dengan demikian, hal ini terkait erat dengan konsep otonomi. John Locke dan saudara-saudara di parlemen Inggris melawan/menentang satu unsur yang ada pada kolektifisme (collectivism) yakni korporatifisme feodal. Mereka menginginkan untuk membebaskan individu dari aturan/rule hierarki yang kaku, disucikan oleh gereja, dan dijustifikasi oleh misteri yang ada.
Kesimpulan: Politik dan Filosofi
John Locke menganalisis tingkat teoritis yang mengagumkan perihal tirani parlemen saat raja merupakan lawan dan parlemen hanyalah sekutu raja. Seorang yang bernama Cobban pernah mendeskripsikan Locke sebagai penulis yang mempunyai pengaruh di abad ke 18 dengan otoritas injilnya. Dan juga, karyanya Second Treatise telah banyak andil hingga masa sekarang karena Locke terkenal dengan ide-ide politik briliannya dan  filosof yang hebat pemikirannya. Second Treatise memiliki jumlah kalimat yang bisa digambarkan sebagai karyanya yang tidak ada persiapan  sama sekali tetapi kualitas isinya bagus. Locke membuat kita mengerti hubungan antara kepercayaan filosofis kita dan kepercayaan filosofis sebagaimana yang ada pada diri manusia sebagai ciptaan tuhan. Mungkin kepercayaan/keyakinan politik Locke sudah ketinggalan zaman, tetapi masih dipandang relevan hingga abad dua puluh.
Epistemologi John Locke
Tujuan utama karyanya Locke yang bertajuk Essay Concerning Human Undertanding adalah untuk menurunkan derajat argument untuk ide-ide yang biasanya muncul secara universal yang biasanya ada dipikiran manusia oleh penalaran apriori. Pada bagian pendahuluan di karyanya tersebut, Locke membuat permohonan untuk kita agar kita dapat puas dengan batas-batas ilmu pengetahuan yang kita punya, agar supaya dapat membuat pikiran kita dapat mengimplementasikan karyanya dengan cara sebaik-baiknya, dan juga agar supaya dapat menghindari hal-hal yang dapat menyia-nyiakan diri sendiri. Intinya, Locke benar-benar menawarkan kita cara baru dalam berfikir; ia menanamkan dasar-dasar empirik Inggris. Dari ide-ide yang dihasilkan dari pemikiran Locke dan Hobbes dapat dikataan mereka pakar empirisme, tetapi dilihat dari adat-adat/kebiasaan keduanya sehari-hari, dapat diprediksi Locke merupakan orang yan empirik, tapi Hobbes tidak.
Epistemologi dan Politik
Analisis John Locke dapat diasumsikan bertentangan dengan orang kebanyakan pada umumnya di tataran politik. Hal itu menarik karena ia memilih menggunakan ‘kata-kata’ untuk melakukan aksi/tindakan daripada dengan melakukan percakapan yang biasa dilakukan orang lain. Pemikiran politik selalu merupakan cerminan dari sesuatu yang bisa dikatakan lebih dari sekedar politik. Dalam hal ini pandangan kata ilmiah tercermin dalam "liberal" politik. Sebagai contoh, atomisme fisika dari Locke cocok dengan pemikirannya yang terbentuk dari ide-ide kompleks yang asalnya dari kumpulan ide sederhana yang brilian, yang mana analogi itu sesuai dengan gambaran individu datang bersama-sama dengan ide brilian dari masing-masing kepala untuk membentuk sebuah Negara. Locke dipaksa untuk mengakui bahwa ketaatan yang ketat terhadap hukum yang bekerja saat itu belum tentu dihargai dengan keberhasilan politik. Yang tercakup secara besar-besaran pada pemerintah politik Locke dengan persetujuan, suara mayoritas, hak-hak properti, dan bahkan seluruh ide tentang keadaan alam. Itu semua telah  Locke bangun berangkat dari ide-ide cemerlangnya. Pada akhirnya dia ditinggalkan dengan fideisme daripada kewajaran istilah-istilah kritianitas pada teori politiknya.
II.                ANALISIS LAPORAN BACAAN
Memahami pemikiran John Locke yang ditungkan dalam karyanya  Two Treatises of Government ( Dua persepakatan dengan pemerintah) yang isinya merupakan penyampaian ide dasar yang menekankan arti penting konstitusi demokrasi liberal. Karya inipula berpengaruh besar terhadap perkembangan politik Inggris saat itu. Locke meyakini bahwa setiap manusia memiliki hak alamiah, dan bukan semata menyangkut hak hidup, tetapi menyangkut pula hak hidup dan kebebasan pribadi dan hak atas kepemilikan sesuatu. Tugas utama pemerintah adalah melindungi penduduk dan hak milik wargenagara. Teori Locke ini seringkali disebut sebagai teori jaga malam oleh pemerintah. Istilah peraturan mayoritas (rule majority) muncul dengan terkenal membuat dilema yang berfokus pada hak-hak kaum minoritas (kaum yang daerah tinggalnya ditaklukkan); jika aturan mayoritas tidak absolut, minoritas juga tidak dapat menjadi absolut begitu juga sebaliknya.
John Locke menolak hak suci seorang raja. Di mana, Locke menekankan bahwa pemerintah baru dapat menjalankan kekuasaannya atas peretujuan yang diperintah. Kemerdekaan pribadi dalam masyarakat berada di bawah kekuasaan legislatif yang disepakati dalam suatu Negara. Locke dengan tegas menekankan hal tersebut dengan kontrak sosial. Menurut Locke kontrak sosial dapat pula diganti, bilamana legislator mencoba merampas dan menghancurkan hak milik penduduk, atau menguranginya dan mengarah kepada perbudakan di bawah dalam  kekuasaan, mereka berada dalam keadaan perang dengan penduduk, dan karenanya penduduk terbatas dari kesalahan apabila membangkang dan biarlah mereka berlindung pada naungan Tuhan yang memang menyediakan penjagaan buat semua dari kekerasan dan kemajuan.
Locke percaya bahwa dengan jalan seperti ini tentu memberikan gambaran rakyat memiliki kekuatan untuk menjungkirkan dan menggantikan badan perwakilan begitu melihat wakil-wakil mereka berbuat bertentangan dengan kepercayaan yang diletakkan di pundak mereka. Locke dengan gigih mempertahankan serta berpegangtehuh akan perlu adanya pemisahan kekuasan. Locke menganggap kekuasaan legislatif harus lebih dominan ketimbang eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Sebagai seorang yang percaya terhadap keunggulan kekuasan legislatif, Locke senantiasa menentang pengadilan yang memutuskan bahwa tindakan tindakan legislatif itu tidak konstitusional.
Meskipun John Locke mempertahankan pendapatnya atas prinsip kekuasan mayoritas, dapat dijelaksan bahwa suatu pemerintahan tidaklah memiliki kekuasan tanpa batas. Mayoritas tentunya tidak merusak hakikat hak-hak manusia. Suatu pemerintahan hanya dapat dibenarkan merampas hak milik atas perkenan pemerintah. Locke dipaksa untuk mengakui bahwa ketaatan yang ketat terhadap hukum yang bekerja saat itu belum tentu dihargai dengan keberhasilan politik. Yang tercakup secara besar-besaran pada pemerintah politik Locke dengan persetujuan, suara mayoritas, hak-hak properti, dan bahkan seluruh ide tentang keadaan alam. Itu semua telah  Locke bangun berangkat dari ide-ide cemerlangnya. Pada akhirnya dia ditinggalkan dengan fideisme daripada kewajaran istilah-istilah kritianitas pada teori politiknya. Orang-orang yang ada di generasi selanjutnya seperti sekarang ini yang tinggal di era modern, masyarakat ‘demokratis’ merupakan Lockean (pengikut Locke dari segi ideology) tapi buka semata-mata karena kita muncul karena apa yang dilakukan terhadap pemerintah dengan segala pertentangan ideologinya dan masalah-masalah yang ada karena peraturan pemerintah yang sewenang-sewenang.
Tetapi kita Lockean karena bagaimanapun juga kita merasa Tuhan pastinya telah memberikan kita hak yang seharusnya kita terima/dapatkan. Selain itu, para buruh/pekerja di era modern saat ini menyukai Locke karena ia kelihatan menjadi seorang yang individualis walaupun ada perasaan kekurang yakinan entah individualisme masih relevan atau tidak sekarang. Para buruh juga memiliki keraguan tentang kesimpulan optimistis Locke yang fokus pada masyarakat yang beroroientasikan hak. Mereka masih berfikir bahwasannya mereka masyarakat yang terkontaminasi sekulerisasi, memegang teguh hak-haknya, berorientasi pada hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi (finansial). Bagaimanapun juga, itu semua adalah dunianya John Locke, tapi kita tidak yakin jikalau kita berharap bahwa itu semuanya akan berlangsung lama.
Doktrin persetujuan sebagi satu-satunya landasan kewajiban politik tersebut mengandung pengertian bahwa sebuah masyarakat mempunyai hak untuk membersihkan diri dari seorang penguasa yang menghianati kepercaan yang diberikan padanya; hak dengan suatu istilah untuk memberontak. Tetapi bagaina saeseorang harus memutuskan pada sudut mana seorang penguasa dapat dikatakan telah menghianati kepercayaannya. Locke menjawab, bahwa seorang penguasa menghianati kepercayaan apabila dia mengabaikan pemerintahan menurut proses-proses hukum yang ditentukan untuk kepentingan pemerintahan yang tidak konstan, tidak pasti, tidak dikenal, dan sewnang-wenang. James II telah melakukan hal ini: dia telah menempatkan dirinya di atas hukum. Dia telah mengorbankan kepercayaan rakyat[2].  
III.             KESIMPULAN
Pemikiran John Locke tentang kebebasan serta hak hidup individu dalam masyarakat merupakan satu unsur penting dalam mendorong seseorang untuk berpatisipasi dalam politik. Pandangan Locke tentunya mengakomodir hak-hak politik masyarakat miskin dan para kaum wanita demikian pula para kaum buruh perusahan sebagai hasil dari perjuangan mereka, telah mendapat pengakuan bersuara dalam perusahan itu. Disamping aspek kebebasan serta hak berpolitik bagi warga negara. Menurut Michael H. Hart, John Locke juga menekankan Negara jangan ikut campur kelewat banyak dalam hal kebebasan menjalankan ibadah menurut kepercayaan masing-masing. Locke bukanlah orang Inggris pertama yang mengusulkan adanya toleransi agama dari semua sekte Protestan. Tetapi argumennya yang kuat dilontarkannya, yang berpihak kepada perlunya ada toleransi merupakan faktor dukungan penduduk terhadap sikap pandangannya. Lebih dari itu, Locke mengembangkan prinsip toleransinya kepada golongan non-Kristen, baik kepercayaan primitive, atau Islam dan Yahudi tidak boleh dikurangi hak sipilnya dalam Negara semata-mata atas pertimbangan agama.
Locke percaya bahwa toleransi ini tidak berlaku bagi golongan khatolik karena Locke yakin mereka bergantung pada bantuan kekuatan luar, dan juga tak ada toleransi bagi kaum atheis. Dengan ukuran zaman kin di aboleh dibilang teramat berlapang dada, tetapi beralasan memandangnya hubungan dengan ide-ide pada zamannya. Fakta mencatat, alasan-alasan yang dikemukanan Locke demi terciptanya toleransi agama lebih meyakinkan pembacanya dari ; sebuah agama sudah meluas bahkan pada golongan-golongan yang tadinya dikucilkan[3].    
Disamping itu Locke berpendapat bahwa, dalam pemerintahan diperlukan beberapa pranat; sebuah majelis perwakilan pembayar pajak untuk mengesahkan pajak, misalnya dan suatu sistem peradilan yang independen untuk menjamin bahwa tidak ada orang yang bersalah yang pernah di hukum. Oleh Negara. Beberapa Negara baru terbentuk belakangan ini telah berusaha untuk melepaskan pranata-pranata seperti itu, dan dalam melakukannya mereka mengabaikan kebebasan dan menobatkan dictator-diktator. Locke menolak istilah hukum untuk undang-undang pada diktator.

Daftar Bacaan:
1.      Deliar Noer. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Bandung: Mizan 1997.
2.      David Thomson, Pemikiran-Pemikiran Politik. Jakarta: PT. Aksa a Persada Indonesia. 1986.
3.      Michael H. Hart. Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1982.



[1] Deliar Noer. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. (Bandung: Mizan 1997). Hlm. 117
[2]  Maurice Cranston. John Locke dan Pemerintahan Atas Persetujuan. Dalam  David Thomson, Pemikiran-Pemikiran Politik. (Jakarta: PT. Aksa a Persada Indonesia. 1986). Hlm. 95
[3] Michael H. Hart. Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1982). Hlm. 254

Tidak ada komentar:

Posting Komentar