BAB II
LOCKE
OLEH: KAMARUDDIN SALIM
I.
PENDAHULUAN
Locke
menampilkan seorang pria yang dengan wajah panjang; hidung panjang dan
berpunuk; dahi menjulang; besar, mata sayu, dan mulut besar tapi memiliki
kontur yang bagus. Untuk lebih detilnya, mari kita cari tahu lebih banyak tentang
seorang pria bernama John Locke. John Locke dilahirkan di dekat Bristol,
Inggris, pada 1632. Setelah belajar di di London dan Oxford. Locke berkecimpung
dalam bidang paktik hukum (sebagai seketaris putusan di istana Brandenburg) di
Jerman). Yang terakhir ini terutama karena Locke terpaksa menghindarkan diri
dari Inggris untuk mengelakkan penangkapan yang diniatkan raja karena Locke
termasuk seorang yang tidak menyukai kekuasaan mutlak berada di tangan
penguasa. Barulah setelah Revolusi Inggris pada 1688 dengan naiknya Willem III
dan Ratu Mary sebagai penguasa terbatas di sana yang berarti menaikan kekuasaan
parlemen, barulah Locke dapat kembali ke negeri dengan aman. Barulah Locke
dapat menulis dengan tenang, seperti dua naskah Treatise on Government (uraian tentang pemerintahan 1689, 16900
yang pokok-pokoknya telah ditetapkan dalam pembuangan. Locke meninggal tahun
1704[1].
Kehidupan
Ayah
Locke adalah sosok penting baginya dalam beberapa hal. Locke tua merupakan
seorang Puritan yang berprofesi sebagai seorang pengacara dan juru tulis untuk
Alexander Popham, wakil Letnan dari Somerset Country. Parlemen dengan waktu
yang panjang mengambil alih Westminster School di London. Acara ini menjadikan
Tuan Popham, sebagai anggota DPR dari jalur pendaftaran. pada tahun 1647, ia
diapresiasi temannya yang berprofesi sebagai konselor sehingga akhirnya dapat
meluncurkan karir ilmiah yang terkenal.
Locke
Muda
John
Locke meninggalkan London pada 1652, untuk Christ Church College (Kampus Gereja
Kristen) di Oxford. Lock telah memenangkan beasiswa, meskipun Lock berada
diurutan bawah dalam daftar enam pemenang. Di oxford, Lock mengembangkan minat
dalam ilmu pengetahuan eksperimental bukan sebagai dampak dari kurikulum yang
ada. Locke tidak banyak bereksperimen, tetapi dirinya tercengang oleh
prinsip-prinsip yang ada dari percobaan yang dilakukan. Kemudian, Locke
bereaksi terhadap ketergantungan yang berlebihan pada tradisi bahwa Locke
terkait dengan royalis (pihak kerajaan) serta terhadap emosi moral secara
antusiasme, Locke menyebutnya dirinya sebagai kaum Puritan.
Pada
usia dua puluh empat tahun, John Locke menerima gelar sarjana seni, jadi telah
terbukti bahwa unsur-unsur empirisme melekat pada John Locke yang terkenal
dengan teori tabularasa yang
menyatakan bahwa manusia yang terlahir dimuka bumi seperti kertas putih yang
bersih yang belum ada noda.Namun, saai itu Locke belum menjadi liberal dalam
politik. Locke merasa bahwa kaum katolik, Quaker, dan berbagai kaum pembangkang
lain terlalu berbahaya untuk ditolerir. Arsip-arsipnya mengungkapkan bahwa
Locke melihat buramnya masa depan Inggris, putus asanya umat manusia, dan tidak
yakin apa yang harus dilakukan dengan hidupnya. Lalu, ketika restorasi datang,
itu adalah penyebab sukacita yang besar. Locke dengan sigap menyambut
"kembalinya Mulia" dengan bahagia dan meremehkan yang kaum-kaum yang popular
karena kebebasan publik". Apa yang Locke tulis pada tahun tersebut
biasanya diungkapkan olehnya beserta jawabannya ke sebuah pamflet dari
seseorang yang bernama Edward Bagshawe. John Locke juga sering dihubungkan
dengan teori Hobbist (yang dikemukakan Thomas Hobbes) dalam hal ideologi dan
tulisan/karya-karyanya.
Ilmuwan
dan Diplomat
Pada
tahun 1661, tak lama setelah terpilih menjabat sebagai dosen di gereja kristen,
Locke sedih dengan kematian ayahnya. Ayahnya Locke meninggalkan putra sulungnya
cukup lahan sekitar Pensford untuk memberinya pendapatan sederhana untuk sisa
hidupnya. Tetapi untuk semua sikap lembutnya, Locke cenderung menjadi tuan
tanah yang sabar tetapi bermata tajam yang terkesan sangar. Dengan dorongan
dari temannya; John Strachey, Locke memutuskan bahwa ia butuh melakukan
perjalanan untuk menyelesaikan pendidikan. Layanan diplomatik adalah alat untuk
mencapai tujuan ini. Pada 1665, ia meninggalkan Inggris untuk menjadi
sekretaris dalam misi ke Brandenburg. Keberhasilan Locke sebagai diplomat
menyebabkan dua tawaran berikutnya untuk pekerjaan dengan duta besar Spanyol,
Lalu yang di Swedia ketika ia kembali ke Inggris pada tahun 1666. Setelah
merenungkan dengan seksama, Locke menolak keduanya.
Locke
telah memutuskan untuk belajar kedokteran. Locke dan seorang teman membuka
sebuah laboratorium kecil di Oxford dan meminta dana dari para ilmuwan yang
tertarik untuk membuat itu terjadi. Bukti menunjukkan bahwa Locke terutama
tertarik dalam kedokteran diterapkan, obat bius, dan herbal. Pada 1667, Lock
bertemu dan mulai bekerja sama dengan Thomas Sydenham, dokter Inggris terbesar
di zamannya dan pelopor metode klinis.Seiring dengan berjalannya waktu, Locke
mulai membaca karya-karya Descartes. Dia menyambut advokasi Descartes perihal
rekonstruksi rasionalistik nya. Dan pada tahun 1668, pada usia tiga puluh enam,
Locke terpilih untuk menjadi orang dilingkungan kerajaan, dan dia sudah pindah
ke London untuk tinggal di kawasan megah Lord Ashley yang telah didirikan.
Perihal
Anggota Parlemen Inggris
Sebagai
Shaftesbury, Locke bergerak lebih
tinggi dan lebih tinggi di pemerintahan, Locke pindah bersamanya. Ketika Shaftesbury dipekerjakan Lord
Chancellor, Locke terus melayani dia dari jabatan relatif tidak jelas hingga ke
sekretaris presentasi, posisi yang melibatkan hubungan gerejawi. Tapi setelah
Shaftesbury tahu tentang rahasia Raja Charles yang pro-Katolik dengan
Perjanjian Dovernya dengan Perancis, Locke nyaris tak bisa menyembunyikan
kekecewaan nya yang mendalam.
Penulis
Bagian
Pada
bulan Februari 1689, John Locke bergabung bersama Lady Mordaunt dan Putri Mary
dalam ekspedisi membawa mereka ke Inggris untuk suami mereka dan masalah tahta
kasus Maria. Locke tinggal bersama seorang teman di London. Locke menolak janji
sebagai duta besar Inggris untuk Pemilih Bradenburg atas dasar kesehatan,
mencatat, antara lain bahwa Locke tidak bisa bersaing dengan pihak dari Jerman,
tantangan diplomatik yang tidak bisa dihindari. Locke menolak tawaran lain
juga, dan akhirnya menetap untuk posisi Komisaris Banding. John Locke muncul
dengan ciptaan-nya; seperti "Essay
Concerning Human Understanding" tahun 1689 dan menjadikannya di tahun
itu menjadi luar biasa besar bagi karir John Locke. Pada 1692, Locke mengedit
dan menulis ulang karya teman barunya “The
History of Air” nya Robert Boyle
tahun itu. Pada 1695 UU untuk Peraturan Percetkan dicabut, sebagian karena
argumen Locke terhadap itu melalui teman-temannya di komite yang
mempertimbangkan masalah ini.
Tahun-Tahun
Terakhir
Meskipun
terserang penyakit, tahun 1696, Locke secara mengejutkan menerima janji untuk
instansi baru perdagangan, dirancang untuk menangani kenaikan ancaman
perdagangan Belanda, disintegrasi pemerintahan kolonial, masalah pembajakan,
dan hal-hal lain yang mendesak. Locke pindah kembali ke London dan meskipun Locke
sedang sakit dan tugas yang sulit, Locke jelas mendominasi kerja dewan. Tak
lama, John Locke menghabiskan hari-hari terakhirnya di Oates, membawa pada
korespondensi yang lebar, membalas kritik,
menulis komentar tentang surat-surat St Paulus dan bercakap-cakap dengan
pengunjung yang datang, Locke dengan lembut, dan jarang mengeluh. John Locke,
seorang filsuf besar, meninggal pada 28 Oktober 1704, pada usia tujuh puluh
kedua.
“The
Two Treatises (Karya John Locke) Filosofi Politik atau Risalah Waktu
Karya
John Locke yang satu ini sangat terkenal. Kata-kata kehidupan, kebebasan, dan
harta, permusyawaratan rakyat, mayoritas memiliki hak untuk bertindak dan
menyimpulkan selebihnya telah menjadi hal yang tidak asing lagi dalam kosakata
politik Barat, bahkan di dunia. Tulisan-tulisan Locke adalah salah satu yang
paling menonjol dalam daftar buku di perpustakaan pada saat itu. “The Two Treatises” untuk pertama kali. yang ditulis sekitar 1861
sebagai jawaban atas Filmer Patriarcha. Pelindung (dekingan) Locke, bernama Shaftesbury, adalah pemimpin partai
negara, pada umumnya penerus ideologis roundheads periode cronwellian. Di atas
semua mereka takut seorang raja Katolik dan berharap untuk menghapus Katolik duke of York (James masa depan II) dari
garis pergantian tahta.
Persamaan
(Equality)
dan Kondisi Alami
John
Locke menulis The Second Treatise
dengan sebuah ringkasan dari kritiknya terhadap Filmer, kemudian menjelaskan
bahwa ini saatnya untuk menemukan pertumbuhan pemerintah yang lain, kekuatan
politik asli yang lain. Catat bahwa Locke tidak mengambil apa yang ilmuwan
politik abad dua puluh terapkan sebut saja sebuah empiric, pendekatan
non-evaluasional kepada kekuatan politik. Hukum-hukum yang diasumsikan dengan
hukuman mati yang dibuat serta dipaksakan tanpa salam pada rakyat kelihatannya
membawa kebenaran semakin dekat agar tercapainya sebuah keadilan. Ada sebuah
pembahasan terkait Thomas Hobbes, pada saat itu Locke menjawab secara spesifik
pertanyaan tentang obligasi yang timbul pada kondisi alami (state of nature): The State
of nature (keadaan alami/alamiah/alami)
memiliki hukum alam untuk memerintah, yang patuh pada tiap insan, dan alasan
bahwa hukum mengajarkan semua manusia yang membahasnya bahwasannya memiliki
kebebasan dan kesamaan antar manusia tidak membahayakan kehidupan mahluk
lainnya.
Locke
memperluas cakupan perlindungan hukum alam di luar yang Hobbes berikan. John
Locke menambahkan seorang manusia harus menyetujui kekuasaan atas dia atau itu
sewenang-wenang, Jika dia tidak dalam posisi untuk memberikan persetujuannya.
Intinya ada perbedaan yang kita bisa dapatkan dari Locke, Hobbes, and Filmer,
yakni kalau Hobbes dan Filmer kebutuhan kekuatan atau kekuasaan adalah
pembenaran, tapi untuk Locke persetujuan subyek entah itu kekuatan atau
kekuasaan merupakan pembenaran.
Harta
Benda
Locke
merupakan pembela awal teori nilai kerja, teori yang dipegang oleh sebagian
besar ekonom klasik dan oleh Karl Marx, tetapi ditolak oleh hampir semua ekonom
kontemporer. Sederhananya, teori menyatakan bahwa nilai suatu produk diukur
dengan jumlah tenaga kerja yang diinvestasikan di dalamnya; satu ton batubara
digali oleh lima orang dalam satu jam bernilai satu setengah banyaknya dengan
satu ton tembaga digali oleh lima orang dalam dua jam atau dengan sepuluh orang
dalam satu jam.Bahkan dalam keadaan alamiah, manusia tidak memiliki hak alami
untuk melebihi sendiri atau melebihi
kapasitas keluarganya akan apa yang seharusnya dikonsumsi. Dasar dasar
pemikiran agraria Locke disarankan oleh fakta bahwa standar yang sama
diterapkan untuk kepemilikan tanah: seorang pria memiliki hak alami untuk tanah
sebanyak ia secara pribadi dapat gali untuk diri sendiri dan kebutuhan
keluarganya. Teori Locke berkenaan keharta bendaan mengisyaratkan apa tujuan
utama manusia dalam hidup dan karena itu apa yang standar harus dapat
memandu/membimbing pemerintah. Properti, yang merupakan sesuatu yang lebih dari
keadaan fisik semata, adalah jantung dari konsepsinya tentang kehidupan yang
baik dan kondisi yang baik pula.
Persetujun/Perizinan
Persetujuan
jelas merupakan konsep penting bagi Locke. Tapi apa yang Locke maksud dengan
persetujuan ini diatur? Bahkan yang paling fanatik sekarang masa majoritarians tidak akan berpendapat bahwa
setiap individu harus memiliki kesempatan untuk menyetujui atau menolak setiap
tindakan pemerintah yang mungkin mempengaruhinya. Antara lain, akan sulit untuk
mengumpulkan pajak penghasilan yang di dapat dari praktek ini. Bahwa semua
manusia oleh alam prinsipnya sama. Umur atau kebajikan/kebaikan dapat
memberikan pengetahuan tentang hak untuk mendahulukan. Pelayanan dan jasa dapat
menempatkan orang lain di atas keadaan umum yang biasa. Intinya adalah bahwa
menjadi hak yang sama setiap orang memperoleh kebebasan alami, tanpa mengalami
kehendak atau otoritas manusia lain. Kalimat-kalimat tersebut merupakan teori
kualifikasi penting pertama yakni Teori Consent Locke. Kemudian, yang kedua
adalah bahwa memberikan persetujuan relevan hanya untuk fungsi terbatas. Kita
sebut ini memberikan persetujuan otoritas konstituen yang berada dalam
masyarakat.
Statemen
Locke mengarah/mengacu pada pemikiran Thomas Hobbes. Kualifikasi ketiga adalah
bahwa mengesampingkan kesulitan daripada kesetaraan alamiah, seberapa sering
rata-rata warga memiliki kesempatan untuk memberikan atau tidak memberikan
persetujuan kepada seluruh struktur pemerintahan? Locke terpaksa membuat
perbedaan antara pernyataan persetujuan dan persetujuan diam-diam. John Locke
kelihatan tidak semua secara fokus untuk menolak mereka yang diberikan
persetujuan/perizinan kepada rezim yang benar melawan pemerinthan di rezim itu
saat menjadi tirani (seperti nazi). Bagian dari kebingungan dihilangkan saat
kita sadar bahwa pengkhianatan melawan sebuah pemerintahan yang tidak berarti
karena pengkhianatan Locke melawan aturan yang ada. Ada implikasi yang
pastidari dua kontrak – satu antara
seorang individu dengan yang lainnya, yang membuat aturan, dan yang kedua antar
individu dengan rezim pemerintah yang mengatur suatu Negara.
John
Locke pastinya tidak mengenakan pajak kepada dirinya untuk membuat jelas
perbedaan dari jenis kontrak tersebut. Tetapi sekarang pertanyaannya adalah
mengapa kaum mayoritas (masyarakat yang menentang dan dapat menghadapi
kekuasaan) dapat memiliki otoritas yang menyeluruh dalam melawan sebuah
komunitas yang disebut pemerintahan? John Locke menjawab dengan seperlunya,
jelas, bahkan mekanistik; pemerintahan harus menjadi satu tubuh/badan yang
bergerak jika diibaratkan, bergerak membawa amanah yang dititipkan kaum
mayoritas (masyarakat yang menentang dan dapat menghadapi kekuasaan) untuk
dijalankan sebaik-baiknya. Kemudian ada
istilah yang bernama kolektivisme yang didefinisikan sebagai teori dan praktek
yang membuat semacam kelompok daripada individu unit dasar dari perhatian
politik, sosial, dan ekonomi. Secara teori, kolektivis bersikeras bahwa klaim
kelompok, asosiasi, atau negara harus normal menggantikan klaim individu.
Sedangkan, individualisme dipandang sebagai konsep etika-psikologis dan satu
unsur etis-politis. Sebagai konsep etika-psikologis, individualisme menyatakan
bahwa manusia harus berpikir dan menilai sendiri, menghormati tidak lebih dari
kedaulatan pikirannya; dengan demikian, hal ini terkait erat dengan konsep
otonomi. John Locke dan saudara-saudara di parlemen Inggris melawan/menentang
satu unsur yang ada pada kolektifisme (collectivism)
yakni korporatifisme feodal. Mereka menginginkan untuk membebaskan individu
dari aturan/rule hierarki yang kaku, disucikan oleh gereja, dan dijustifikasi
oleh misteri yang ada.
Kesimpulan:
Politik dan Filosofi
John
Locke menganalisis tingkat teoritis yang mengagumkan perihal tirani parlemen
saat raja merupakan lawan dan parlemen hanyalah sekutu raja. Seorang yang
bernama Cobban pernah mendeskripsikan Locke sebagai penulis yang mempunyai
pengaruh di abad ke 18 dengan otoritas injilnya. Dan juga, karyanya Second Treatise telah banyak andil
hingga masa sekarang karena Locke terkenal dengan ide-ide politik briliannya
dan filosof yang hebat pemikirannya. Second Treatise memiliki jumlah kalimat
yang bisa digambarkan sebagai karyanya yang tidak ada persiapan sama sekali tetapi kualitas isinya bagus.
Locke membuat kita mengerti hubungan antara kepercayaan filosofis kita dan
kepercayaan filosofis sebagaimana yang ada pada diri manusia sebagai ciptaan
tuhan. Mungkin kepercayaan/keyakinan politik Locke sudah ketinggalan zaman,
tetapi masih dipandang relevan hingga abad dua puluh.
Epistemologi
John Locke
Tujuan
utama karyanya Locke yang bertajuk Essay
Concerning Human Undertanding adalah untuk menurunkan derajat argument
untuk ide-ide yang biasanya muncul secara universal yang biasanya ada dipikiran
manusia oleh penalaran apriori. Pada bagian pendahuluan di karyanya tersebut,
Locke membuat permohonan untuk kita agar kita dapat puas dengan batas-batas
ilmu pengetahuan yang kita punya, agar supaya dapat membuat pikiran kita dapat
mengimplementasikan karyanya dengan cara sebaik-baiknya, dan juga agar supaya
dapat menghindari hal-hal yang dapat menyia-nyiakan diri sendiri. Intinya,
Locke benar-benar menawarkan kita cara baru dalam berfikir; ia menanamkan
dasar-dasar empirik Inggris. Dari ide-ide yang dihasilkan dari pemikiran Locke
dan Hobbes dapat dikataan mereka pakar empirisme, tetapi dilihat dari
adat-adat/kebiasaan keduanya sehari-hari, dapat diprediksi Locke merupakan
orang yan empirik, tapi Hobbes tidak.
Epistemologi
dan Politik
Analisis
John Locke dapat diasumsikan bertentangan dengan orang kebanyakan pada umumnya
di tataran politik. Hal itu menarik karena ia memilih menggunakan ‘kata-kata’
untuk melakukan aksi/tindakan daripada dengan melakukan percakapan yang biasa
dilakukan orang lain. Pemikiran politik selalu merupakan cerminan dari sesuatu
yang bisa dikatakan lebih dari sekedar politik. Dalam hal ini pandangan kata
ilmiah tercermin dalam "liberal" politik. Sebagai contoh, atomisme
fisika dari Locke cocok dengan pemikirannya yang terbentuk dari ide-ide
kompleks yang asalnya dari kumpulan ide sederhana yang brilian, yang mana
analogi itu sesuai dengan gambaran individu datang bersama-sama dengan ide
brilian dari masing-masing kepala untuk membentuk sebuah Negara. Locke dipaksa
untuk mengakui bahwa ketaatan yang ketat terhadap hukum yang bekerja saat itu
belum tentu dihargai dengan keberhasilan politik. Yang tercakup secara
besar-besaran pada pemerintah politik Locke dengan persetujuan, suara mayoritas,
hak-hak properti, dan bahkan seluruh ide tentang keadaan alam. Itu semua
telah Locke bangun berangkat dari
ide-ide cemerlangnya. Pada akhirnya dia ditinggalkan dengan fideisme daripada
kewajaran istilah-istilah kritianitas pada teori politiknya.
II.
ANALISIS
LAPORAN BACAAN
Memahami
pemikiran John Locke yang ditungkan dalam karyanya Two
Treatises of Government ( Dua persepakatan dengan pemerintah) yang isinya
merupakan penyampaian ide dasar yang menekankan arti penting konstitusi
demokrasi liberal. Karya inipula berpengaruh besar terhadap perkembangan
politik Inggris saat itu. Locke meyakini bahwa setiap manusia memiliki hak
alamiah, dan bukan semata menyangkut hak hidup, tetapi menyangkut pula hak
hidup dan kebebasan pribadi dan hak atas kepemilikan sesuatu. Tugas utama
pemerintah adalah melindungi penduduk dan hak milik wargenagara. Teori Locke
ini seringkali disebut sebagai teori jaga malam oleh pemerintah. Istilah
peraturan mayoritas (rule majority)
muncul dengan terkenal membuat dilema yang berfokus pada hak-hak kaum minoritas
(kaum yang daerah tinggalnya ditaklukkan); jika aturan mayoritas tidak absolut,
minoritas juga tidak dapat menjadi absolut begitu juga sebaliknya.
John
Locke menolak hak suci seorang raja. Di mana, Locke menekankan bahwa pemerintah
baru dapat menjalankan kekuasaannya atas peretujuan yang diperintah.
Kemerdekaan pribadi dalam masyarakat berada di bawah kekuasaan legislatif yang
disepakati dalam suatu Negara. Locke dengan tegas menekankan hal tersebut
dengan kontrak sosial. Menurut Locke kontrak sosial dapat pula diganti,
bilamana legislator mencoba merampas dan menghancurkan hak milik penduduk, atau
menguranginya dan mengarah kepada perbudakan di bawah dalam kekuasaan, mereka berada dalam keadaan perang
dengan penduduk, dan karenanya penduduk terbatas dari kesalahan apabila
membangkang dan biarlah mereka berlindung pada naungan Tuhan yang memang
menyediakan penjagaan buat semua dari kekerasan dan kemajuan.
Locke
percaya bahwa dengan jalan seperti ini tentu memberikan gambaran rakyat
memiliki kekuatan untuk menjungkirkan dan menggantikan badan perwakilan begitu
melihat wakil-wakil mereka berbuat bertentangan dengan kepercayaan yang
diletakkan di pundak mereka. Locke dengan gigih mempertahankan serta
berpegangtehuh akan perlu adanya pemisahan kekuasan. Locke menganggap kekuasaan
legislatif harus lebih dominan ketimbang eksekutif dan kekuasaan yudikatif.
Sebagai seorang yang percaya terhadap keunggulan kekuasan legislatif, Locke
senantiasa menentang pengadilan yang memutuskan bahwa tindakan tindakan
legislatif itu tidak konstitusional.
Meskipun
John Locke mempertahankan pendapatnya atas prinsip kekuasan mayoritas, dapat
dijelaksan bahwa suatu pemerintahan tidaklah memiliki kekuasan tanpa batas.
Mayoritas tentunya tidak merusak hakikat hak-hak manusia. Suatu pemerintahan
hanya dapat dibenarkan merampas hak milik atas perkenan pemerintah. Locke
dipaksa untuk mengakui bahwa ketaatan yang ketat terhadap hukum yang bekerja
saat itu belum tentu dihargai dengan keberhasilan politik. Yang tercakup secara
besar-besaran pada pemerintah politik Locke dengan persetujuan, suara
mayoritas, hak-hak properti, dan bahkan seluruh ide tentang keadaan alam. Itu
semua telah Locke bangun berangkat dari
ide-ide cemerlangnya. Pada akhirnya dia ditinggalkan dengan fideisme daripada
kewajaran istilah-istilah kritianitas pada teori politiknya. Orang-orang yang
ada di generasi selanjutnya seperti sekarang ini yang tinggal di era modern,
masyarakat ‘demokratis’ merupakan Lockean (pengikut Locke dari segi ideology)
tapi buka semata-mata karena kita muncul karena apa yang dilakukan terhadap
pemerintah dengan segala pertentangan ideologinya dan masalah-masalah yang ada
karena peraturan pemerintah yang sewenang-sewenang.
Tetapi
kita Lockean karena bagaimanapun juga kita merasa Tuhan pastinya telah
memberikan kita hak yang seharusnya kita terima/dapatkan. Selain itu, para
buruh/pekerja di era modern saat ini menyukai Locke karena ia kelihatan menjadi
seorang yang individualis walaupun ada perasaan kekurang yakinan entah
individualisme masih relevan atau tidak sekarang. Para buruh juga memiliki
keraguan tentang kesimpulan optimistis Locke yang fokus pada masyarakat yang
beroroientasikan hak. Mereka masih berfikir bahwasannya mereka masyarakat yang
terkontaminasi sekulerisasi, memegang teguh hak-haknya, berorientasi pada
hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi (finansial). Bagaimanapun juga, itu semua
adalah dunianya John Locke, tapi kita tidak yakin jikalau
kita berharap bahwa itu semuanya akan berlangsung lama.
Doktrin
persetujuan sebagi satu-satunya landasan kewajiban politik tersebut mengandung
pengertian bahwa sebuah masyarakat mempunyai hak untuk membersihkan diri dari
seorang penguasa yang menghianati kepercaan yang diberikan padanya; hak dengan
suatu istilah untuk memberontak. Tetapi bagaina saeseorang harus memutuskan
pada sudut mana seorang penguasa dapat dikatakan telah menghianati
kepercayaannya. Locke menjawab, bahwa seorang penguasa menghianati kepercayaan apabila
dia mengabaikan pemerintahan menurut proses-proses hukum yang ditentukan untuk
kepentingan pemerintahan yang tidak konstan, tidak pasti, tidak dikenal, dan
sewnang-wenang. James II telah melakukan hal ini: dia telah menempatkan dirinya
di atas hukum. Dia telah mengorbankan kepercayaan rakyat[2].
III.
KESIMPULAN
Pemikiran
John Locke tentang kebebasan serta hak hidup individu dalam masyarakat
merupakan satu unsur penting dalam mendorong seseorang untuk berpatisipasi
dalam politik. Pandangan Locke tentunya mengakomodir hak-hak politik masyarakat
miskin dan para kaum wanita demikian pula para kaum buruh perusahan sebagai
hasil dari perjuangan mereka, telah mendapat pengakuan bersuara dalam perusahan
itu. Disamping aspek kebebasan serta hak berpolitik bagi warga negara. Menurut
Michael H. Hart, John Locke juga menekankan Negara jangan ikut campur kelewat
banyak dalam hal kebebasan menjalankan ibadah menurut kepercayaan
masing-masing. Locke bukanlah orang Inggris pertama yang mengusulkan adanya
toleransi agama dari semua sekte Protestan. Tetapi argumennya yang kuat
dilontarkannya, yang berpihak kepada perlunya ada toleransi merupakan faktor
dukungan penduduk terhadap sikap pandangannya. Lebih dari itu, Locke
mengembangkan prinsip toleransinya kepada golongan non-Kristen, baik
kepercayaan primitive, atau Islam dan Yahudi tidak boleh dikurangi hak sipilnya
dalam Negara semata-mata atas pertimbangan agama.
Locke
percaya bahwa toleransi ini tidak berlaku bagi golongan khatolik karena Locke
yakin mereka bergantung pada bantuan kekuatan luar, dan juga tak ada toleransi
bagi kaum atheis. Dengan ukuran zaman kin di aboleh dibilang teramat berlapang
dada, tetapi beralasan memandangnya hubungan dengan ide-ide pada zamannya.
Fakta mencatat, alasan-alasan yang dikemukanan Locke demi terciptanya toleransi
agama lebih meyakinkan pembacanya dari ; sebuah agama sudah meluas bahkan pada
golongan-golongan yang tadinya dikucilkan[3].
Disamping
itu Locke berpendapat bahwa, dalam pemerintahan diperlukan beberapa pranat;
sebuah majelis perwakilan pembayar pajak untuk mengesahkan pajak, misalnya dan
suatu sistem peradilan yang independen untuk menjamin bahwa tidak ada orang
yang bersalah yang pernah di hukum. Oleh Negara. Beberapa Negara baru terbentuk
belakangan ini telah berusaha untuk melepaskan pranata-pranata seperti itu, dan
dalam melakukannya mereka mengabaikan kebebasan dan menobatkan
dictator-diktator. Locke menolak istilah hukum untuk undang-undang pada
diktator.
Daftar Bacaan:
1.
Deliar
Noer. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Bandung:
Mizan 1997.
2. David Thomson, Pemikiran-Pemikiran Politik. Jakarta:
PT. Aksa a Persada Indonesia. 1986.
3.
Michael
H. Hart. Seratus Tokoh Yang Paling
Berpengaruh Dalam Sejarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1982.
[1] Deliar Noer. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. (Bandung:
Mizan 1997). Hlm. 117
[2] Maurice Cranston. John Locke dan Pemerintahan Atas Persetujuan. Dalam David
Thomson, Pemikiran-Pemikiran Politik. (Jakarta:
PT. Aksa a Persada Indonesia. 1986). Hlm. 95
[3] Michael H. Hart. Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam
Sejarah. (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1982). Hlm. 254
Tidak ada komentar:
Posting Komentar