Isi
beda dengan judul, adalah pemanis semata: haram atau halanya koruptor
berpuasa, bakannya fatwa atau dalil mengikat. ini hanya wacana kritis
semata. alasan menulis ini hanya menjadi satu bentuk kritik dan gigitan
yg halus semata kepada manusia yang memahami akan makna dan esensi
puasa yang telah di gambarkan dalam Al Qur'an;
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” [Al Baqarah:183]
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” [Al Baqarah:183]
puasa, di wajibkan kepada orang orang yang beriman dan bertaqwa. sedangkan koruptor masuk dalam kategori apa?
dan apakah mereka dapat memahami ataupun menginsafi perbuatan yg dilakukan sebelum puasa itu tiba?
andai kita memahami benar keutamaan puasa, yang :
“Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya” [Bukhari-Muslim]
“Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun” [Bukhari-Muslim]
di dalam riwayat para sahabat ini jelas gambarannya. bahwa puasa adalah menjauhkan manusia dari neraka dan menjembatani manusia menuju kebenaran Tuhan nya.
walau demikian kita tidak sekedar menafsirkan puasa dengan kata maaf yang nampak gampang di ucapkan dari mulut kita. tak segan para koruptor pun menganggap kata maaf sebagai budaya meminta maaf saat bulan Ramdhan tiba. apakah bulan puasa itu sarana meminta maaf atas kesalahan yg mudah bagi manusia atau para koruptor? sehingga dengan secara langsung segala dosa mereka terampuni dari manusia yg di rugikan mereka. tanpa merasa berdosa kepada Tuhan dan manusia yg mereka khianati.
di jalan-jalan kita akan menemukan individu atau kelompok koruptor dengan santunnya melantunkan syair maaf ataupun bahasa pemanis dengan tujuan meminta maaf kepada rakyat akan diri mereka dan keluarga. ini memang ironis.
andai puasa sebagai sarana pengungkapan kejujuran meminta maaf, kenapa tidak di sertai dengan pengungkapan kebenaran sesunguhnya bahwa mereka telah mengkorupsi atau memakan hak orang lain, sehingga membuat bangsa, negar dan rakyat ini terperosok ke dalam jurang kehinaan dan kemiskinan struktural semacam ini?
puasa menjadi proklamasi kemerdekaan manusia yg berbuat salah dan menindas demi memenuhi hasrat kebinatangan dan kekuasaan mereka.
Tuhan Maha Adil dan Maha Bijaksana. dan Tuhan tidak buta, walaupun secara ikhlas kita memohon maaf kepada NYA dan manusia. tetapi dasarnya dari ketidak jujuran, maka semuanya hanya sia-sia. saya yakin, Koruptor itu sama dengan iblis.
semoga para koruptor belajar jujur dan terbuka, walau tidak lewat depan meja persidangan mengungkapkan kebenaran bahwa, mereka telah mengkorupsi sekian rupiah, meiliyaran ataupun triliunan. agar kata maaf tak menjadi budaya yang mudah di kapitalisasi demi menambah keuntungan semata.
belum lagi ada agenda KPK di Bubarkan ataupun harga sembako naik.
ya terlepas dari apapun, puasa itu kembali kepada Niat. ...tapi koruptor tetap koruptor...
Kamaruddin Salim
Unas, 30 Juli 2011
dan apakah mereka dapat memahami ataupun menginsafi perbuatan yg dilakukan sebelum puasa itu tiba?
andai kita memahami benar keutamaan puasa, yang :
“Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya” [Bukhari-Muslim]
“Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun” [Bukhari-Muslim]
di dalam riwayat para sahabat ini jelas gambarannya. bahwa puasa adalah menjauhkan manusia dari neraka dan menjembatani manusia menuju kebenaran Tuhan nya.
walau demikian kita tidak sekedar menafsirkan puasa dengan kata maaf yang nampak gampang di ucapkan dari mulut kita. tak segan para koruptor pun menganggap kata maaf sebagai budaya meminta maaf saat bulan Ramdhan tiba. apakah bulan puasa itu sarana meminta maaf atas kesalahan yg mudah bagi manusia atau para koruptor? sehingga dengan secara langsung segala dosa mereka terampuni dari manusia yg di rugikan mereka. tanpa merasa berdosa kepada Tuhan dan manusia yg mereka khianati.
di jalan-jalan kita akan menemukan individu atau kelompok koruptor dengan santunnya melantunkan syair maaf ataupun bahasa pemanis dengan tujuan meminta maaf kepada rakyat akan diri mereka dan keluarga. ini memang ironis.
andai puasa sebagai sarana pengungkapan kejujuran meminta maaf, kenapa tidak di sertai dengan pengungkapan kebenaran sesunguhnya bahwa mereka telah mengkorupsi atau memakan hak orang lain, sehingga membuat bangsa, negar dan rakyat ini terperosok ke dalam jurang kehinaan dan kemiskinan struktural semacam ini?
puasa menjadi proklamasi kemerdekaan manusia yg berbuat salah dan menindas demi memenuhi hasrat kebinatangan dan kekuasaan mereka.
Tuhan Maha Adil dan Maha Bijaksana. dan Tuhan tidak buta, walaupun secara ikhlas kita memohon maaf kepada NYA dan manusia. tetapi dasarnya dari ketidak jujuran, maka semuanya hanya sia-sia. saya yakin, Koruptor itu sama dengan iblis.
semoga para koruptor belajar jujur dan terbuka, walau tidak lewat depan meja persidangan mengungkapkan kebenaran bahwa, mereka telah mengkorupsi sekian rupiah, meiliyaran ataupun triliunan. agar kata maaf tak menjadi budaya yang mudah di kapitalisasi demi menambah keuntungan semata.
belum lagi ada agenda KPK di Bubarkan ataupun harga sembako naik.
ya terlepas dari apapun, puasa itu kembali kepada Niat. ...tapi koruptor tetap koruptor...
Kamaruddin Salim
Unas, 30 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar