Laman

Senin, 23 Mei 2016

IBU, AYAH DAN AKU

Katamu, ayah menulis banyak sekali buku,
tapi apa yang ditulisnya, tak mengerti aku.

Untukmu, sepanjang malam ayah membaca,
tapi mengertikah kau apa makna yang ia baca?

Betapa menariknya ceritamu untuk kami, ibu,
kenapa Ayah tak bisa menulis sebagus itu?

Pernahkah Ayah mendengar kisah dari ibunya?
Kisah peri-peri, para pangeran dan raksasa?

Telahkah ia lupa semua kisah-kisah itu?

Seringkali, setiap kali Ayah terlambat mandi,
engkau pergi memanggilnya seratusan kali.

Engkau menunggunya dan menjaga hidangan
untuk makan malamnya tetap hangat, tetapi
tetap saja dia terus menulis dan lupa makan.

Ayah selalu bermain saja, menulis buku saja.

Ketika aku menyelinap masuk bermain di ruang
kerja Ayah, engkau datang memanggil namaku,
"Kau, memang anak nakal!"

Ketika aku bising sedikit saja, kau akan bilang,
"Ayahmu sedang bekerja, kau tak melihatnya?

Apa gerangan sedapnya menulis dan menulis?

Ketika kuambil pena atau pensil milik ayah dan
menulis dibukunya, seperti yang dilakukan ayah
-- a, b, c, d, e, f, g, h, , -- kenapa kau salahkan aku?

Kau tak sekata pun berujar, ketika Ayah menulis.

Ketika ayahku menyampah setumpukan kertas,
ibu, kau sama sekali tak nampak keberatan.

Tapi, kalau kuambil selembar saja kertas untuk
membuat kapal-kapalan, apa katamu? "Anakku,
kau cuma merepotkan, betapa menyusah saja!"

Lalu apa yang kau pikirkan ketika ayah membuang
selembar kertas dan selembar lagi, dengan coretan
hitam di kedua sisinya?

TAGORE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar